7 - Tak Bisa
Untuk pertama kalinya—setelah tiga tahun berlalu—tangan besar itu kembali menggenggam tangan lain. Tangan yang pernah menamparnya, tapi tangan ini mampu meredam gemuruh amarah yang bergumul di balik dadanya. Meluruhkan segala emosi hanya dalam satu kali sentuhan. Dan... hatinya kontan menghangat. Mengembalikan segenap kepercayaan lantas menggantinya dengan ilusi.
Qia seolah replika dari sosok Quinsha.
Beku sikapmu buatku menggigil, terpaku pada harapan. Seharusnya lalu, bila temu hanyalah kata semu.
Di balik manisku, adalah palsu yang mendambamu karena sesuatu.
Jangan percaya pada senyum atau tatapku yang seakan menginginkanmu. Aku tak begitu.
Sebab kita adalah dua titik paradoks yang dipermainkan oleh semesta.
Satu jiwa terlihat menyuka, padahal cuma taktik menghapus luka dan melengahkan duka.
Kini, silahkan kau ternganga. Murka. Dan aku akan tertawa.
Sejatinya rasa adalah kosong yang dilebih-lebihkan oleh logika. Lalu sanubari terbawa, menenggelamkan benak pada asa, hingga bersambut lara.
Kita hilang jadi kenang.
Mata biji kopinya berpaling pada sesosok cewek berwajah mirip barbie yang duduk di hadapannya. Dia tatap manik cokelat terangnya itu, lantas dia telisik kedalaman bola matanya. Ada kesungguhan di sana. Intensitas yang terlukis lewat aksara, seakan berbicara melalui sorot teduhnya.
"What do you mean?" Rajendra menaikan satu alis, "Gue nggak punya banyak waktu buat basa-basi," tandasnya, dingin.
Qia mengulum senyum. Kepalanya mengangguk. "Lo... serius sama yang namanya Ratu-Ratu itu?"
Sekarang giliran Rajendra yang mengangguk, mengembangkan senyum di wajah Qia, dan cewek itu kembali buka suara. "Gue bakal bantuin lo buat ngedapetin dia, asal lo mau bantuin gue buat ngerebut seseorang yang sangat berarti di hidup gue."
Cowok itu tercengang.
"Gue nggak seserius itu pengin jadi pacar lo. Karena... Satu, komplotan The Monsters bukan tipe cowok idaman gue. Dua, gue masih punya pacar. Tiga, pacar gue lebih ganteng dan dewasa dari lo. Empat—"
"Jadi maksud lo apa?"
Qia menghela napas sejenak. Dia tatap netra hitam yang selalu memancarkan kilat sinis yang sarat akan luka dan kesakitan di baliknya. "Pura-pura jadi pacar gue."
Seketika tawa sumbangnya meledak.
Qia mengernyit. Lalu mencibir, "Nggak ada yang lucu, Njeng!"
Perlahan-lahan tawa Rajendra sirna. Atensinya dikembalikan pada sosok Qia. "Gue udah terbiasa dengan kepura-puraan. Dan gue bosen hidup dalam kepalsuan," tekannya, getir.
Kalimat yang dilontarkan dengan nada dingin itu mampu membuatnya kontan tercenung. Sesaat terenyak, Qia lantas menampilkan senyum kecut. "Dunia ini emang nggak adil! Kadang apa yang lo inginkan, belum tentu sejalan sama kenyataan. Dan gue pun merasakan. Satu yang mungkin lo lupa, lo nggak hidup sendiri. Ada banyak orang di sekitar lo, yang hidupnya nggak sebahagia kayak yang lo lihat. Lo pernah denger quotes; don't judge a book by cover?"
Anggukkan Rajendra, mengubah senyum kecut Qia menjadi senyum hangat.
"Nah, ntu tau! Kok, masih pura-pura goblok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra [Rewrite]
Teen FictionKita adalah dendam yang seharusnya diselesaikan. Tapi takdir terlalu pandai dengan mengelabuhi kita lewat hal-hal mengesankan. Hingga pada waktunya fakta berkata, namun kita tidak bisa menerima realita. Aku, kamu, terjatuh ke dasar renjana yang tak...