Bagian 9

26 2 1
                                    

Alina duduk sendirian di taman sekolah, sambil membaca sebuah buku novel. Seseorang menutup matanya dari belakang. Alina mencoba membuka tangan yang menutup matanya. Tapi ia tidak bisa, karena orang itu menahannya erat.

"Siapa sih?" tanya Alina yang sedikit geram.

Orang itu melepaskan tangannya dari mata Alina. Alina berbalik ke belakang. Kini, di hadapannya ada seseorang yang sangat dirindukannya.

"Varo?"

"Kamu kangen aku gak?" tanya Varo cengengesan.

Pertanyaan macam apa itu? Tidak mungkin Alina tidak merindukannya. Alina sangat sangat merindukannya.

"Enggak" jawab Alina cemberut.

"Serius nih, gak kangen?" goda Varo sambil mencubit hidung Alina.

Alina tidak dapat menahannya lagi. Ia langsung memeluk Varo erat. Sangat erat. Seolah-olah ia takut Varo akan pergi lagi. Varo membalas pelukan itu dan mengelus lembut rambut Alina

"Kamu kemana aja?" tanya Alina yang masih mendekap Varo erat.

"Maafin aku ya" bukan jawaban yang keluar dari mulut Varo, tetapi hanya permintaan maaf.

Silau sinar matahari dari jendela kelas membangunkan Alina. Ia melihat sekitarnya. Keila sedang makan cemilan sambil memainkan ponselnya. Fesya yang sedang menulis. Entahlah, Alina tidak tau ia menulis apa. Alina menerka mungkin ia menulis buku kas, karena Fesya seorang bendahara kelas. Di sisi lain teman-temannya yang cewek yang lain sedang bergosip ria. Di belakang kelas, teman-temannya yang cowok sedang mabar game online.

Alina mengambil napas dalam, ternyata ia tertidur di jam kosong, dan yang tadi hanya mimpi. Karena mimpi tersebut, ia semakin merindukan Varo.

Erga masuk ke kelas Alina tanpa permisi. Ia langsung menuju tempat duduk Alina.

"Na, pulang sekolah temenin gue jalan-jalan yuk. Gue kan belum tau daerah sekitar" ajak Erga

"Jangan mau, Lin. Dia nyebelin" larang Keila.

"Diem! Gue gak ngomong sama lo"

"Kayaknya gak bisa deh, Ga. Gue ada urusan. Kapan-kapan aja ya" jawab Alina

"Ngapain? Biar sekalian gue temenin" tanya Erga lagi.

Bukannya Alina, malah Keila yang menjawab "Kalo Alina bilang gak bisa, ya gak bisa. Jangan maksa dong!"

"Heh! Lo bisa diem gak? Gue gak ngomong sama lo. Nyambar aja" ucap Erga sambil menatap tajam Keila.

Keila membalas dengan melotot kepada Erga.

"Yaudah deh, kapan-kapan aja" ucap Erga, lalu keluar dari kelas.

***
Baru saja bel pulang berbunyi, Alina mendapatkan sebuah notif dari ponselnya.

Andrean
"Gue tunggu di parkiran ya"

Setelah membaca chat dari Andrean, Alina memasukkan ponselnya ke dalam saku. Lalu ia mengemasi buku dan barang miliknya. Tak lupa, ia pamit pulang duluan kepada Fesya dan Keila

"Kok buru-buru amat, Lin?" tanya Fesya.

"Iya, gue ada urusan penting" jawab Alina sambil melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya.

Dari kejauhan, Alina dapat melihat Andrean yang sedang berdiri di samping mobilnya. Alina mendekatinya. Andrean tersenyum ke arahnya.

"Temenin gue beli tas buat Nadine dulu ya" pinta Alina

"Beli dimana?"

"Gak tau sih, coba kita cari di mall terdekat aja ya"

Andrean mengangguk, menyetujui. Andrean membukakan pintu mobil, dan mempersilahkan Alina masuk.

Sudah setengah jam berkeliling mall, Alina belum juga menemukan tas seperti tasnya Nadine.

