Chapter 21 - Sweet Little Thing

7.4K 779 41
                                    

Silent meeting.

Belum ada suara atau pun pergerakan di ruangan meeting ini. Entah siapa yang dia maksud, jelas aku tidak tahu gentleman mana yang dia maksud. Mungkin karena sedari awal pandanganku hanya fokus pada laki-laki dengan ketampanan menyesakkan dada itu hingga aku tidak memperhatikan laki-laki lain di ruangan meeting ini.

Tidak berselang lama, dia kembali bersuara. Ya, menutup meeting yang sedari awal aku tidak mengerti maksudnya. Penanaman modal, dealing, ya, seperti itu mungkin. Oh, jelas itu bukan urusanku!

"C'mon," ucapnya yang sekarang ditujukan untukku.

Dia sudah berdiri dan mengulurkan tangannya padaku lebih tepatnya. Seperti sebelumnya, refleks aku menyambut tangan besarnya itu tanpa bersuara. Jangan berpikir para gentleman di dalam ruangan meeting besar ini meninggalkan ruangan. Tidak, mereka masih belum bergerak. Aku yakin mereka akan meninggalkan ruangan ini setelah laki-laki dingin juga tampan ini meninggalkan ruangan.

"Lincoln," aku mulai bersuara saat kami kembali ke ruangan yang sedari awal aku tempati di penthouse mewahnya ini, "are you okay?"

Hanya anggukan yang dia berikan. Detik selanjutnya dia melepaskan tangan kecilku setelah aku duduk di sofa panjangku. Tanpa bersuara lagi, dia kembali duduk di kursi kerjanya. Sedikit aneh, entah ini hanya perasaanku saja atau memang ada perubahan darinya pasca kalimat peringatan yang dia ucapkan di meeting room sebelumnya.

Mungkin sebaiknya aku tidak berpikir terlalu jauh. Tidak ingin duduk diam, aku memutuskan untuk berdiri juga berjalan, ke arah dinding kaca yang tidak jauh dari posisi sofa panjangku. Satu yang aku lakukan, menikmati pemandangan yang begitu indah di luar sana.

Aku yakin tidak lama berdiri, suaranya kembali terdengar.

"Let's have lunch."

Bukan di dalam penthouse-nya, namun dia membawaku keluar penthouse-nya itu, lalu kembali masuk ke black limousine-nya yang sudah menunggu kami di lobi. Well, aku tahu dengan pasti restoran mana yang dia tuju. Ya, restoran yang sama saat aku melihatnya bersama dengan bodyguard-nya setelah aku menjadi story teller di acara amal kala itu. Tidak hanya itu, kami sudah duduk di tempat yang sama di mana dia duduk saat itu yang tentu saja pemandangan terlihat begitu mengagumkan dari spot ini.

"Selamat siang, Tuan, Nona."

Oh, itu suara waiter di restoran ini. Dia sudah memberikan dua buku menu pada kami.

"Pilih menunya," ucap Lincoln cepat, tanpa jeda.

Tidak sepertiku, dia tidak menyentuh buku menu itu sama sekali yang diulurkan oleh waiter itu sebelumnya. Mungkin dia tidak ingin berurusan dengan hal kecil ini. Lupakan!

Well, aku mengangguk pelan, lalu memilih menu dari appetizer hingga dessert setelahnya. Belum sampai aku menyelesaikan menu yang aku pilih, dia kembali bersuara. Ya, aku masih menunduk menatap buku menu itu lebih tepanya.

"You're fired."

For heaven's sake!

Apa maksudnya?

Ke pada siapa dia berbicara?

Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku kepadanya. Pandangannya bukan ke arahku, namun pada waiter yang masih berdiri mematung di samping kami.

"Ma..maafkan saya, Tuan."

What?

Apa salah waiter itu?

Lustfulness- #lustseries 1.0 [✅] 🔚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang