Chapter 4

8.3K 729 13
                                    

"Cepat atau lambat, semua orang akan mengetahuinya" ucap seorang wanita yang kini sedang bicara serius dengan Jennie.

"Hanya kau yang tau tentang ini, jika sampai terjadi kebocoran, berarti kau yang akan kusalahkan" ucap Jennie berlalu dari kamar apartemennya.

"Hey! Apa yang kau katakan!!" teriak wanita tersebut namun Jennie tak menghiraukannya sama sekali.

"Dasar keras kepala!" ucap wanita tersebut sambil menarik nafas kasar.

-
-

"Lisa, apa kau bisa membawaku kesuatu tempat?" tanya Jennie.

Kini Lalisa dan Jennie sudah kembali duduk ditepi danau yang dulunya adalah tepat favorite Lalisa kini menjadi tempat favorite Jennie juga.

"Suatu tempat?" tanya Lalisa.

"Ya, tempat yang jauh dari sini" ucap Jennie.

Lalisa terdiam sejenak lalu menggeleng kepalanya.

"Bukannya kau orang asing disini?" ucap Jennie.

Lalisa mengernyitkan dahinya mencoba memahami perkataan Jennie.

"Apa kau ingin aku membawamu ke tanah kelahiranku?" tanya Lalisa.

"Yup! Kau benar sekali" ucap Jennie menunjukkan gummy smilenya.

"Kenapa?" tanya Lalisa.

"Hm.. Aku hanya ingin liburan" ucap Jennie.

"Aku tidak mungkin meninggalkan ibuku disini" ucap Lalisa.

Jennie menatap Lalisa bingung.

"Ada daddymu kan? Jadi mommymu tak sendirian" ucap Jennie.

Lalisa tersenyum kecut.

"Ayahku akan sibuk dengan dirinya sendiri, aku mengkhawatirkan ibuku" ucap Lalisa.

Jennie hanya terdiam.

"Kau bisa mengajak keluargamu bukan? Kenapa seolah olah kau membatalkan liburanmu karena aku tak mau menemanimu?" tanya Lalisa.

Jennie terlihat gugup.

"Hm.. Tidak, aku.. Ah keluargaku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka" ucap Jennie.

Sementara Lalisa lagi lagi merasa bingung dengan kegugupan Jennie.

"Ohya, apa kau tidak kuliah?" tanya Jennie seolah mengalihkan pembicaraan.

Lalisa tersenyum.

"Aku menunda kuliahku, namun aku juga tidak tau, aku benar benar menundanya atau malah benar benar berhenti kuliah" ucap Lalisa.

"Um? Kenapa?" tanya Jennie.

"Masalah biaya" ucap Lalisa.

Jennie mengangguk pelan.

"Sebenarnya ibuku bisa saja membiayai kuliahku, tapi aku tak mau membuat ibuku kelelahan bekerja untuk membiayai kuliahku disaat ibuku juga harus membiayai hidupku dan juga ayahku" ucap Lalisa.

Lagi lagi Jennie mengangguk pelan, Jennie merasa bersalah karena telah bertanya tentang hal itu, Jennie mengerti, dibalik senyum Lalisa pasti terdapat luka dalam dirinya.

"Maaf aku bertanya hal hal tentang itu" ucap Jennie.

"Tidak masalah, karena faktanya memanglah seperti itu" ucap Lalisa.

"Daddy!" ucap Lalisa dengan tiba tiba.

Ternyata Lalisa melihat ayahnya yang sedang berjalan sempoyongan.

Love in RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang