18

327 38 1
                                    

Mark terbangun karena ponselnya tiba tiba berbunyi. Dengan mata masih terpejam, ia meraba nakas di sebelah tempat tidur dan mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya pagi ini.

"Halo?" Jawab Mark sedikit ketus, sedikit kesal karena tidurnya terganggu.

"Masih tidur?" tanya suara dari seberang sana. "Maaf, ya. Aku ganggu."

"Eh?" Mata Mark seketika terbuka saat mendengar suara lembut yang menyapanya dari seberang sana.

"Nggak kok," suara Mark melembut saat menyadari bahwa Herin yang menelponnya. "Ada apa?"

"Kamu jadi nemenin aku belanja?"

"Ohiya," Mark mendudukkan dirinya, kemudian mengacak rambutnya yang menghalangi rambut. "Jam berapa?"

"Sebangunnya kamu aja."

"Ya ini aku udah bangun," Mark tertawa sembari matanya melirik jam dinding di kamar Jeno. Masih pukul tujuh.

"Ya tapi kan kalo sekarang belum buka supermarketnyaaa."

"Yaudaah. Aku jemput jam sembilan aja gimana? Sekalian sarapan? Kamu bilang kamu pengen Coto Makassar kan kemarin?"

"Masih inget aja yaampun aku terharu," gurau Herin sembari tertawa.

"Masih dong. Nanti aku kabarin ya kalo mau jalan."

"Okedeh. Makasih ya, ganteng."

"Anything for you."

Mark mengucek matanya pelan setelah mengakhiri percakapannya dengan Herin, kemudian wajahnya bingung karena ia tidak melihat Jeno di sampingnya.

Tumben amat jam segini udah bangun, pikir Mark sebelum ia berjalan keluar kamar. Ia pikir ia akan menemukan Jeno di ruang tengah ataupun di dapur. Tapi wujud adiknya itu tidak ada disana.

"Pergi apa, ya? Tapi kemana?" gumam Mark sambil meneguk air hangat.

Ia hanya mengedikkan bahunya. Setelah meletakkan gelas nya di atas meja, ia berjalan menuju kamarnya untuk mandi dan membangunkan sahabatnya itu. Namun ketika ia sudah membuka pintu kamarnya, ia sangat terkejut ketika melihat Yura tengah tertidur didalam rengkuhan adiknya.

"LEE JENO! NGAPAIN LO DISINI?!"

***

Yura menghela nafas kasar, kemudian melirik ke arah Jeno yang duduk bersebelahan dengannya di tepi tempat tidur Mark. Sementar yang punya kamar tengah duduk di kursi yang terletak di seberang mereka, memandang keduanya datar.

"Gue nggak percaya," Mark menggelengkan kepalanya setelah mengetahui bahwa adik dan sahabatnya itu tengah menjalin hubungan.

"Yura, parah banget lo," ucap Mark. "Lo punya pacar nggak ngabarin gue. Pacaran sama adek gue lagi. Lo sadar nggak sih pas si kunyuk ini nembak lo?"

"Ya sadar lah!" Jawab Yura ketus.

"Lo juga!" Mark menunjuk Jeno. "Jadian sama sahabat gue nggak cerita. Keterlaluan lo. Gue kira lo pacaran sama Siyeon Siyeon itu."

"Yura nya yang nggak boleh gue cerita ke lo bang," Jeno menyuarakan pembelaannya, membuat Mark mengrenyit bingung sebelum akhirnya memandang sahabatnya itu dan menyeringai lebar.

"Kenapa? Takut gue ejekin ya?" Mark tertawa, membuat Yura mendengus kesal dan melemparkan bantal ke wajah sahabatnya itu.

"Tuh kan! Males gue cerita sama lo pasti diketawain," cibir Yura.

"Pantes ya Jeno waktu Yura nggak mau keluar kamar betah banget nginep di rumah Yura. Rupanya ada maksud lain," tuding Mark kepada adiknya itu.

"Yakan Yura udah gue anggap kakak gue sendiri, bang," kilah Jeno.

[✔]Call You Bae | JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang