Panas yang terik membuat Alina memutuskan untuk beristirahat sebentar di halte. Sudah 5 cafe dan 7 toko yang dimasukinya, tetapi tidak ada satupun yang menerima karyawan part time. Ia menyeruput es jeruk yang dibelinya di pedagang kaki lima tadi.
"Semangat Alina!" ucapnya pada dirinya sendiri.Di dekat persimpangan, matanya tertuju pada sebuah cafe. Cafe yang sangat tidak asing baginya, karena ia sering ke sana bersama Varo. Cafe favorit mereka berdua.
Alina memasuki cafe tersebut. Tidak banyak yang berubah. Walaupun sudah tiga bulan ia tidak ke cafe ini. Tatanannya masih sama seperti yang dulu. Cuma ada beberapa lukisan baru yang terpajang.
"Mas, di sini nerima karyawan part time gak? tanya Alina kepada seorang barista yang sedang meracik kopi.
Alina terkejut ketika barista itu menoleh kepadanya. Andrean.
"Lo kerja di sini?" tanya Alina.
Andrean tersenyum, "Lo duduk dulu ya di sana" ucap Andrean menunjuk ke meja 5. "Gue bikin ini dulu" lanjutnya.
Alina mengangguk. Dari meja tempat dia duduk, ia memperhatikan Andrean. Andrean terlihat sangat lihai dan cekatan dalam meracik kopi. Keren, pikirnya.
Andrean membawakan Alina sebuah minuman. Matchalatte. Lagi, Andrean tau kesukaan Alina. Entah darimana ia mengetahuinya.
"Silahkan" ucap Andrean tersenyum sambil memberikan isyarat kepada Alina untuk meminum minuman yang ia bawakan.
Alina mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Lalu ia menyeruput minuman tersebut.
"Lo tau darimana gue suka matchalatte?"
"Karena menurut gue, minum matchalatte bisa mengurangi stress. Dan gue tau lo lagi stress. Iya kan?"
"Lo tau darimana?"
"Kalau lo mau, lo bisa cerita kok ke gue" ucap Andrean tersenyum tulus.
"Iya, gue stress. Gue lagi mikirin gimana caranya gue bisa dapetin uang 10 juta dalam sebulan? Buat ganti tasnya Nadine. Makanya, gue ke sini buat cari kerja. Gue bisa ketemu sama pemilik cafe ini gak?" cerocos Alina.
"Lo bisa pinjam uang gue dulu"
Alina menggeleng. Jika ia meminjam uang Andrean dulu, sama saja. Ia tidak mau berhutang kepada orang lain.
"Gue bisa ketemu sama pemilik cafe ini gak?" tanya Alina sekali lagi.
"Pemilik cafe ini om gue, dan sekarang untuk sementara gue yang ambil alih, karena om gue lagi ada urusan di luar negeri"
Alina menaikkan alisnya. Kenapa Andrean masih tetap saja meracik kopi sendiri? Jika Alina jadi dia, mungkin ia cuma duduk memperhatikan karyawan lain bekerja.
"Jadi, lo terima gue kerja di sini kan?" tanya Alina.
Andrean tersenyum sambil mengangguk. Alina juga meminta ia diberi gaji di awal sebesar 10 juta, dan di bulan seterusnya ia rela gajinya dipotong, atau bahkan tidak mendapatkan gaji. Andrean menyetujuinya.
"Mulai besok lo bisa kerja di sini, jam berapa terserah lo aja. Ada yang mau ditanyain lagi?"
"Kenapa lo bisa tau gue suka nasi goreng seafood?"
Andrean terkekeh mendengarkan pertanyaan tersebut. "Karena, gue liat di foto menu, keliatannya enak"
"Kalau jus buah naga tanpa gula?"
"Karena, dari penampilannya, jus buah naga itu cantik. Trus kalau tanpa gula, karena orang manis gak boleh minum yang manis-manis"
Alina tertawa mendengar jawaban itu. Ya, untuk menutupi kalau dia sedikit salah tingkah dengan Andrean.
Tapi, Alina yakin jawaban tersebut hanya mengada-ngada. Alina merasa ada sesuatu yang disembunyikan Andrean.***
Erga hendak mengambil minuman kaleng rasa cincau lemari pendingin minimarket, yang stoknya hanya tinggal satu. Seseorang menahan tangannya.
"Ini punya gue" ucap orang itu mengambil minuman kaleng yang dipegang Erga. Orang itu pernah ia lihat sebelumnya. Sahabatnya Alina. Keila.
"Hah? Punya lo? Ini punya gue, gue yang ambil duluan" Erga mengambil minuman itu di tangannya Keila.
"Selagi lo belum bayar di kasir, ini belum punya lo" Keila mengambil kembali minuman kaleng itu, lalu mempercepat jalannya ke kasir.
"Gila ya lo" teriak Erga. Keila tidak menghiraukan teriakan tersebut. Ia membayar di kasir, lalu keluar dari minimarket.
Akhirnya, Erga memilih untuk membeli air mineral saja. Setelah membayar dan keluar dari minimarket, ia melihat Keila yang masih berdiri di samping mobilnya.
"Kenapa? Ngapain lo berdiri di dekat mobil gue?" tanya Erga ketus.
"Ini mobil lo? Menghalangi motor gue mau keluar tau gak? Cepet pindahin!"
"Heh? Lo punya mata berfungsi gak? Lagian ini tempat parkir roda empat, ngapain motor lo nyempil di sini juga?"
"Lo ngeselin banget sih" ucap Keila geram.
"Lo yang lebih ngeselin. Udah sana!" Erga masuk ke dalam mobilnya sementara Keila masih mencerocos tidak jelas. Ia mengabaikannya dan mobilnya melaju meninggalkan Keila sendirian.
Segini dulu ya
Jangan lupa vote dan komennya teman-teman
Love you 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T GO (ON GOING)
Teen Fiction"Aku tidak akan pergi, aku tidak akan meninggalkanmu" Kalimat yang sangat dibenci Alina ▪️Update setiap Sabtu