Krist berlari sekuat tenaga, tak mempedulikan rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi. Krist yakin, Singto saat ini pasti sudah pingsan mengingat tubuhnya yang lemah.
"Hei kalau jalan hati-hati!" Teriak seorang pejalan kaki saat Krist tak sengaja menabraknya. Krist membalikkan badannya sekilas sambil melakukan wai kemudian meneruskan larinya.
"Kumohon, jangan mati Singto bodoh!" gumam Krist. Dia terus berlari menerobos padatnya kerumunan orang-orang di trotoar itu, tak peduli sudah berapa orang yang ia tabrak karena semakin lama dada dan kepalanya terasa sangat sakit.
Brugh!
Krist sudah sampai batas kekuatannya. Dirinya jatuh tersungkur di sisi trotoar. Darah segar mengalir deras dari hidungnya. Krist merebahkan diri di trotoar kotor itu, menatap langit sambil tertawa pelan. Krist pikir dia akan mati sekarang. Kilasan masa lalunya kini tergambar jelas di matanya. Dihari dia merasa bahagia bersama mendiang ibunya, kemudian berubah menjadi neraka saat ayahnya menikah lagi. Dan wajah Singto tiba-tiba muncul. Wajah tampan dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya. Krist masih ingat rasanya digendong Singto. Krist masih bisa mengingat aroma tubuh Singto. Krist masih ingat betapa manis wajah Singto saat tersenyum.
"Tidak, aku tidak boleh mati. Kami tidak boleh mati!"
Krist bangkit dengan sisa-sisa tenaganya. Dan dengan susah payah dihapusnya darah di hidungnya, tak peduli mengotori baju Singto. Di pikirannya saat ini dia harus menyelamatkan Singto, dan tak boleh membiarkannya mati seperti ini.
"Krist!"
Krist menghentikan langkah kakinya saat melihat Tay. Dengan panik Tay menghampiri Krist yang terlihat sangat tak sehat itu kemudian memapahnya ke dalam mobilnya dan mendudukkannya di sebelah kursi kemudi.
"Kau dari mana saja?" Tanya Krist, suaranya sangat pelan bahkan hampir tak terdengar.
"Maaf, hari ini kan akhir pekan, jalanan macet. Ini, hentikan mimisanmu" ucap Tay sambil memberikan Krist sekotak tisu. Perlahan Krist mengambil tisu itu dan menghentikan pendarahan di hidungnya. Dengan sigap Tay memutar setir ke sisi lain jalan.
"Kita mau kemana?"
"Ke tempat rahasia Papi"
Krist terkejut. Dia menoleh ke belakang, ada Gun yang sedang duduk disitu.
"Kau P'Krist kan?" Tanya Gun sambil tersenyum.
"Eerr, maaf, tapi waktu itu kita pernah bertemu dan saya memperkenalkan diri sebagai Singto kan? Apa anda lupa?" Ucap Krist sesopan mungkin. Tay yang tak tahan langsung tertawa mendengarnya.
"Aku sudah memberitahunya kalau kau adalah Krist. Tak perlu akting lagi"
Krist membulatkan matanya tak percaya. Bagaimana bisa Tay membongkar identitasnya dan melanggar janjinya sendiri.
"Kalau aku tak memberitahu nya kita tak akan tahu posisi Singto bodoh" jelas Tay sebelum Krist protes. Krist hanya menyenderkan kepalanya ke jok mobil. Tak ada gunanya marah sekarang, toh baginya keselamatan Singto lebih penting dari apapun.
"Jujur, aku sama sekali tak menyangka kalau kau memiliki kemampuan bertukar jiwa P'Krist. Kau sangat keren!" Ucap Gun sambil menepuk pundak Krist pelan. Sementara Krist hanya memejamkan matanya berusaha menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
Tay berusaha mengemudikan mobilnya menerobos padatnya jalan raya itu, bahkan hampir menabrak pengendara lain saat ingin menerobos lampu merah. Setelah berusaha menghindari kemacetan, mereka bertiga akhirnya sampai di sebuah bangunan tua tak terurus.
"Kau harus mati!"
Krist terbangun saat mendengar teriakan Off. Dengan tergesa dia membuka pintu mobil dan berlari ke dalam bangunan itu, sementara Tay membantu Gun turun dari mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/177442235-288-k144913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[KristSingto AU] Switch! [End] [2]
FantasiApa jadinya kalau jiwamu tertukar dengan orang yang sangat kau benci? #boyxboy #Kristsingto #yaoi