Chapter 11 - Nightmare

9.3K 933 33
                                    

"Who are you?"

Bukan lagi suara pelan, namun suara lirih hingga aku sedikit kesulitan mendengar suaraku sendiri. Kurasakan napasku yang semakin menderu dan tanganku tidak lagi memukul dada bidangnya, tetapi memegang kuat kemeja putih yang dia biarkan terbuka hingga bagian dada atasnya terlihat jelas. Hei, jujur saja, itu tampilan sexy!

Masih belum ada suara darinya walau dia menatapku dengan tatapan yang tidak kumengerti itu. Sesaat aku kembali mengingat kalimat Cydney saat di super sexy party beberapa hari yang lalu.

'Kamu tidak akan mengatakan apa pun. It's you, Baby.'

Perlahan aku melepaskan tanganku dari dadanya, lalu menyandarkan punggungku pada sandaran kursi. Pandanganku tidak lagi ke arah laki-laki dengan ketampanan menyesakkan dada itu, melainkan pada kaca jendela di sampingku tanpa mengatakan apa pun lagi.

Entah berapa lama keheningan menyelimuti kami hingga aku kembali mendengar suara yang begitu khas itu.

"C'mon."

Pintu di sampingku sudah terbuka. Aku yakin masih begitu emosi hingga aku tidak menatapnya, lalu keluar begitu saja. Kulipat kedua tanganku di dadaku, mungkin aku tidak ingin dia menggenggam tanganku lagi.

Tidak ada makanan yang aku pesan. Ya, dia yang memesan menunya dari appetizer hingga dessert. Mungkin karena dia tahu aku tidak ingin bersuara lagi. Seperti sebelumnya, hanya keheningan yang menyelimuti kami. I don't care!

"Apa ada menu lain yang ingin Anda pesan, Tuan?"

Okay, itu suara waitress di restoran mewah ini. Setelah kami menyelesaikan dinner kami. Bukannya menjawabnya, dia mengalihkan pandangannya kepadaku. Aku tahu maksudnya dan dengan cepat aku menggeleng pelan.

"No," ucapnya dingin pada waitress itu yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya dari laki-laki dengan ketampanan menyesakkan dada yang masih duduk tenang di depanku.

"Baik, Tuan."

Detik selanjutnya waitress itu meninggalkan kami.

"I wanna go home."

Hanya anggukan yang Lincoln berikan dan detik selanjutnya dia berdiri, lalu berjalan meninggalkan restoran mewah ini. Ya, aku kembali melipat tanganku di dadaku sebelum dia menggenggam tangan kecilku. Apa aku terlalu percaya diri dengan berpikir seperti itu. Dia akan menggenggam tanganku maksudku. For heaven's sake! Tidak seharusnya aku mempermasalahkan hal kecil itu di saat seperti ini.

"Tell me anything," ucapku pelan setelah kami berada di dalam black limousine-nya, "jangan berpikir aku adalah gadis bodoh yang hanya terdiam dengan hal mengerikan yang telah terjadi padaku, Lincoln."

Jujur saja, penculikan juga penyerangan para bodyguard si penculik tampan di rumahku itu adalah hal mengerikan yang terjadi padaku, bahkan aku belum pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya. Bisa kukatakan jika aku menjalani hidup normal selama ini, begitu juga ayah juga ibuku semasa mereka masih bernapas di dunia ini.

Aku berusaha keras memahami apa arti tatapannya itu. Sulit! Mungkin aku tidak mengerti laki-laki seperti apa dirinya itu. Namun satu yang pasti, dia adalah laki-laki dingin dengan segala kemisteriusannya. Okay, itu hal yang membuatku semakin penasaran akan siapa dirinya sebenarnya.

Entah berapa lama aku menunggu suara apa pun darinya, hingga aku memutuskan untuk mengalihkan pandanganku lurus ke depan, tidak lagi menatapnya. Aku tidak peduli jika dia terus menatapku.

"I have no parents," suara pelanku kembali terdengar, "hanya Stella juga dua bodyguard-ku yang menemaniku selama ini. Sekarang mereka tidak ada lagi. Aku hanya gadis biasa, Lincoln."

Lustfulness- #lustseries 1.0 [✅] 🔚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang