Chapter 6

7K 642 7
                                    

"Jane, kau harus makan dulu, kau harus minum obat. Tubuhmu demam" ucap wanita sedari tadi membujuk Jennie.

"Tidak Chaeng, aku tak ingin makan" ucap Jennie dan ternyata wanita yang menemani Jennie bernama Chaeng.

"Yasudah, kalau begitu kau tidur, ini sudah malam" ucap Chaeng menutup tubuh Jennie dengan selimut.

3 hari berlalu..

Jennie masih banyak diam, bahkan kata kata yang keluar dari mulutnya saja bisa terhitung.

Chaeng mulai semakin khawatir dengan keadaan Jennie yang banyak melamun.

"Jane.." ucap Chaeng duduk disamping Jennie.

"Kenapa kau tak mencoba menghubungi Lalisa lewat telfon saja" ucap Chaeng.

Jennie terdiam sejenak.

"Jangan membicarakannya, aku sudah terlanjur membencinya" ucap Jennie.

Chaeng mengerti dengan keadaan Jennie sekarang, Jennie berkata seperti itu mungkin karena Jennie masih belum bisa menerima Lalisa pergi.

Chaeng hanya terdiam mendengar perkataan Jennie.

"Hubungi ayahku, aku ingin pulang" ucap Jennie sontak membuat Chaeng terkejut.

"Apa kau yakin? Lalu apa gunanya kau pergi jauh jauh kesini, bersembunyi hampir selama 6 bulan disini bahkan mengganti namamu, tapi akhirnya kau menyerahkan dirimu" ucap Chaeng.

"Aku tidak perduli dengan perjuanganku selama ini. Aku menyesal sudah pergi kesini. Cepat hubungi ayahku Chaeng" ucap Jennie.

Chaeng hanya menarik nafas berat.

"Baiklah" ucap Chaeng.

Dengan ragu Chaeng menghubungi ayah Jennie yang selama ini tidak pernah ada contact dengan ayah Jennie maupun keluarga Jennie di Amerika.

"D-daddy" ucap Chaeng saat panggilannya tersambung.

"Chaeng? Benar kau Chaeng?" ucap ayah Jannie disebrang sana.

"Iya dad, ini aku" ucap Chaeng dengan nada ketakutan.

"Ya Tuhan, Chaeng, dimana kau sekarang? Dimana Ruby?" tanya sang ayah terdengar khawatir.

"A-apakah daddy tidak marah?" tanya Chaeng.

Terdengar ayah Jennie menarik nafas berat.

"Daddy tidak mungkin memarahimu disaat akhirnya daddy mendengar suaramu lagi. Daddy selalu mencarimu dan juga Ruby. Dimana kalian sekarang?" ucap sang ayah.

"Maafkan Chaeng, dad. Aku sekarang berada di.." ucap Chaeng menengok kearah Jennie.

Jennie mengisyaratkan Chaeng untuk memberikan ponselnya padanya. Chaengpun memberikan ponselnya pada Jannie.

"Dad.." ucap Jennie pelan.

"Ruby.. Ya Tuhan sayang, maafkan daddy. Sungguh daddy menyesal. Ohya dimana kalian sekarang? Apa kalian baik baik saja? Daddy mohon, pulanglah" ucap sang ayah disebrang sana.

Jennie terdiam sejenak.

"Kami.. kami baik baik saja" ucap Jennie melirik sekilas kearah Chaeng yang sedang berdiri menghadapnya.

"Syukurlah, lalu dimana kalian? Pulanglah sayang, daddy janji tak akan lagi memaksamu menikah dengan laki laki pilihan daddy" ucap ayah Jennie.

Jennie meneteskan air matanya, entah apa yang ia tangisi sekarang.

"Jemput aku dad, aku di Korea" ucap Jennie disela tangisnya, lalu mematikan sambungan telfonnya.

"Jane.." ucap Chaeng duduk disamping Jennie yang sedang menangis.

Jennie memeluk Chaeng, menumpahkan semua tangisnya dalam pelukan Chaeng.

-
-

2 hari kemudian ayah Jennie dan juga Chaeng tiba di Korea.

"Daddy!!" seru Chaeng langsung memeluk ayahnya saat melihat sang ayah berada didepan pintu kamar apartemen.

"Chaeng! Akhirnya aku bisa menemukanmu" ucap sang ayah memeluk erat Chaeng.

Sedangkan Jennie hanya berdiri dibelakang Chaeng.

Chaeng melepas pelukannya saat menyadari sang ayah melihat Jennie.

Kini sang ayah berjalan mendekat kearah Jennie.

Menangkup wajah Jennie sebelum akhirnya membawa Jennie kedalam pelukannya.

"Maafkan daddy sayang" ucap sang ayah memeluk erat Jennie.

"Daddy tidak pernah menyangka kau akan berbuat senekad ini" ucap sang ayah.

Sedangkan Jennie hanya diam.

"Apa kau masih marah?" tanya sang ayah melepas pelukannya.

Jennie hanya terdiam, sebenarnya Jennie masih merasa kesal terhadap sang ayah yang pernah memaksanya untuk menikah dengan pria pilihannya dan tak menyetujui hubungannya dengan Jisoo yang sama sama perempuan.

Sampai membuat Jennie melarikan diri mengajak adik angkatnya, Chaeng.

"Aku ingin segera pulang" ucap Jennie tanpa berkata panjang lebar.

"Baiklah, besok lusa kita akan pulang ke Amerika. Semua menantikan kalian disana" ucap sang ayah.

TBC

Love in RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang