13

180 34 2
                                    

Gue langsung berlari menuju kamar mandi setelah sebelumnya melempar tas gue ke sofa ruang tengah, mungkin mengenai mas Yuta karena gue dapat mendengar ia mengerang marah sebelum gue menutup pintu kamar mandi. Gue nggak peduli mas Yuta nanti mau marah atau enggak tapi gue beneran nggak bisa ditahan tahan dulu.

GUE KEBELET PIPIS!

"Ra?"

Gue tersentak saat mendengar mas Yuta mengetuk pintu kamar mandi.

"Apa, Mas?"

"Kamu oke?"

Gue juga nggak tau. Gue oke nggak sih?

"Aku oke."

"Mas tunggu di ruang tengah."

Menghela nafas, gue mencuci tangan gue dan menarik beberapa tisu untuk mengeringkan tangan. Sebelum mas Yuta curiga sesuatu terjadi pada gue, segera gue melangkah keluar dan menempatkan diri gue di samping mas Yuta yang tengah asyik dengan ponselnya. Sepertinya sedang sibuk urusan kerjaan.

"Ra."

Gue tersentak, kemudian meraih tas gue yang tadi gue lempar dari atas meja. "Ya?"

"Lo kenapa?"

"Hah?"

Gue dapat merasakan pergerakan kepala mas Yuta yang bergerak menoleh ke arah gue, kemudian tangannya terulur untuk memegang kedua pundak gue, membuat gue duduk berhadapan dengannya. Kemudian saat gue sudah menatapnya, mata mas Yuta membelalak lebar.

"Ra muka lo merah banget! Lo demam?!"

Gue cuma bisa merutuk dari dalam hati sembari memejamkan mata. Nggak, Mas. Adik lo bukannya demam. Adik lo abis ditembak sama adik sahabatnya sendiri.

Mas Yuta langsung menarik tangan gue dan menuntun gue masuk ke kamar. Dia mendudukkan gue di atas kasur, kemudian menempelkan telapak tangannya di dahi gue. Lalu tiba tiba ia mengrenyitkan keningnya.

"Eh, tapi nggak panas."

"Ya siapa juga yang demam?!" Gue mendengus sebelum menepis tangan mas Yuta dari dahi gue dan bangkit menuju cermin untuk membersihkan wajah.

"Terus kenapa?" Mas Yuta duduk di sebelah gue, menyandarkan dirinya di headboard kasur kamar gue. "Abis ditembak Jeno?"

"Ih?!" Gue langsung menoleh cepat ke arah mas Yuta. "Kok mas Yuta tau?!"

Sekali lagi, mata mas Yuta membelalak bersamaan dengan raut terkejutnya. "HAH?! JADI BENERAN?!"

Gue melihat mata mas Yuta yang kayak mau keluar dari tempatnya. Keliatan banget kalo dia nggak menyangka sama ucapan gue barusan.

"Buset," mas Yuta mengusap wajahnya kasar. "Itu anak beneran rupanya."

"Hah?" gue memandang mas Yuta tidak mengerti. "Beneran maksudnya gimana?"

"Itu anak kemaren tiba tiba nelpon gue," mas Yuta memulai ceritanya. "Ngobrol ngobrol gitukan, terus tiba tiba dia minta izin mau nembak lo. Tapi dia bilang jangan bilang abangnya."

"Kenapa emang?"

"Dia malu."

Gue melongo mendengar cerita mas Yuta.

"Terus lo jawab apa?" Tanya gue.

"Gue jawab aja 'yakin lo mau sama Yura? Nggak minder lo? Mantannya dia si Jaehyun loh.'."

Gue menggeplak lengan mas Yuta kesal.

"SAKIT YURA!"

"YA ABISNYA KOK BISA SIH NGOMONG GITU KE JENO?!"

[✔]Call You Bae | JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang