Singto membuka matanya pelan. Dia heran, tak ada suara alarm yang dia dengar. Diliriknya sekilas jam weker di atas meja, masih jam 6.30 pagi. Singto mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tapi tak ada Krist di situ. Dengan malas dia beranjak dari ranjang dan turun ke lantai bawah.
"Tak apa-apa Pho, selama ini Pho sudah merawatku, harusnya aku berterima kasih telah membesarkan anak sepertiku dengan baik"
Singto sekilas mendengar suara Krist sebelum kakinya sampai di lantai bawah. Dengan cepat dia turun ke bawah, khawatir Krist akan berbuat yang aneh-aneh pada ayahnya.
"Aw Krist, Kau sudah bangun. Kenapa tidak tidur lagi, ini kan akhir pekan" ucap ayah Singto saat melihat Singto turun. Singto hanya melakukan wai kemudian melihat Krist yang sedang menyapu dan mengepel lantai. Singto meliriknya dengan sinis, mengira Krist ingin mencari muka dengan ayahnya.
"Awas" ucap Krist sedatar mungkin sambil menyapu kaki Singto. Singto hanya bisa menahan kesal karena tak mungkin dia memarahi Krist di depan ayahnya. Sementara Krist berusaha setengah mati menahan gugup, takut Singto mendengar perkataannya semalam.
"Pho, aku boleh pulang sekarang? Orang tuaku pasti khawatir. Lain kali aku akan datang berkunjung" ucap Singto, dia tak tahan harus berdekatan dengan Krist setelah pertengkaran mereka semalam.
"Kau tak ingin sarapan dulu? Pho sudah menyiapkan sarapan untuk kit-" Krist menggantungkan kalimatnya saat Singto memperlihatkan death glare nya. Krist sadar, Singto pasti ingin menjernihkan pikirannya setelah mereka bertengkar. Setelah permisi, Singto langsung pulang ke rumah Krist.
~Switch!~
Singto menatap sebuah mobil yang terparkir di depan rumah Krist. Setau Singto, ibu Krist tak punya mobil, dan ayah Krist tak tinggal di rumah ini. Singto pun masuk ke rumah, dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah ibu Krist sedang bercumbu dengan lelaki asing. Singto terkejut, kemudian pergi ke kamar Krist melewati dua orang itu.
"Krist!" Teriak ibu Krist. Singto menghentikan langkah kakinya kemudian menoleh. Ibu Krist tiba-tiba menarik tangannya ke dapur, kemudian menampar pipinya.
"Dari mana kau semalam?" Tanya ibu Krist.
"Hanya menginap di rumah teman" jawab Singto.
"Teman yang mana? Sejak kapan kau punya teman? Jangan berbohong padaku. Kau berulah lagi? Uang yang ku berikan tak cukup, hah?" Ucap ibu Krist sambil memukuli Singto. Singto hanya pasrah menerima pukulan itu, dia tak berani melawan. Setelah puas, ibu Krist langsung pergi dengan pria asing itu, meninggalkan Singto sendirian di rumah itu.
Ponsel Singto terus bergetar, menampilkan nama Krist di layarnya. Dengan malas Singto mengangkat telpon dari Krist.
"Apa?-"
"Kau tak apa-apa? Tubuhku rasanya sakit sekali, aku hampir sampai di rumahku, jangan lakukan apapun sampai aku disitu"
Singto lupa, Krist pasti merasakan pukulan ibunya tadi. Dan benar saja tak sampai 5 menit Krist datang ke rumah itu. Krist terkejut melihat Singto yang penuh luka.
"Bagaimana bisa kau seperti ini? Kau tertabrak motor atau apa?" Ucap Krist khawatir sambil memegangi wajah Singto, tapi dengan kasar Singto menepis tangan Krist. Krist hanya bisa meringis kesakitan, tapi dia tak bisa marah melihat kondisi Singto sekarang. Dengan cepat dia mengambil kotak obat di kamarnya dan dengan cekatan mengobati luka Singto.
"Sakit sialan, apa kau tak bisa melakukan lebih pelan?" Keluh Singto.
"Diam, aku tau ini perih. Kau mau cepat sembuh atau tidak?" Ucap Krist sambil mengoleskan alkohol di sudut bibir Singto, kemudian memasang plester.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KristSingto AU] Switch! [End] [2]
FantasyApa jadinya kalau jiwamu tertukar dengan orang yang sangat kau benci? #boyxboy #Kristsingto #yaoi