"Lo haus gak?" tanya Alina yang merasakan tenggorokannya kering.

Andrean mengangguk. Alina mengajaknya untuk membeli minuman. Tak sengaja, mereka berpapasan dengan Erga yang tengah berjalan sendirian.

"Ooh, jadi ini urusan yang lo maksud itu?" tanya Erga dengan nada cibiran. Ia sangat kesal karena Alina tidak bisa diajaknya jalan-jalan, tetapi sekarang ia malah jalan-jalan dengan Andrean.

"I-iya, gue ada urusan sama Rean" jawab Alina kikuk. Alina ingin menjelaskan semuanya agar Erga tidak salah paham, tapi ia mengurungkan niatnya karena mood Erga terlihat sedang tidak bagus.

"Hm gitu, yaudah gue duluan ya" pamit Erga, lalu meninggalkan mereka berdua.

Alina merasa sangat tidak enak hati dengan Erga. Erga terlihat sangat kesal dengannya. Mungkin jika ia jelaskan nanti setelah ia pulang kerja, Erga bisa mengerti.

Setelah bertemu dengan Erga tadi, Andrean melihat Alina tidak fokus lagi pada tujuan utamanya, ia hanya melamun selama berjalan.

"Cemberut aja neng dari tadi, entar cantiknya ilang loh" ucap Andrean membuka suara.

"Apasih"

"Eh bentar, gue kayak lihat lo deh" Andrean tiba-tiba mundur ke belakang, ke toko yang baru saja di lewati mereka.

Alina mengerutkan keningnya. Tidak mengerti apa maksud dari kalimat yang keluar dari mulut Andrean tadi.

Andrean masuk ke dalam sebuah toko boneka, lalu pergi ke etalase paling pojok. Alina mengikutinya dari belakang. Andrean menunjuk sebuah boneka panda besar.

"Maksudnya?"

"Ini lo. Mirip kan? Pipinya chubby dan liat tuh matanya mirip banget, bagian bawahnya item karena keseringan begadang, tapi lucu, gemesin" jawab Andrean.

Alina tertawa mendengar jawaban tersebut. Andrean tersenyum lebar. Ia berhasil membuat Alina tertawa.

"Tapi kan gue gak segendut panda ini" sanggah Alina.

"Ya lo versi kurusnya"

Alina tertawa lagi, diikuti Andrean yang juga tertawa.

"Eh gue juga liat lo tadi" ucap Alina sambil berjalan ke etalase depan. Ia berhenti di depan sebuah boneka buaya besar.

"Buaya?"

Alina mengangguk mantap.

"Jadi, gue buaya gitu?"

Alina mengangguk lagi, lalu keluar dari toko boneka tersebut. Andrean mengikutinya dari belakang.

"Kenapa buaya?" tanya Andrean

"Karena lo suka gombal"

"Tapi semua yang gue ucapin itu serius, berdasarkan fakta yang ada"

***

Alina meregangkan otot-otot tangannya. Ia sangat lelah hari ini, karena hari ini hari pertamanya kerja.

"Capek ya?" tanya Andrean yang entah kapan sudah berada di belakangnya.

Alina mengangguk.

"Kalo lo capek, besok gak usah kerja dulu"

Alina menggeleng, "Kalo gue gak kerja, gimana gue bisa bayar hutang gue ke elo"

"Lo bisa bayar kapan aja, kapan lo mau"

"Udah malem nih, gue anterin pulang ya" ajak Andrean.

"Gak perlu, ojek online masih ada kok jam segini"

Andrean sempat tidak setuju Alina pulang sendiri, tetapi Alina tetap bersikeras. Akhirnya, Andrean mengalah.

"Hati-hati ya, nanti kalo udah sampai di rumah, kasih kabar"

Alina mengangguk-angguk mengiyakan sambil melambaikan tangan. Ia melihat Andrean masih memandanginya hingga motor bapak ojek online yang ditumpanginya ini jauh meninggalkan Andrean sendirian.

DON'T GO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang