11

186 40 1
                                    

Jeno's POV

Udah tiga hari kak Yura mengurung diri di kamar. Dia kayak nggak bernyawa. Setiap hari gue cuma liat duduk meringkuk di pojok kasur. Kejadian beberapa malam yang lalu masih terbayang bayang di pikiran gue.

Gue kebetulan lagi mampir di minimarket dekat rumah dan ketemu abang. Dan abang bilang lagi nungguin kak Yura yang lagi ke toilet. Guepun menawarkan diri untuk menunggu kak Yura dan membiarkan abang pulang duluan. Gue duduk si emperan toko sampai setengah jam. Anehnya, kak Yura nggak juga keluar dari kamar mandi. Gue pun memutuskan buat menyusul. Takut kenapa kenapa. Pintu toilet masih tertutup rapat. Tapi gue tiba tiba mendengar suara teriakan tolong dari dalam sana.

Gue langsung membelalak ketika mendengar suara itu. Gue langsung berlari dan mencoba mendobrak pintu toilet.

"Tolong!"

Gue ngerasa darah gue berhenti ngalir pas dengar suara kak Yura. Nggak. Kak Yura nggak boleh kenapa kenapa.

Gue berusaha keras mendobrak pintu. Berkali kali gue tendang agar gue biaa menyelamatkan kak Yura. Diam diam gue berdoa semoga kak Yura nggak kenapa kenapa.

"Diem bangsat! Lagi ada orang yang pake!"

Gue semakin menguatkan kaki gue agar bisa mendobrak pintu. Beberapa tendangan, akhirnya gue berhasil membobol pintu toilet.

Seketika gue membeku ngelihat kak Yura dengan kemeja nya yang terbuka dan celananya yang turun sedikit. Tangan gue mengepal keras ketika melihat sosok yang paling gue benci, penyebab kak Yura terlihat hancur malam itu.

"Bangsat!"

Gue kalap. Gue udah nggak bisa ngomong apa apa. Tangan gue nggak berhenti menghabisi Jaehyun. Rasanya pengen gue bunuh aja biar nggak usah gue liat lagi mukanya.

Setelah Jaehyun gue buat terkapar, gue langsung menoleh ke kak Yura yang udah terduduk sambil menangis. Gue bergegas mendekat ke kak Yura, berjongkok didepannya. Dia cuma nangis, pandangannya kosong menatap lantai. Gue cuma pengen nangis saat itu ngelihat orang yang gue sayang sebegitu hancurnya dibuat oleh orang yang nggak tau diri.

"Lo diapain aja sama si brengsek ini?" Tanya gue pelan. Gue nggak berani nyentuh kak Yura. Gue takut dia trauma. Jadi gue cuma jongkok di dekatnya, menunggu jawaban dari pertanyaan gue.

Dan kak Yura menangis. Membuat gue refleks menarik kak Yura mendekat, merengkuhnya. Berusaha meyakinkannya kalo dia sekarang aman sama gue. Dia nggak berhenti nangis. Hati gue hancur ngeliat kak Yura yang berantakan kayak gini.

"Maaf. Maafin gue. Maaf gue datangnya telat. Maaf, maafin gue, kak." Gue mengelus kepalanya, berusaha menenangkan dia.

"Jeno, gue takut."

Hati gue sakit. Kak Yura cuma bisa nangis. Tangisannya semakin keras saat itu

"Iya. Nggak usah takut lagi. Ada gue disini kak. Lo aman sama gue."

Gue membuka jaket kemudian membungkus tubuh Kak Yura sebelum akhirnya gue merangkul dia berjalan keluar dari toilet, meninggalkan Jaehyun yang terkapar. Bodo amat. Orang laknat kayak gitu nggak perlu ditolongin.

Sampai di rumah, abang sudah pasti terkejut. Kak Yura kembali menangis ketika abang memborbardirnya dengan pertanyaan. Akhirnya malam itu kita semua tidur di ruang tengah karena kak Yura masih trauma. Mas Yuta yang lagi diluar kota langsung pulang dan sampai sekitaran subuh. Gue langsung cerita kronologinya. Mas Yuta marah besar. Abang nggak berhenti menyalahkan dirinya sendiri yang memilih pulang duluan daripada nungguin kak Yura. Semenjak itu, kak Yura nggak pernah keluar dari kamar.

"Kak," panggil gue dari tepi kasur.

"Hm?" Doi menyahut, tapi pandangannya mengarah ke luar jendela.

[✔]Call You Bae | JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang