Chapter 18

5.2K 474 19
                                    

"Ceritakan semuanya, kuharap kau berkata yang sesungguhnya terjadi" ucap Jisoo dengan nada datar.

"Sebelumnya terimakasih karena kau telah melepaskanku" ucap Chaeng membuat Jisoo mengangguk.

"Aku minta maaf, karena pada saat itu aku membohongimu. Sebenarnya ayah angkatku tak merestui hubungan Jane dan Lalisa. Hingga mereka melarikan diri dari rumah untuk tetap bersama. Sepertinya anak buah ayah angkatku diperintah untuk memata matai mereka dan mungkin saja berniat membawa Jane kembali kesini, tapi sepertinya mereka gagal dan ayah angkatku bilang kemarin, dia yang akan turun tangan. Kurasa itu artinya ayah yang akan membawa Jane kesini. Dan yang membuatku khawatir adalah ayah bisa melakukan hal yang tidak tidak pada Jane, terlebih ketika ayah tak sengaja mengatakan Jane bukanlah anak kandungnya kemarin" jelas Chaeng panjag lebar.

Lantas Jisoo mengepal tangannya, kepalanya menggeleng pelan.

"Aku tidak akan membiarkan si brengsek itu menghancurkan kebahagiaan adikku juga" ucapan Jisoo kali ini berhasil membuat Chaeng tercengang.

"A-adik? Apa maksudmu? Siapa yang kau maksud adik?"

Jisoo menghembuskan nafas beratnya.

"Ruby Jane, dia adikku" ucap Jisoo menundukkan kepalanya, matanya memerah menahan tangis.

"Tolong beri aku penjelasan, apa maksudmu?"

"Ayahku meninggal 3 hari yang lalu, dan ayahku menyampaikan pesan padaku, aku harus mengambil adikku dan hidup bersamaku, dan ternyata dia adalah Jane"

Air mata Jisoo mulai keluar membasahi pipinya, namun tangannya selalu sigap menyeka air matanya.

"Ayahku mengatakan, dulu ayahku terlilit hutang, sampai aku harus hidup bersama paman dari lahir sampai usiaku 1 tahun agar kebutuhanku terpenuhi.
Sementara itu tanpaku tau, aku memiliki seorang adik yaitu Jane, dan ibuku meninggal setelah melahirkan Jane.
Dan biaya operasi persalinan itulah yang menambah hutang ayahku pada si brengsek itu.
Sampai akhirnya ayahku harus merelakan Jane sebagai pelunas hutangnya.
Namun hutang selain biaya persalinan tetap dianggap belum lunas.
Tak lama setelah itu, ayahku membawaku untuk tinggal bersamanya sampai saat ini, namun aku sama sekali tak mengetahui cerita ini sampai aku mengenal Jane dan berhubungan layaknya kekasih dengannya yang ternyata adalah adikku sendiri"

Jelas Jisoo panjang lebar.

"Lalu kau datang kesini untuk....."

"Minggu kemarin, manusia biadab itu menemui ayahku, memintaku untuk bergabung dalam prostitusi yang tetap berjalan sampai saat ini dibawah tangannya sendiri, mungkin itu juga alasan si brengsek itu menginginkan Jane. Agar Jane bisa ia gunakan dalam pekerjaan menjijikan itu"

Lantas Chaeng semakin dibuat terkejut dengan setiap penuturan Jisoo.

"Dia sempat membawaku secara paksa, sampai terjadi keributan dengan ayaku. Dan disitulah dia menembak ayahku, dan dia melarikan diri. Ayahku sempat dirawat beberapa hari, menceritakan semuanya, namun pada akhirnya harus menutup usia" ucap Jisoo kini tak kuasa menahan air matanya yang sempat berhenti mengalir.

Chaeng merangkul bahu Jisoo berniat menenangkannya.

-
-

"Jen, kumohon jangan seperti ini. Maafkan perkataan ibuku" ucap Lalisa memegang bahu Jennie.

"Biarkan aku pergi Lisa!" ucap Jennie terisak.

"Tidak aku tak akan pernah membiarkanmu pergi. Aku akan mempertahankanmu untuk tetap disini"

"Kau terancam bahaya jika aku terus bersamamu! Apa kau tak mengerti juga huh!"

Satu pukulan mendarat dibahu Lalisa.

"Jen, dengarlah. Ibuku berkata seperti itu adalah suatu hal yang wajar, dia mengkhawatirkan anaknya. Kuharap kau mengerti dalam keadaan seperti ini. Percayalah padaku, aku akan selalu berusaha agar kau tetap disini, sungguh Jen, aku mencintaimu. Kita akan melewati semuanya bersama sama"

Lantas Jennie terdiam masih dalam tangisnya.

"Jen, apa kau mencintaiku?"

Jennie hanya mengangguk.

"Jika kau mencintaiku, biarkan aku mencintaimu dengan menjagamu, membahagiakanmu, dan melewati semua yang akan terjadi maupun yang sedang terjadi saat ini, bersama" ucap Lalisa menyeka air mata Jennie.

Lantas Jennie memeluk Lalisa erat.

"Jangan menangis lagi, karena itu membuatku sakit Jen" ucap Lalisa mengelus rambut Jennie dalam pelukannya.

-
-

"Apa kau berniat menyelamatkan Jane sekarang?" tanya Chaeng penuh harap.

"Tentu, aku akan menyelamatkan dan membuat manusia biadab itu mati ditanganku" ucap Jisoo mengepalkan tangannya.

"Maaf, kurasa jika kau akan membunuh ayah angkatku kau yang akan ditetapkan bersalah" ucap Chaeng.

"Kau membela ayahmu? Yang mungkin suatu saat akan menjualmu?"

Lantas Chaeng menggeleng.

"Tidak seperti itu, setidaknya dia yang mengurusku sejak kecil, dia membiayai hidupku selama ini. Aku mohon, biarkan dia tetap hidup. Setidaknya kau masih bisa melaporkannya pada polisi"

Chaeng memohon dengan air mata yang mulai mengalir.

"Bodoh, polisi juga akan memberikan hukuman mati padanya karena dia ditangkap atas kasus pembunuhan nantinya"

Lantas Chaeng hanya menangis dan menundukkan kepalanya.

"Setidaknya aku tak melihatnya mati ditanganmu"

Mendengar ucapan Chaeng lantas Jisoo tertawa.

"Apa kau bilang? Hey! Dengarlah, mau ditanganku atau bukan, dia akan tetap mati! Dan aku ingin dia mati ditanganku sendiri! Kau paham!" teriak Jisoo.

"APA KAU GILA?!! KAU AKAN MENDEKAM DALAM PENJARA JIKA DIA MATI DITANGANMU!!"

Seketika Jisoo terdiam, terkejut dengan apa yang Chaeng lakukan, dia baru saja meneriakinya.

"Kau tau kenapa aku tak mau kau dipenjara? Aku sangat tidak rela karena aku akan jauh darimu!! Aku mencintaimu Kim Jisoo!!"

Jisoo masih terdiam, terlebih saat mendengar kalimat terakhir Chaeng.

Hampir sepuluh menit keduanya terdiam sampai akhirnya Chaeng kembali membuka suara.

"Baiklah, lupakan ucapanku barusan. Kita lakukan apa yang seharusnya kita lakukan, aku akan terlebih dulu melapor pada polisi mengenai ayah angkatku. Setelah itu kita berangkat ke Thailand, kuharap kita tidak terlambat" ucap Chaeng.

-
-

"Kau ingin kubelikan eskrim?" tanya Lalisa ketika keadaan sudah mulai membaik.

Jennie mengangguk pelan.

"Tapi kau bisa memberikan dulu senyummu untukku?" ucap Lalisa mengelus pipi Jennie dengan ibu jarinya.

Lantas Jennie tersipu dan berhasil membuat Lalisa tersenyum juga.

"Baiklah, ayo" ucap Lalisa menggenggam tangan Jennie.

"Apa kita tidak akan menggunakan mobil?" tanya Jennie membuat Lalisa yang hendak melangkahkan kakinya kini mengurungkan niatnya.

"Um?"

"Jen, lihatlah sekarang kita dimana?" tanya Lalisa lantas Jennie melihat kesekelilingnya.

Tempat ramai yang Jennie lihat sekarang, ternyata keduanya berada ditengah kota.

"Kau berlari sampai kesini, apa kau tak sadar hm?" ucap Lalisa membuat Jennie membuat Jennie menggaruk kepalanya yang jelas tak gatal.

"Maaf.." ucap Jennie memperlihatkan deretan giginya dengan mata yang menyipit.

Lantas Lalisa menggeleng.

"Sudah, ayo"

TBC

Maaf dipart moment Jenlisanya dikit karena yang ada dalam fikiran authornya gitu:v Daripada maksain buat banyakin Jenlisa kan gak nyambung entar alur ceritanya wkwk.

See you..

Love in RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang