Part 4

1.6K 207 6
                                    

"Oi cupu. Mau sampai kapan kau berdoa? Belum tentu jiwa kita langsung kembali sekejap mata kan?" Ucap Krist sambil memakai sepatunya. Saat ini mereka sedang berada di kuil seperti kata Singto tadi. Hampir 30 menit mereka berdoa, dan Krist sudah merasa kalau ini sia-sia. Tapi Singto tak menghiraukannya dan tetap sibuk berdoa. Dengan malas Krist berbaring di depan pintu kuil, menunggu Singto selesai berdoa. Tak tahan menunggu membuat Krist mengantuk dan tertidur.

"Bangun sialan" ucap Singto sambil menendang kaki Krist, tapi Krist sama sekali tak bergerak. Dengan perlahan Singto menggoyang-goyangkan pundak Krist, berharap dia bangun.

"5 menit lagi Mae" ucap Krist disela-sela tidurnya. Singto kesal, tidur di kuil saja sudah tidak sopan, dan sekarang Krist memanggilnya 'Mae', ditambah lagi Krist melakukan semua itu dengan tubuhnya, bagaimana reputasi anak baik-baik yang dijaganya selama ini.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Krist, yang langsung membuat Krist terbangun.

"Oiiii, kau pikir itu tak sakit?!" Keluh Krist sambil mengelus pipinya.

"Aku tau bodoh, kau pikir aku tak merasakannya. Siapa suruh kau memanggilku Mae" ucap Singto sambil memakai sepatunya. Krist hanya berdecak kesal, ingin dia membalas Singto tapi dia tak berani karena masih sayang tubuhnya.

"Ayo pulang, semoga besok tubuh kita kembali" ucap Singto sambil berjalan meninggalkan Krist.

"Hei hei! Kau pikir kau mau kemana?" Ucap Krist sambil menyusul Singto.

"Aku ingin ke rumahku, aku rindu ayahku. Bolehkan aku menginap di rumahku hari ini? Ibumu saja tak tau kemana, aku bosan sendirian di rumahmu" jelas Singto. Krist hanya menghela nafas berat sebelum menyetujui Singto.

"Tapi kita harus membeli lensa kontak untukmu, dan kacamatamu untukku" ucap Krist kemudian berjalan mendahului Singto.

~Switch!~

Hari sudah gelap ketika mereka sampai di rumah Singto. Krist dengan santai masuk ke rumah Singto tanpa mengucapkan salam apapun, membuat Singto risih melihatnya karena setiap dia pulang selalu mengucapkan salam kepada ayahnya.

"Hei, ucapkan salam. Ingat, selama di sini kau harus mengikuti kebiasaan ku" tegur Singto. Krist hanya menatapnya kesal, tapi kemudian menuruti apa kata Singto.

"Aku pulang" ucap Krist sekenanya.

"Aw, kau sudah pulang nak. Dan...."
"Sawadde khap Pho, saya Krist teman Singto" ucap Singto sesopan mungkin.

"Nak, tumben kau membawa teman selain Tay dan New. Pho senang kau mulai terbuka dan punya banyak teman. Pho akan membuatkan makanan yang banyak untuk kalian, nak Krist makan malam disini ya" ucap ayah Singto kemudian masuk untuk menyiapkan makan malam. Singto senang mendengarnya, ingin dia memeluk ayahnya itu kalau saja dia tidak berada di tubuh Krist sekarang. Mereka pun masuk dan langsung menuju kamar Singto.

"Ah, kamarku, apa kabar?" Ucap Singto sambil merebahkan dirinya di ranjang.

"Kabarku baik P'Singto, karena P'Krist menjagaku dengan baik" ucap Krist sambil mengubah suaranya seperti anak kecil.

"Jangan main-main dengan suaraku sialan" ucap Singto sambil melempar bantal ke arah Krist. Krist yang kesal membalas melempar guling ke arah Singto, dan akhirnya mereka asyik bertarung bantal.

"Nak, ajak Krist makan" ucap ayah Singto sambil membuka pintu kamar Singto. Krist dan Singto langsung menghentikan kegiatan mereka, dan penampilan mereka saat ini sangat berantakan dengan rambut yang acak-acakan. Ayah Singto hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan mereka berdua.

"Pho, Krist ingin menginap, apa boleh?" Ucap Krist sambil merapikan rambutnya sedikit.

"Tentu saja boleh. Tapi lebih baik kalian mandi sebelum makan. Krist, di bawah ada kamar mandi, kau bisa mandi dibawah. Pho akan menunggu di ruang makan" ucap ayah Singto kemudian pergi. Dengan sigap Singto membuka lemari pakaiannya dan memilih piyama yang biasa dia pakai, kemudian meninggalkan Krist untuk mandi di bawah.

~Switch!~

"Nak Krist, bagaimana makanannya?" Tanya ayah Singto setelah mereka selesai makan.

"Ini adalah makanan terenak yang pernah saya makan Pho" jawab Singto sambil mengacungkan 2 jempolnya. Krist yang melihatnya hanya menahan tawa, ternyata di depan ayahnya Singto sangat kekanak-kanakan.

"Sering-seringlah kesini, sejak ibunya meninggal Singto jadi tertutup dan hanya berteman dengan Tay dan New, katanya dia tak mau berteman dengan siapapun kecuali 2 teman kecilnya itu, bahkan sampai sekarang hanya mereka berdua yang sering kesini" ucap ayah Singto. Krist terkejut mendengarnya, bagaimana mungkin Singto tak mau berteman sementara dia pernah pacaran.

"Baik Pho, saya akan menjaga Singto dengan baik" ucap Singto sambil menginjak kaki Krist, tapi Krist sama sekali tak merespon, masih tak percaya dengan cerita ayah Singto.

"Lebih baik kalian istirahat sekarang. Biar Pho yang membereskan semuanya" ucap ayah Singto. Krist dengan cepat menarik tangan Singto menuju kamar.

"Cupu, jelaskan padaku, apa maksud kata-kata ayahmu tadi. Kau tertutup? Sebenarnya kau ini anak yang seperti apa? Apa kau punya kepribadian ganda? Kenapa di depan ayahmu kau bersikap sangat manis sementara denganku malah kebalikannya?" Tanya Krist.

"Memang kau siapaku? Apa aku punya alasan untuk bersikap manis di depanmu? Kau itu pantasnya dikasari, sejak nong Jane memilihmu aku sangat membencimu, kau tau? Dia selalu membelamu. Bahkan sampai nong Jane meninggal dia bahkan masih membelamu, sama sekali tak melihatku. Itu membuatku semakin membencimu" Jawab Singto. Krist terkejut, dia pikir Jane belum sadar sampai sekarang. Dan tanpa sadar air mata Krist terjatuh.

"Kau menangis sekarang? Hei, seharusnya yang menangis itu aku, kau sudah merebut orang yang ku sayang. Kau merebutnya, disaat aku benar-benar merasakan cinta kau malah merebutnya. Aku tau kau tak benar-benar tulus menyayangi Jane, makanya aku menunggu saat yang tepat untuk merebutnya kembali. Aku...." Singto tak meneruskan kata-katanya, karena terlalu sakit saat dia mengingat kenangannya dengan Jane dan segala rencana untuk merebutnya kembali dari Krist. Singto mendudukkan dirinya di ranjang, sementara Krist masih menangis sambil berdiri. Entah mengapa hati Krist begitu sakit mendengar berita kematian Jane. Dengan kasar Krist masuk ke kamar mandi di kamar itu, menangis sekeras-kerasnya meluapkan segala rasa sakit di hatinya. Sementara Singto ikut menangis, merasa sangat kesal karena harus teringat hal-hal yang ingin dia lupakan tentang Jane.

~Switch!~

Pukul 2 pagi, Krist sama sekali tak bisa tidur, di lihatnya punggung Singto yang naik turun secara teratur, menandakan Singto sedang tidur. Perlahan Krist memposisikan dirinya untuk duduk, takut membangunkan Singto. Dan tiba-tiba Singto mengubah arah tidurnya menghadap Krist. Krist menatap wajah Singto yang sedang terlelap, meskipun lampu di kamar itu padam tapi Krist masih bisa melihat wajah Singto dengan jelas.

"Oi cupu. Er, kau tak bangun kan?" Ucap Krist pelan, dan tak ada respon sama sekali dari Singto, yang ada hanya suara dengkuran halus yang keluar dari mulutnya.

"Mm, Sing.... Aku minta maaf...." Krist menggantungkan kalimatnya, memastikan sekali lagi kalau Singto tetap tertidur.

"Sebenarnya aku tak berniat merebut Jane darimu. Sama sekali tidak. Dia yang duluan mendekatiku dan memintaku menjadi kekasihnya. Jadi ini bukan salahku sepenuhnya, aku sama sekali tak merebutnya darimu. Karena justru..." Krist menghentikan kata-katanya. Dielusnya rambut Singto dengan pelan, takut Singto terbangun dan mengamuk seperti tadi. Krist memejamkan matanya dan menarik nafas dalam, memantapkan hatinya sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Aku ingin merebutmu darinya. Aku menyukaimu Sing. Aku pikir dengan aku berpacaran dengannya kau akan membenci Jane. Tapi justru aku yang kau benci. Maafkan aku Sing, aku sama sekali tak berniat menyakitimu" ucap Krist, tanpa sadar air matanya jatuh kembali. Dengan cepat dihapusnya air matanya dan mencoba tidur kembali. Ditatapnya wajah Singto yang sama sekali tak mendengar kata-kata Krist barusan. Dengan lembut diciumnya bibir Singto.

"Maaf sudah membuatmu menderita seperti ini. Harusnya waktu itu aku yang mati. Aku tak bisa melihatmu terluka karena aku. Sekali lagi maafkan aku Sing"

~Part 4 end~

[KristSingto AU] Switch! [End] [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang