Part 13

1.5K 184 8
                                    

🎶Tul Pakorn - คนทิ่เสียใจคงไม่ใช่เธอ (ost together with me) 🎶
.

.

.

Singto menatap langit-langit kamar Krist dengan tatapan kosong. Entah apa yang sedang dia pikirkan, yang jelas dirinya hanya ingin menyendiri malam ini. Bahkan dari tadi dia mematikan ponselnya agar tak ada yang menghubunginya, terutama Krist.

"Nak, sedang apa? Ayo makan malam" ucap ayah Krist sambil duduk di sebelah Singto. Singto hanya melirik pria paruh baya itu, tapi kemudian memeluk ayah musuhnya itu seperti memeluk ayahnya sendiri.

"Krist? Ada apa nak?"
"Pho, aku ingin curhat, apa boleh?"

Ayah Krist tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum sambil mengelus pelan rambut Singto.

"Jadi Pho, aku bertemu dengan seseorang di kampus. Awalnya aku sangat membenci orang ini. Saangaat membencinya sampai-sampai aku ingin menghilangkannya. Tapi karena suatu kejadian kami harus selalu bersama. Dan semakin aku mengenalnya, aku berpikir kalau dia tak seburuk itu. Dia yang aku pikir anak nakal ternyata anak yang sangat baik. Dia yang aku pikir egois ternyata sangat peduli padaku. Dia yang aku pikir si lemah karena merebut kekasih orang ternyata anak yang sangat kuat, bahkan lebih kuat dariku. Tapi, anak itu seperti memasang dinding yang membuatku ragu ingin mengenalnya lebih jauh. Aku tahu dibalik senyumannya dia menyimpan seribu luka yang dia pendam sendiri. Jujur, dalam hatiku aku ingin menghilangkan luka itu, tapi aku takut kalau aku mendekatinya dia akan pergi. Jadi aku memutuskan untuk menjauhinya, tapi itu justru membuat dadaku sakit..."

"Kau jatuh cinta nak. Kau pernah mendengar istilah 'benci bisa berubah menjadi cinta'? Kau dulu membencinya karena tak mengenalnya kan? Sekarang kau sudah mengenalnya, dan semua rasa benci itu telah hilang, jadi rasa sakit yang kau rasakan, rasa peduli yang ingin kau tunjukkan itu semua adalah wujud dari rasa cintamu padanya.." ucap ayah Krist sambil mengacak pelan rambut Singto.

"Tapi aku mendengar sendiri kalau dia tak bisa menyukaiku lebih dari teman Pho. Apa Pho yakin kalau ini adalah cinta?" Tanya Singto sambil memposisikan dirinya berbaring di paha ayah Krist.

"Yang terpenting adalah perasaanmu dan usahamu untuk membuktikan padanya kalau kau mencintainya nak. Sekarang Pho tanya, apa setelah dia mengatakan itu sikapnya padamu berubah?"
Singto terdiam. Melihat sikap Krist hari ini membuatnya bingung, kalau benar Krist tak menyukainya lebih dari teman kenapa Krist sampai rela mengejarnya dan meminta maaf?

"Dengar nak. Cinta itu sesuatu yang tak bisa kau pikirkan dengan logika karena logika dan perasaan tak pernah sejalan. Semakin kau mencoba menepis perasaanmu semakin sakit rasanya. Ikuti saja apa yang hatimu inginkan, urusan hasil urusan belakangan. Yang terpenting kau sudah menunjukkan kalau kau mencintainya. Dan kalau hasilnya tak sesuai harapan, Pho masih ada disini kok" ucap ayah Krist sambil menepuk dadanya sendiri, meyakinkan Singto dengan perasaannya sendiri.

"Pertanyaan terakhir! Kalau akhirnya kami bisa bersama, apa mungkin Pho akan menerima kami? Aku takut karena dia anak yang sedikit berbeda"

"Nak, selama kau bahagia, mau dia dari agama apapun, ras apapun, lelaki, perempuan, Pho akan selalu mendukungmu. Pho sadar, umur Pho sudah tua, entah sampai kapan Pho bisa berada di sampingmu. Jadi, selama Pho bisa melihatmu bahagia Pho akan mendukung apapun semua keputusanmu"

Singto langsung tersenyum mendengar ucapan ayah Krist. Baginya ini seperti mendapat restu dari Ayah Mertua. Dan kini dirinya sudah tak ragu lagi dengan perasaannya, dan memutuskan akan memberitahu Krist besok kalau dia sangat mencintai musuhnya itu. Tak peduli reaksi Krist, yang penting Krist harus tahu bagaimana perasannya padanya. Toh meskipun Krist akan membencinya, mereka harus selalu bersama kan, paling tidak sampai jiwa mereka kembali ke tubuh masing-masing.

[KristSingto AU] Switch! [End] [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang