Chapter 6

104 35 4
                                    

“Masa lalu datang sebagai ujian bukan hambatan.”  Sandi.

###

“Kak Ragil?” Aisy menatap wajah cowok yang ada di depannya.

“Gue boleh ikut makan?” tanya Ragil.

Aisy menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

“Silahkan, kak.” Metha menawarkan kursi kosong yang ada di depan mereka.

“Thanks.”

Mereka kembali makan. Ragil memandang cara makan Aisy yang unik. Dia begitu menikmati baksonya. Hingga tidak sadar Ragil memandanginya. Hesty menatap Ragil yang menurut penerawangannya suka sama Aisy. Hesty menyenggol lengan Metha yang duduk di sampingnya.

“Ada apa?” tanya Metha.

“Hust…” Hesty mengangkat jari telunjuknya dan diletakkan di bibir Metha. “Kayaknya kak Ragil suka sama Aisy.”

Metha menatap Ragil dan memang benar apa yang dikatakan Hesty. Mereka segera menghabiskan bakso yang mereka pesan sebelum bel masuk berbunyi. Setelah semuanya habis. Mereka pergi untuk membayar makanan mereka. Tapi, Ragil menghalanginya.

“Sudah biar gue aja yang bayar.” Ragil menawarkan diri untuk membayar pesanan mereka.

“Thanks, kak.” Kata mereka secara bersamaan.

Aisy dan kedua sahabatnya kembali ke kelas. Mereka mengikuti pembelajaran selanjutnya. Pelajaran yang terasa tidak cocok untuk anak IPS. Fisika. Mana ada anak IPS belajar fisika kalau bukan karena ada mapel lintas minat. Aisy bersyukur pembelajaran itu hanya berlangsung 2 jam.

Bel tanda pulang berbunyi. Mereka memasukkan buku ke dalam tas ransel. Setelah itu, mereka bergegas pulang. Tidak lupa Aisy dan kedua sahabatnya. Aisy masih menunggu Mang Juma, sopir yang sering antar jemput Aisy. Metha sudah di jemput mamanya. Sedangkan, Hesty pulang bareng Aldo. Ngomong-ngomong soal itu, mereka berdua sudah resmi berpacaran 2 hari yang lalu. Berarti misi Aisy dan Metha untuk menyatukan mereka berdua berhasil. Horay….

Sekitar 5 menit berlalu. Tapi, Mang Juma tidak kunjung datang. Sekolah sudah mulai sepi. Yang ada Cuma anak-anak ekskul dan anak-anak yang masih punya keperluan di sekolah. Aisy menatap sekelilingnya. Sepi. Lengang. Tiba-tiba seseorang menarik lengan Aisy dan membawanya masuk ke dalam mobil sport warna merah. Aisy meronta-ronta tapi cowok itu tidak mau melepas cengkramannya.

“Gue bilang lepasin gue.” Jeritan Aisy.

“Gue gak akan lepasin lo.” Cowok itu melepas cengkramannya saat sampai di samping mobil sport itu. “Cepet lo masuk.”

“Gue gak mau. Lo lupa? Gue gak ada hubungan lagi sama lo dan sebaliknya.” Aisy mendorong tubuh cowok itu.

“Lo gak bisa menghindar dari gue.” Cowok itu menarik lengan Aisy lagi.

“Gue nyesel pernah berhubungan dengan lo.”

Dengan berat hati Aisy masuk ke dalam mobil itu. Dia tahu sifat keras kepala yang melekat dalam diri cowok itu. Dan apapun yang dia inginkan harus didapatkannya bagaimana pun caranya. Selain keras kepala, cowok itu juga egois.

Mobil itu melaju melewati jalanan yang sering Aisy lewati. Aisy tidak mau menatap wajah cowok menyebalkan itu. Pandangannya melihat ke kiri jalan. Sampai kapan dia akan seperti ini. Dia ingin bebas dari cengkraman cowok itu.

Perjalanan menuju rumah Aisy hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Cowok itu menghentikan laju mobilnya saat sampai di depan rumah Aisy. Aisy membuka pintu mobil dan pada saat itu cowok itu memegang pergelangan tangan Aisy.

RENDEZVOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang