Chapter 7

6.8K 634 8
                                    

"Lalisa.." ucap mommy Lalisa menghampiri Lalisa yang sedang menatap kearah luar jendela kamarnya.

Sontak Lalisa menoleh.

"Mommy mengerti perasaanmu sekarang, maafkan mommy membuatmu jauh dari Jennie" ucap mommy Lalisa mengelus pundak Lalisa, sedangkan Lalisa hanya menunduk.

"Tak ada yang patut disalahkan mom, mungkin sudah seharusnya seperti ini" ucap Lalisa.

Mommy Lalisa terdiam sejenak.

"Mommy mengizinkanmu menemui Jennie" ucap mommy Lalisa membuat Lalisa menatapnya.

"Pergilah, tapi setelah kau menemuinya kau harus tetap pulang kesini" ucap mommy Lalisa.

"Tapi.. Aku tidak akan bisa meninggalkan mommy disini" ucap Lalisa.

Mommy Lalisa tersenyum.

"Disini tempat kelahiran mommy, kita punya keluarga disini, apa kau lupa? Mommy akan baik baik saja. Justru mommy mengkhawatirkanmu" ucap mommy Lalisa.

Lalisa tersenyum bahagia.

"Aku akan menjaga diriku baik baik disana mom. Terimakasih telah membiarkanku pergi kesana" ucap Lalisa.

"Mommy akan menyiapkan makan malam, ketika mommy panggil nanti, segeralah ke bawah" ucap mommy Lalisa.

Lalisa hanya tersenyum dan mengangguk.

"Mommy mengerti perasaanmu, kau mencintainya. Mommy tak akan menghalangi kebahagiaanmu Lalisa" batin sang ibu sebelum akhirnya menutup pintu kamar Lalisa.

.
.

"Maaf Nona, Ny. Jennie Kim sudah tidak menempati kamarnya" ucap seorang wanita yang sedang berada didepan pintu kamar apartment Jennie.

"Kenapa begitu? Dimana dia sekarang?" tanya Lalisa.

"Saya tidak tau Nona, karena Ny.Jennie hanya menyewa kamar apartment ini, dia bukan pemiliknya" ucap wanita tersebut.

Lalisa terdiam.

"Apa kau memiliki alamat rumahnya?" tanya Lalisa.

"Maaf nona, saya tidak memilikinya. Tapi.." ucap wanita tersebut lalu beerlari kedalam kamar dan tak lama kemudian kembali dengan sebuah kotak pink ditangannya.

"Saya menemukan kotak ini didalam kamar setelah Ny. Jennie pergi, mungkin ini miliknya" ucap wanita tersebut.

Lalisa segela mengambil dan membuka penutup kotak tersebut, terdapat sebuah saputangan rainbow yang pernah Lalisa berikan pada Jennie.

Tidak hanya itu saat Lalisa mengambil saputangan tersebut, Lalisa menemukan secarik kertas yang belum Lalisa baca dan sebuah kartu nama didalamnya.

"Ruby Jane" bisik Lalisa melihat kartu nama asli milik Jennie.

"Baiklah terimakasih, saya permisi" ucap Lalisa berlalu.

-
-

Setibanya dikamar hotel, Lalisa membuka secarik kertas yang ada dalam kotak pink tadi.

Ternyata sebuah nomor ponsel yang tertulis didalam kertas tersebut.

Lalisa segera mengetikan nomor tersebut pada ponselnya dan segera menghubunginya.

Lalisa berjalan kekanan dan kekiri menunggu jawaban panggilan telfonnya.

"Hallo.." ucap seseorang disebrang sana.

"Jennie!" ucap Lalisa.

"Lalisa? Benarkah ini dirimu?" ucap seseorang yang terdengar bukan suara Jennie.

"Ya, siapa kau? Apa kau Jennie?" tanya Lalisa.

"Syukurlah, aku Chaeng yang menemani Jennie saat di Korea" ucap Chaeng disebrang sana.

"Dimana kau dan Jennie sekarang?" tanya Lalisa.

"Aku masih di Korea, dan Jennie.. Jennie sudah pulang ke Amerika" ucap Chaeng.

"Kau bisa menemuiku?" tanya Lalisa.

"Tentu, kapan?" tanya Chaeng.

"Jika bisa, nanti malam. Aku sudah berada di Korea" ucap Lalisa.

"Baiklah" ucap Lalisa.

-
-

"Jane" ucap Jisoo membuka pintu kamar Jennie, mendapati Jennie yang sedang duduk didepan meja riasnya.

"Jisoo.." ucap Jennie dan berlari kearah Jisoo, memeluk Jisoo erat.

"Aku merindukanmu Ruby Jane" ucap Jisoo.

Jennie melepas pelukannya.

"Apa kau pikir aku tak merindukanmu?" ucap Jennie meneteskan air matanya.

Jisoo tersenyum dan ikut meneteskan air matanya.

Jennie kembali memeluk Jisoo.

"Kenapa kau harus kembali disaat semua sudah berubah Jane" ucap Jisoo.

Sontak Jennie melepas pelukannya.

"Apa maksudmu?" tanya Jennie menatap Jisoo.

Tiba tiba seorang pria berdiri didepan pintu kamar Jennie.

Kedua wanita cantik tersebut melihat kearah pria tersebut, terlebih Jisoo yang langsung menghampiri pria tersebut dan menggandeng lengannya. Sedangkan Jennie hanya diam mematung.

"Maafkan aku Jane, aku sudah menikah" ucap Jisoo menundukkan kepalanya menahan tangis.

Jennie berjalan perlahan kearah sepasang suami istri tersebut.

"Kau membuatkan kejutan untukku kan? Ini semua settingan?" ucap Jennie dengan mata yang berkaca kaca.

Jisoo menggeleng, sedangkan pria yang berstatus suami Jisoo mengelus tangan Jisoo yang menggandeng lengannya.

Jennie terdiam, air matanya kini mengalir membasahi pipinya.

"Pergi, sebelum tanganku sendiri yang akan menyeret kalian" ucap Jennie pelan disela tangisnya, menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku Jane" ucap Jisoo meraih tangan Jennie namun Jennie segera menepisnya.

"Pergi!!" teriak Jennie.

"Sudah, kita pergi sayang" ucap suami Jisoo mengelus pundak Jisoo.

Brakk!!

Jennie menutup pintu kamarnya dengan keras.

Dengan berat hati Jisoo melangkahkan kakinya.

Sedangkan Jennie menangis, terduduk memeluk kedua lututnya dibalik pintu.

-
-

"Bagus, pergilah dan jangan pernah menemui anakku lagi. Sesuai janjiku, semua hutang ayahmu kuanggap lunas" ucap ayah Jennie pada Jisoo yang masih menangis dibelakangnya.

Jisoo segera berlari keluar dari dalam rumah Jennie sedangkan ayah Jennie tersenyum licik.

-
-

"Jane pernah membuang saputanganmu, namun aku sengaja menyimpannya, karena aku yakin kau akan kembali dan menemukan saputangan itu, aku sengaja menyimpan kartu nama asli Jane juga agar sedikit paham dan tak begitu terkejut ketika mengetahui semuanya. Jane tidak sengaja membohongimu Lalisa, seperti manusia lainnya yang memiliki rasa waswas. Jane takut jika identitasnya terbongkar dan sampai ke telinga ayahnya, maka dari itu ia tetap menggunakan identitas palsunya padamu dan juga orang disini" ucap Chaeng.

Lalisa terdiam sejenak.

"Jane pernah bilang padaku jika dia membencimu, mungkin karena Jane masih kecewa karena kau meninggalkannya. Tapi aku yakin itu hanya sementara" ucap Chaeng.

"Apakah aku masih bisa menemuinya?" tanya Lalisa.

"Tentu, kau bisa pergi ke Amerika, karena Jane tidak mungkin kembali kesini dalam waktu dekat ini, Jane masih butuh banyak waktu untuk menenangkan diri" ucap Chaeng.

"Sekecewa itukah dia padaku" ucap Lalisa menunduk.

TBC

Love in RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang