06 - Beda

2K 164 85
                                    

6 - Beda


"Tinky Winky."

"Dipsy."

"Laa-laa."

"Po."

Kebiasaan teman-teman Sadewa ketika bertandang ke rumah cowok itu; menyebutkan nama personel Teletubies, terlebih ketika mendapati adik Sadewa yang manja tapi galak. Rajendra biasa memanggilnya, "Demplon!"

Lalu yang disapa demikian cemberut.

"Gue sunat lu, Je!" ancam Sadewa, setengah geli. Karena sahabatnya itu langsung menutup aset berharganya dengan tampang ngeri. "Eh, nikmatan mana, sih? Disunat lagi atau dicupang Qia?"

Kini giliran Rajendra yang cemberut. Lantas dia mengadu pada kawan karibnya Dipsy alias Lala. "Demplon, kemaren Baim Wong disosor ama Gigi! Dan lo sebagai calon masa depan-"

"La, ke kamar! Nggak usah dengerin monyet baca puisi,' titah Sadewa.

Adiknya langsung patuh. Dia putar kursi roda yang didudukinya itu dan bergegas Rajendra membantunya. Selagi Senja menceletuk, "Modusnya itu, loh!"

Di sebelahnya, Awan mengangguk membenarkan.

Serentak dengan kemunculan Mama Sadewa. Seperti biasa, perempuan yang masih tampak awet muda itu menyapa, "Eh, ada The Monsters! Lama nggak main ke sini. Tante pikir, kalian udah lupa."

Kekehan Romeo menyambut. "Enggak lah, Tante. Pokoknya rumah-rumah yang banyak makanannya tuh selalu kita inget-inget." Mata elangnya berkeliling mengamati keempat sahabatnya dan meminta persetujuan, "Ya, nggak, guys?"

Serempak mereka menjawab, "Kaga!"

Bebarengan dengan dengkusan yang lolos dari bibir Romeo, keempat sahabatnya tergelak. Sebelum Sindy-Mama Sadewa-mengajukan sebuah pertanyaan, "Omong-omong yang ke sini cuma kalian?"

Senja mengangguk, mewakili teman-teman seperjuangan sekaligus sepermesumannya.

Sindy mendesau kecewa. "Yaahh..., Tante kira kalian ngajak Sam-" kalimatnya terputus, berusaha mengingat nama seseorang.

Membuat Rajendra yang paham segera angkat bicara. "Samantha maksud, Tante?"

Sindy mengangguk dengan senyum yang dikulum.

"Ooh... Mamen alias Mama Lemon aliasnya lagi saudara kembarnya Bernard yang kebetulan didemenin anak Tante lagi nguras Pantai Anyer. Maklumlah, Tante... Dia mah orangnya pekerja keras," lanjut Rajendra yang direspons Sindy melalui tawa.

"Selain itu, ya, Tan," sambung Senja. "Dia juga penyayang sesama. Kemaren aja nih ada nyamuk mati langsung dia kubur terus didoain biar idup lagi."

"Eh, kok sesama?" gumam Awan, sembari menyenggol lengan Senja.

Cowok itu menoleh. "Lo nggak tau, ya, kalau aslinya tuh Mamen masih keturunan Nyamuk? Lo tanya aja sama Dewa, kalau Mamen sering muter-muter di pikirannya."

Romeo yang berdiri di sebelah Rajendra berbisik, "Emang Bangsad punya pikiran, ya?"

Tanpa sadar bahwa bisikkannya itu tertangkap oleh pendengeran Lala. "Gue denger, Bang!"

Sementara Romeo meringis, Rajendra yang kadangkala suka drama pun berkicau, "Mereka mah gitu, Mplon; sering mendzolimi Abang lo, kecuali gue. Malahan justru gue yang sering didzolimi sama Abang lo. Contohnya kemaren. Masa nih ya, gue disuruh ngerjain PR dia kalau gue masih pengin jadi adek iparnya." Kepalanya menggeleng ditemani decakkan tak habis pikir. "Berhubung gue sayang sama lo, ya udah... gue kasihin aja buku Abang lo ke Bu Sur. Gue minta tu guru buat ngerjain, ehh... malah gue yang diomelin. Emang geblek tu guru."

Rajendra [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang