Chapter 2

136 53 9
                                    

"Mungkin sedikit yang aku ketahui darimu. Tapi, dari sedikit itu akan aku beri berjuta alasan aku mengagumimu." Aisy.

###

Mentari pagi menampakan wajahnya di ujung timur cakrawala dengan sinar terangnya. Udara pagi yang masih segar dengan sedikit kendaraan lalu lintas yang melintas. Tidak seperti biasanya Aisy berangkat sekolah sepagi ini. Biasanya dia sampai di sekolah pukul 06.45 atau bahkan pukul 07.00 tepat. Aisy berjalan melewati koridor sekolahnya dan bergegas masuk ke kelasnya. Sepi. Aisy bisa lihat cewek berambut sebahu duduk di baris nomor 2 sebelah kanan samping tembok. Dia kenal betul cewek itu. Metha. Aisy bergerak menuju ke arahnya dan duduk di sampingnya. Di kelas itu tidak ada seorang pun selain mereka berdua dan Aufa, si big body. Dia sedang tidur di lantai dengan earphone terpasang di telingannya. Dia seperti ikan paus yang terdampar. Terlebih dengan tubuh besarnya yang kalau sembunyi di- belakangnya tidak akan ketahuan.

Metha masih mengunyah makanannya. Kebiasaan Metha tidak pernah berubah. Dari pertama kali mereka bertemu dan duduk sebangku. Metha selalu sarapan di kelas. Tidak tahu kenapa. Yang jelas itu sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Dulu waktu MOS Metha bawa bekal dari rumah meskipun sekedar Sandwich atau Nugget. Tidak perlu diragukan lagi kalau jalan bareng dia jangan takut kelaparan karena di dalam tasnya tersimpan berjuta makanan. Yang pasti dengan minumannya juga dong.

"Tumben sepi banget. Pada kemana, nih," Aisy menatap sekelilingnya yang memang sepi.

"Lo nggak liat ni baru jam berapa? Lo datangnya kepagian," Katanya dengan mulut yang dipenuhi makanan.

"Tapi, biasanya kalau gue datang jam segini. Orang-orang udah pada berangkat kok."

"Kapan lo pernah datang jam segini. Palingan kalau lo datang jam segini lo pasti mau piket kalau nggak pasti lo lagi marahan sama kakak lo," Aisy hanya cengengesan.

"Lo lanjutin gih acara makan lo. Entar keburu masuk, loh."

"Nggak 'ah. Gue udah kenyang," Ujar Metha seraya membersihkan sisa-sisa makanan yang masih nyangkut di giginya.

"Tuh masih banyak. Pamali loh kalau makan nggak dihabisin nanti ayam lo pada mati baru tau rasa'," Aisy menampilkan mimik wajah seolah-olah takut. Atau lebih tepatnya sok ketakutan.

"Ya jelas ayam gue pada mati lah. Gue kan nggak punya ayam," Metha membereskan bungkus makanannya.

"Lo mau ayam tetangga lo ikut-ikutan mati karena ulah lo."

"Makin lama lo makin aneh aja, ya. Pake percaya takhayul segala," Metha menempelkan punggung tangannya ke dahi Aisy. Ternyata, memang panas. "Lo memang harus di bawa ke rumah sakit, deh. Kepala lo panas."

"NGGAK ADA HUBUNGANNYA," Teriak Aisy persis di telinga Metha hingga hampir membuat gendang telinganya pecah. Sontak Metha menutup kedua telingannya.

Punya sahabat seperti Metha membuat hidupnya yang dulu membosankan kembali ceria. Aisy menatap wajah sahabatnya. Bisa dibilang kalau Metha salah satu orang yang cukup berprestasi di kelasnya. Metha sering masuk peringkat 3 besar. Sedangkan Aisy paling bagus hanya masuk 10 besar. Itupun hasil menyalin jawaban Metha waktu ujian. Satu hal yang ingin dilakukan Aisy sejak lama yaitu menyatukan kembali Metha dan Hesty. Ini baru rencana belum dilakukan. Jadi, jangan tanya hasilnya terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian.

Kelas sudah dipenuhi siswa-siswi yang selama setahun ini akan menjadi penghuni tempat ini. Kelas ini terdiri dari 12 siswa dan 23 siswi. Guru yang mengajar juga tidak cukup killer, Bu Ifah. Guru sosiologi yang paling muda diantara guru di SMA Permata lainnya. Cantik dan pasti belum nikah. Ada yang mau daftar? Wkwk...

RENDEZVOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang