9

184 36 0
                                    

Libur semester dilewati dengan begitu saja. Kebanyakan gue ngabisin libur di rumah karena gue abis sakit dan memang gue semager itu buat jalan jalan. Paling kalo Mark atau Jeno tiba tiba main kerumah gue baru keluar karena di seret paksa.

Gue nggak ketemu banyak temen temen SMA gue karena libur semesternya beda. Kampus gue liburnya telat, jadi pas gue balik, temen temen gue pada sibuk. Gue cuma ketemu sama beberapa doang. Yeri dan Dino menjadi orang yang bisa gue temui selama gue libur kemarin. Akhirnya gue memutuskan untuk hangout bareng mereka. Jalan jalan ke SMA beli jajanan jaman dulu, keliling keliling ke tempat main bareng anak anak kelas, dan sorenya kami nongki di cafe tempat biasa dulu kita sering ngumpul.

"Gue minggu depan seminar proposal nih. Doain gue, ya."

Gue yang lagi minum langsung tersedak mendengarkan pernyataan Yeri barusan, membuat Dino dengan sigap mengambil tisu dan menepuk nepuk punggung gue pelan.

"YANG BENER AJA LO KOK UDAH MAU SEMPRO AJASIH?!"

Iya. Gue se sensi itu emang sama orang orang yang skripsinya lebih cepet progressnya dari gue. Penyakit semester tua, mungkin?

"Yee gue kan udah dari awal semester lalu nyusunnya," Yeri terkekeh. "Lo emang belom progress?"

"MAU PROGRESS APA ANJER JUDUL AJA GUE BELOM DI ACC SAMA DOSBING!"

Gue menyandarkan punggung gue di sandaran kursi. Capek teriak mulu ngomong sama Yeri.

"Lo gimana, Din?" Tanya gue langsung menoleh kearah teman gue yang satunya.

"Masih proses. Judul baru di acc dua minggu lalu. Doain ya biar gue nyusul Yeri secepatnya."

Gue mengangguk pelan. Diam diam gue juga termotivasi buat cepet cepet nyelesain skripsi. Malu juga gue kalo yang lain udah pada wisuda tapi gue masih begini begini aja.

"Mark apa kabar, Ra?" Tanya Dino. "Udah jadian lo sama dia?"

"Jadian apaan," gue memutar bola mata. "Lo kira gue friendzone sama dia?"

"Loh bukannya bener?" Kali ini Yeri yang bertanya. "Kata anak anak dulu gitu?"

"Percaya aja lo sama gosip," gue menoyor kepala Yeri pelan. "Mark udah punya pacar di kampus."

"Lah. Salah kita selama ini," Dino menggelengkan kepalanya. "Terus? Lo sama siapa?"

"Nggak sama siapa siapa," jawab gue sambil mengedikkan bahu. "Mikirin skripsi udah pusing. Nggak usah ditambah mikirin cowok."

Ponsel gue tiba tiba bergetar, membuat atensi gue teralihkan sebentar dari obrolan. Gue melirik layar ponsel untuk melihat siapa yang menelpon. Seketika gue mendengus sebelum menekan tombol merah dan memasukkan ponsel ke dalam tas, kembali bergabung dengan obrolan Yeri dan Dino tentang kenakalan di SMA dahulu.

Beberapa menit kemudian, ponsel gue bergetar lagi, membuat gue kembali mengecek siapa yang menghubungi gue kali itu. Masih dengan nama yang sama. Dan kembali gue menekan tombol merah di layar.

Setengah jam kemudian, ketika kami memutuskan untuk pulang, kembali ponsel gue bergetar. Gue sudah berniat untuk menekan kembali tombol merah di layar namun kali ini bukan nama yang sama tertulis disana. Ternyata Jeno yang menelpon.

"Halo?" Ucap gue setelah menempelkan ponsel di telinga.

"Dimana kak?" Tanya Jeno dari seberang.

"Um, di Poemy, kenapa?"

"Masih lama disana?"

"Udah mau balik nih."

"Kesana naik apa?"

[✔]Call You Bae | JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang