Chapter 4

114 39 6
                                    

“Aku bukan ingin membuatmu sedih. Tapi, aku hanya ingin kamu percaya bahwa kesedihan itu kebahagiaan yang belum lengkap.”  Sandi.

###

Sama seperti hari-hari sebelumnya. Aisy disibukan dengan kegiatan di sekolahnya. Terlebih dengan jabatan yang baru didapatnya saat ini. Jabatan sebagai sekretaris OSIS. Awalnya dia hanya mencoba-coba mendaftarkan diri dan ternyata diterima dengan jabatan yang cukup membuat orang yang menjabatnya sulit bernafas. Dia dituntut untuk membuat banyak laporan dan agenda sampai dia lupa waktu makan.

Aisy kembali dari ruang OSIS dan berjalan menuju kelasnya. Sekarang dia jarang mengobrol sama kedua sahabatnya karena kesibukan barunya. Aisy berjalan gontai. Aisy melewati koridor yang sepi.

“AISY…” saat Aisy ingin membuka pintu kelasnya.

Seseorang memanggil namanya. Tanpa perlu aba-aba, Aisy menatap ke sumber suara dan melihat seorang cowok lari ke arahnya. Cowok itu menghela nafas panjang sesaat setelah sampai di depan Aisy.

“Aisy, nanti lo minta tanda tangan sama ketua OSIS lama. Nih, berkasnya,” Kata Adit, sang ketua OSIS baru seraya menyerahkan kertas yang sudah terjilid rapi.

“Tapi, gue kan gak kenal.”

“Namanya Ragil Alvino Chandra. Kelas XII IPA 1.”

Setelah menyerahkan berkas itu, Adit berlalu dari hadapan Aisy. Aisy membuka berkas itu dan melihat nama yang disebutkan Adit tadi plus NIS nya tertera disana. Namanya cukup bagus, Ragil Alvino Chandra. Batinnya.

Istirahat dimulai. Lagi-lagi Aisy tidak makan bareng dua sahabatnya. Dia melaksanakan tugas yang diberikan Adit. Dia mendatangi kelas XII IPA 1. Disana banyak gerombolan kakak kelas yang sedang duduk di depan kelas. Aisy dengan skeptis mendekati gerombolan kakak kelas itu.

“Kak, Kak Ragil ada?” Aisy bertanya pada seorang cewek berkaca mata.

“Ada. Itu dia,” Cewek itu menunjuk cowok yang duduk di kursi depan meja guru.

Aisy mendekati cowok itu. Cowok itu memiliki mata biru safir seperti milik Sandi. Hidungnya mancung. Rahangnya kokoh. Bedanya tatapan matanya tenang tidak tajam seperti Sandi. Cowok itu menatap Aisy yang berdiri di depannya.

“Kak Ragil?”

“Iya, ada apa?” Cowok yang dipanggil Ragil itu membenarkan kaca matanya.

“Kak, gue Aisy sekretaris OSIS yang baru. Gue ditugasi Adit buat minta tandatangan kakak,” Aisy menyerahkan berkas itu.

“O,” Ragil mengambil berkas itu dan menandatanganinya.

Thanks, kak,” Aisy berlalu dari hadapan Ragil.

“Tunggu…” Aisy membalikkan tubuhnya, “Gue boleh minta nomer Whatsapp lo. Kalau misalnya ada apa-apa atau mau tanya sesuatu bisa sama gue.”

Ragil menyerahkan kertas dan bolpoin. Aisy meraihnya dan menuliskan nomor whatsapp nya. Lalu, dia keluar dari kelas Ragil. Dia menemui taman-temannya yang berada di kantin.

“Hey…guys,” Sapa Aisy pada kedua sahabatnya.

“Cie, yang sibuk,” Sindir Metha.

RENDEZVOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang