"C'mon, Cherry."
Beberapa kali bibirku membuka lalu menutup lagi. Aku penasaran hebat itu sudah jelas, entah kenapa ada ketakutan tersendiri di dalam sana.
"Lincoln, I," sesaat aku berhenti, berpikir maksudku, "I don't wanna see it."
Perlahan dia memegang kedua pundakku hingga menghadapnya.
"Why?"
"I'm just...scared."
"I will not hurt you."
Bukan itu maksudku. Oh, My! Kenapa begitu sulit untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan padanya sekarang.
"I know that."
"Good."
Dia memelukku, lalu kami kembali berjalan pelan. Apalagi yang ingin dia tunjukkan padaku? Four chambers dengan segala isinya itu sudah membuatku begitu syok dan sekarang, another shock?
Aku masih tidak mengenal ruangan yang kami lewati hingga aku mulai teringat video yang dia tunjukkan padaku pada malam itu. Ya, kini kami memasuki sebuah lorong panjang yang begitu cantik dengan beberapa lukisan abstract tertempel di dinding, juga dengan cahaya yang memberikan kesan hangat. Itu benar, lorong yang sama yang aku lihat di video itu saat dia menunjukkan four chambers padaku.
Langkahnya berhenti saat sampai di ujung lorong begitu juga denganku. Seperti yang terlihat di video itu, dua buah pintu yang jaraknya tidak terlalu jauh yang terlihat di depan kami.
Left door.
Right door.
Sekali lagi, aku masih ingat, four chambers ada di balik right door. Untuk left door, aku tidak tahu apa yang ada di balik pintu itu. Lincoln tidak memperlihatkannya di video itu. Ya, hanya right door yang dia perlihatkan.
"Apa kamu akan memperlihatkan four chambers padaku?" tanyaku pelan dengan menatapnya walau pandangannya masih lurus pada dua pintu di depan kami.
Dia belum menjawabu. It's okay, mungkin dia butuh waktu untuk berpikir. Menunjukkan miliknya yang paling berharga itu atau tidak maksudku.
"Cherry."
"Ya," jawabku cepat.
"I trust you."
Pandangannya sudah beralih padaku saat mengucapkannya.
"I trust you," ucapku pelan, tidak tahu harus mengucapkan apa lebih tepatnya.
Detik berikutnya, dia terlihat memasukkan beberapa kode juga mengarahkan matanya pada sebuah layar kecil yang berada di pintu. Bukan right door, namun left door.
Bip.
Left door terbuka begitu saja.
Pelukannya begitu erat. Perlahan kami memasuki ruangan yang gelap awalnya dan berubah menjadi terang setelah kami masuk beberapa langkah.
Aku tidak melihat apa pun di depanku. Ruangan yang luas dengan dinding kaca di semua sisinya hingga aku dapat melihat diriku juga laki-laki dengan ketampanan yang menyesakkan dada itu yang masih memelukku erat. Mungkin aku bisa menyebutnya Glass Room.
"Lincoln," ucapku pelan, "nothing's here. Apa ini ruangan yang benar?"
"Ya."
"Aku hanya melihat kaca di sini."
Jujur, aku bingung sekarang. Benar-benar tidak ada apa pun di ruangan ini. Tapi, tunggu. Apa ada sesuatu di balik setiap dinding kaca ini?
"Apa yang kamu lihat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lustfulness- #lustseries 1.0 [✅] 🔚
Mystery / Thriller21+ ONLY AGE RESTRICTIONS!! This is Thriller - Action - Romance story. Banyak mengandung unsur dewasa. I'VE WARNED YOU!!! Be wise reader. Bijaklah dalam memilih bacaan. ____________ Breathing in. Breathing out. Beberapa kali aku melakukannya. "My b...