Krist dan Singto berjalan bersisian menyusuri padang bunga yang sangat luas itu. Tangan mereka terpaut satu sama lain, seolah takut akan kehilangan jika mereka melepas genggaman itu. Sesekali mereka saling menoleh, kemudian tersenyum tanpa kata.
"Hei! Disana ada rumah!" Seru Krist saat melihat sebuah rumah berukuran lumayan besar di atas bukit. Dengan bersemangat Krist menarik tangan Singto untuk mendekati rumah itu, sementara Singto tampak pasrah ditarik seperti itu. Mereka terus berlari melewati hamparan padang bunga, terus naik ke atas bukit yang tak curam itu dan berhenti tepat di depan pagar yang sangat besar.
"Rumah Keabadian? Apa maksudnya?" Gumam Singto saat membaca palang nama di atas pagar. Jujur perasaanya sama sekali tak enak melihat rumah ini dari dekat. Rumah ini sangat besar dan sangat bersih, tak mungkin kalau hanya dihuni satu dua orang dan tak ada yang merawat. Tapi suasana rumah ini sangat sepi seperti lama tak ditinggali.
"Halo! Apa ada orang disini?" Teriak Krist. Dirinya sangat penasaran tentang rumah ini, dan kalau beruntung mungkin dia dan Singto bisa tinggal di rumah ini.
"Krist, ayo kita pergi. Aku merasa ada yang aneh dengan rumah ini" ucap Singto sambil menarik lengan baju Krist. Tapi belum sempat Krist menjawab, gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Tampak ibu Krist dan ibu Singto berdiri di balik gerbang itu. Tentu saja Krist dan Singto sangat terkejut melihat ibu mereka ada di rumah itu dengan pakaian yang berwarna sama seperti mereka. Dan tanpa basa basi Krist dan Singto langsung berlari memeluk ibu mereka.
"Mae, kenapa Mae bisa ada disini? Kit kangen Mae"
"Sing tak bermimpi kan? Ini benar Mae kan?"
Racau mereka berdua. Sementara kedua ibu itu hanya tersenyum sambil mengelus rambut anak kesayangan mereka. Setelah puas mereka melepas pelukan dan memandang wajah ibu mereka seakan takut kalau ibu mereka akan pergi lagi.
"Sing, kalian berteman?" Tanya ibu Singto sambil melihat Krist.
"Iya, dia temanku Mae.." ucap Singto. Tak mungkin dirinya jujur sekarang kalau dirinya dan Krist sudah berpacaran mengingat mereka memiliki jenis kelamin yang sama.
"Wah sungguh dunia yang sempit ya Nan, anak kita ternyata sudah saling mengenal"
"Bagus lah, aku jadi tak khawatir lagi kalau Krist ku akan kesepian"
Krist dan Singto saling memandang dengan tatapan bingung. Apa iya ibu mereka sudah saling mengenal? Sejak kapan?
"Kit, ayo ajak temanmu masuk. Kalian bisa tinggal bersama kami dan yang lain di dalam.." ucap ibu Krist. Krist yang merasa senang dengan suka rela mengikuti ajakan ibunya untuk masuk ke areal rumah besar itu, sementara Singto yang masih merasa aneh dengan rumah ini hanya berdiri mematung saat ibunya beranjak dari tempat itu.
"Singto? Ada apa nak?" Tanya ibu Singto. Singto terdiam, dirinya bingung harus berkata apa. Dia tak ingin mengecewakan ibunya dengan mengatakan kalau dia tak ingin masuk ke dalam rumah itu.
"Singto! Bangun nak! Apa kau ingin meninggalkan Pho juga?"
Samar-samar Singto mendengar suara ayahnya. Singto menoleh ke sumber suara, tapi hanya semilir angin lewat yang menerpa wajahnya. Perasaannya semakin tak enak karena tiba-tiba teringat ayahnya.
"Nak? Ayo masuk" ucap ibu Singto sambil menarik tangan Singto. Krist juga menatap Singto dengan tatapan aneh, seolah dia ingin Singto ikut masuk ke dalam rumah itu. Dan dengan pasrah Singto berjalan masuk ke dalam rumah itu, mengabaikan perasaan aneh di dalam dadanya.
~Switch!~
"Dokter! Denyut jantung mereka semakin melemah!" Teriak seorang perawat. Sekitar beberapa tenaga medis di rumah sakit itu sibuk berlalu lalang masuk ke kamar gawat darurat itu. Tampak Krist dan Singto terbaring tak sadarkan diri di ranjang yang berbeda dengan tubuh penuh perban dan selang-selang mengelilingi mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/177442235-288-k144913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[KristSingto AU] Switch! [End] [2]
FantasiApa jadinya kalau jiwamu tertukar dengan orang yang sangat kau benci? #boyxboy #Kristsingto #yaoi