8 - Petunjuk Pertama
"Widih..., yang abis jadian," sambut Romeo, begitu Rajendra muncul dan bergabung bersama komplotannya. Seperti biasa, sebelum bel masuk berdering, pasukan The Monsters selalu menghabiskan waktu senggang mereka di kantin. Entah sekadar nongkrong sambil guyonan, nyalin tugas temen, mainan hape, dan masih banyak lagi.
"Iya, dong! Jadi cowok tuh yang tegas. Kalau sayang, ya, kasih dia status yang jelas," timpal Rajendra, agak songong.
"Tapi, ya..." Senja angkat bicara, "Untuk apa kepastian, kalau yang berjuang cuma sebelah pihak?"
Kalimat Senja menyedot seluruh perhatian. Wajah-wajah kepo khas penggemar acara gosip berpendar di masing-masing anggota. Hal itu langsung dipahami cowok bernama lengkap Agam Senja Dewandanu, sebelum kemudian dia melanjutkan, "I mean, di luar sana banyak, kok, pasangan yang statusnya udah jelas, tapi hatinya belum tentu. Maksud gue, kayak yang dibilang Armada, kadang kita cuma punya raganya aja, tapi enggak sama hatinya. Trust me, Nyet! Hati cewek tuh susah ditebak. Lu tau, di setiap kata yang keluar dari mulutnya itu selalu punya makna yang ambigu. Kek terserah, bagi cowok, terserah, ya, bodo amat. Tapi nggak sama cewek."
"Eh, gue jadi curiga kalau Enja abis nembak Magnum tapi nggak di-acc," terka Romeo yang disetujui ketiga sahabatnya lewat anggukkan.
"Enak aja!" gerutu Senja, seraya menempeleng kepala Romeo. "Biar pun dia cakep, pinter, kesayangan guru-guru... Monmaap, nih... Kalau hati gue nggak sreg, ya, ngapain gue nembak? Sorry again, nih... Gue bukan tipe cowok yang hobi nyari status."
"Sumpah!" seru Awan, heboh. "Gegara abis gue bawa ke Klinik Tong Pang, jadi waras dia."
Gelak-tawa seantero kantin menyambut.
Selagi Sadewa menceletuk, "Eh, bisa buat pelet juga, nggak?"
"Oh, tenang!" Jiwa sales Ustad Awan langsung keluar. "Klinik Tong Pang ini sudah dipercaya hampir seluruh makhluk yang bernyawa. Kemaren kucing tetangga gue mencret-mencret. Begitu dibawa ke sono, mati. Terus anjing tetangga gue kena rabies. Waktu dibawa ke sono, kabur. Sekian dan terima uang bicara."
"Anjeng!" umpat Senja, "Nyantet cemcemannya Lucinta Luna dosa, kaga?"
"Gue bantuin, say!" dukung Romeo.
Sadewa yang asyik menyelami obrolan para sahabatnya cuma terkekeh. Well, kadang ada masa di mana dia lebih senang jadi pendengar. Karena ketidakjelasan teman-temannya hanya akan menjerumuskannya pada ketidakwarasan. Bisa hilang citra cool yang dijabatnya tiga tahun ini.
Sementara Rajendra, cowok itu mulai sibuk bertukar pesan dengan pacar barunya. Siapa lagi kalau bukan Luna Maya alias Ratu Amanda.
Sean Rajendra Kinarius
Pengin ngucapin 'selamat pagi sayang' tapi keknya udah basi bangetRatu Amanda
Pengin bales 'selamat pagi juga sayang' tapi keknya terlalu klise banget
Sean Rajendra Kinarius
Bodo amat!Ratu Amanda
Pinter amat!
Sean Rajendra Kinarius
Gemashh!Ratu Amanda
Gedek!
Sean Rajendra Kinarius
Mangat belajarnya (:Ratu Amanda
Lu juga
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra [Rewrite]
Novela JuvenilKita adalah dendam yang seharusnya diselesaikan. Tapi takdir terlalu pandai dengan mengelabuhi kita lewat hal-hal mengesankan. Hingga pada waktunya fakta berkata, namun kita tidak bisa menerima realita. Aku, kamu, terjatuh ke dasar renjana yang tak...