Sahabat

10 1 0
                                    

                         🌿🌿

Stella masih bingung dengan kata-kata yang diucapkan oleh Indi tadi.

                      ()()()()()

Calvin adalah sahabat Stella waktu SD kelas 1 sampai kelas 6. Mereka sangatlah dekat, kedua orangtua mereka sangat dekat juga, Lei juga tidak melupakan Calvin begitu juga sebaliknya. Mereka hanya menyembunikan ini semua dari Stella. Mereka tidak ingin tahu kalau Stella itu dulu amnesia.

sampai kata-kata yang tidak bisa di lupakan Calvin adalah 'Stella janji, Stella bakalan jadi ratunya Calvin, dan Calvin menjadi pangerannya Stella, kita jangan berpisah sampai kita tua nanti ya, aku sayang Calvin.' Kata Stella waktu masih kecil kelas 4 SD.

Sampai pada akhirnya Stella jatuh sakit dan Stella mengalami amnesia.

Ia cukup lama untuk sadar, akhirnya Stella di bawa pergi oleh ibunya ke luar negeri untuk disembuhkan. Stella pun menghilang kabar. Saat itu sampai hari kelulusan SD Calvin tidak tahu Stella dimana dan SMP dimana.

Satu tahun Stella amnesia, sehingga ia sekolahnya menjadi dibawah Calvin. Yang seharusnya ia seangkatan sama Calvin, tetapi tidak, karena satu tahun amnesia jadinya Stella tetap di kelas yang sama.

Dan kini Calvin menjadi kakak kelasnya.

Ia bertahun-tahun mencari Stella dimana, dan ia gembira sekali karena ia bertemu Stella karena bundanya. Ia sangat ingin bersorak sorai dalam hatinya, namun ia tidak boleh bersenang dulu.

Calvin mempunyai rencana yaitu lebih mendekatkan diri ke Stella. Apakah Stella akan sadar Calvin itu dulu sahabatnya? Atau perlu Calvin yang menyadarkan Stella, agar Stella sadar siapa Calvin?

Mulai detik saat ini, Calvin memulai kedekatannya dengan Stella. Ia yakin Stella bukan perempuan yang seperti mantannya dulu.

                       ()()()()()

"Efra!" Panggil lelaki memakai sweater berwarna biru.

"Kenapa za?" Tanya Efra pada Reza sambil menoleh ke mukanya.

"Lo bisa jagain Stella?"

"Kan lo pendampingnya."

"Ne..nenek gue meninggal jadi malem ini gua harus segera pergi ke rumah sakit, dan kemungkinan 2 hari kedepan gue gabalik.." kata Reza sambil mulut bergetar.

"Turut berduka cita ya Za.. yaudah sebagai gantinya gue jagain Stella."

"Makasih Fra!"

Setelah itu Reza segera meninggalkan tempat camping.

                      ()()()()()

Pagi hari ini sangat mendung. Akhirnya mereka melakukan kegiatan ipa yaitu proyek science di dalam aula.

Mereka berusaha keluar dari hutan dan menuju aula utama di hotel prison. Seharusnya mereka melakukan praktek di luar ruangan/di hutan. Tapi cuaca tidak mendukung.

"Stell gue jadi pendamping lo ya, soalnya si Reza mendadak ada urusan." Kata Efra dengan membantu menata peralatan ipa.

"Iya kak.. dengan senang hati." Kata Stella sambil tidak menahan senyum.

Namun dibalik itu semua Calvin melihat dengan mata tidak suka.

BRUK!

"Calvin apaan sih! Ini gelas jangan di banting-banting kenapa!" Kata pendamping Calvin.

Semua mata tertuju oleh Calvin dan menatap bingung.

Akhirnya acara pun di mulai.

"Baik para peserta, acara akan dimulai dalam hitungan 1 2 3 !!"

Mereka semua langsung tergesa-gesa membuat proyek science. Ada yang membuat roket, ada yang membuat campuran bahan kimia, dan masih banyak yang lebih kreatif lagi.

Stella dan Efra membuat roket. Mereka sangatlah kompak, bahkan hampir 5 kalo lebih mereka di puji MC dan Juri karena kekompakkannya.

"Kak botol plastik dimana?" Tanya Stella sambil menatap Efra.

"Bentar ya aku cari dulu." Kata Efra sambil langsung mencari. "Aduh gaada, aku ambil dulu ya di luar, aku lupa, kalau botolnya aku tinggalin di tenda peralatan." Lanjut Efra.

"Tenda peralatan dimana kak biar aku ambil." Tanya Stella.

"Di hutan." Kata Efra, "Aku aja yang ngambil Stell."

"Gausah kak, Aku aja. Lagian cuman sebrang ini."

Akhirnya Stella memutuskan keluar dari tempat membuat proyek.

Stella mulai jalan menyebrang ke hutan. Sekarang ia menggunakan hoodie berwarna abu-abu serta sepatu putih.

Stella berjalan lurus saat di hutan, akhirnya ia menemui tenda peralatan.

Stella pun mengambil botol plastik dan keluar dari tenda. Namun saat ia keluar dari tenda hujan bukan rintik lagi tetapi sudah sangat deras. Stella berlari menuju aula, tetapi ia lupa jalan menuju aula.

Stella tersesat di hutan.

Ia berlari menuju arah aula tetap tidak ketemu.

Sekitar 30 menit Stella tetap tidak balik ke aula. Efra dan para juri mulai khawatir.

JDUAR!!

Geluduk semakin kencang. Stella menangis di tengah hutan. Ia mendudukan dirinya dan mensandarkan diri di pohon. Ia menutup wajah nya dengan tangan sambil menangis.

///

See u next part...

SMELTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang