Alina membuka pintu rumah dengan sangat perlahan dan hati-hati. Arlojinya telah menunjukkan jam 10 malam. Lampu ruang tamu juga sudah mati. Semua orang di rumah mungkin telah tidur, pikirnya.
Ketika membuka pintu kamarnya, terdengar juga bunyi pintu kamar mamanya yang terbuka. Kamar Alina dan mama bersebelahan.
"Darimana kamu jam segini baru pulang?" tanya mamanya.
"Aku kerja, ma" jawab Alina jujur, karena buat apa ia juga berbohong.
"Kerja dimana?"
"Di cafe, ma"
"Emang uang kamu gak cukup mama kasih?"
Cukup apanya, mama hanya memberi dia uang jajan 500 ribu sebulan dan itu juga termasuk biaya ongkosnya ke sekolah. Tapi Alina tidak mau membahas itu, pasti mamanya akan marah. Dia tidak mau ribut karena sekarang dia sangat lelah dan ingin istirahat.
"Aku butuh uang buat ganti tas temen yang aku rusakin"
"Oke, mama ijinin kamu kerja. Tapi kalau sampai nilai kamu turun dan gak dapat beasiswa lagi, mama gak akan bayarin uang sekolah kamu"
Ia hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab.
"Emang mama gak pernah bayarin uang sekolah aku kan? bahkan dari TK?" ucap Alina dalam hati.Mama pergi kembali ke kamarnya. Alina menutup pintu kamar lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini sangat melelahkan. Begitu pula hari-hari yang akan datang, pasti sangat melelahkan.
***
Erga mengikuti Alina dari belakang sejak tadi. Dari gerbang sekolah hingga hampai sampai ke kelas Alina. Alina yang mulai risih berhenti dan memutar badannya ke belakang.
"Ngapain sih lo ngikutin gue dari tadi? Kalo mau jalan bareng bilang aja!"
"Oh, jadi lo mau jalan bareng gue? nanti ya pulang sekolah" goda Erga.
Alina memutar kedua bola matanya, "apasih gak jelas"
Erga membalas ucapan Alina dengan tertawa kecil. Ia berjalan beberapa langkah. Kini, ia berada tepat di samping Alina.
"Kalau jalannya sama Andrean pasti lo gak akan nolak kan?" tanya Erga menaikkan alisnya.
"Maksud lo apa?"
"Ya kemaren gue ajakin jalan gak mau, katanya ada urusan, eh taunya jalan sama Andrean" jelas Erga dengan nada cibiran.
"Ga, gue kasih tau lo ya, gue kerja di cafe milik om nya Andrean, dan kemaren gue ke mall bareng dia itu cuma untuk beli ini" ucap Alina sambil mengangkat barang yang ia pegang di tangan kanannya, menunjukkan kepada Erga, "tas Nadine" sambungnya.
Erga mengangguk paham. "Oke, nanti malem gue ke sana ya, lo share loc ke gue tempatnya"
"Lo mau ngapain?"
"Mau liat lo kerja lah"
"Bantuin sekalian"
Erga terkekeh mendengar ucapan Alina. Lalu, ia mengangguk sambil mengangkat jempol tangan kanannya, "Siap bos"
"Yaudah, gue duluan ke kelas ya" pamit Alina
***
"Nih, tas lo" Alina menyodorkan tas itu kepada Nadine yang sedang duduk di kantin bersama teman-teman satu gengnya.
Suasana di kantin tidak begitu ramai, karena jam istirahat hampir segera berakhir.
Nadine menoleh kepada Alina, "Wow! Dapet uang darimana lo?" tanya Nadine heran, belum sampai seminggu Alina sudah bisa mengganti tas miliknya.
"Darimana gue dapet uang, bukan urusan lo. Dan sekarang urusan gue sama lo udah kelar" ucap Alina lalu beranjak dari mereka.
"Gue liat akhir-akhir ini, lo sering sama Andrean. Apa jangan-jangan lo manfaatin dia, dan morotin uangnya ya. Kan dia orang kaya"
Mendengar itu, Alina menghentikan langkahnya, dan berbalik.
"Varo pasti malu banget punya pacar kayak lo. Oh, masih pacar ya? Apa udah jadi mantan" sambung Nadine sambil tersenyum miring.
Telinga Alina panas mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Nadine. Ia langsung menghampiri tempat duduk Nadine.
"Jaga mulut lo ya, gue gak pernah manfaatin Andrean." Suara Alina mulai meninggi.
Nadine bangkit dari kursinya. Ia mendorong Alina dengan kasar. Untunglah, Alina tidak sampai jatuh ke lantai karena seseorang menangkap badannya. Alina yang kaget langsung buru-buru berdiri. Ternyata, Andrean yang telah membantunya.
"Wah, orangnya langsung dateng nih" terdengar kalimat tersebut dari salah seorang teman Nadine yang berada di belakangnya.
Nadine menoleh ke belakang, sambil tersenyum miring. "Iya nih, mending kita pergi yuk"
Alina berterima kasih kepada Andrean karena telah membantunya. Alina sempat berpikiran untuk membalas Nadine, tapi Andrean melarangnya. Karena, percuma juga berurusan dengan orang seperti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T GO (ON GOING)
Teen Fiction"Aku tidak akan pergi, aku tidak akan meninggalkanmu" Kalimat yang sangat dibenci Alina ▪️Update setiap Sabtu