12

181 33 1
                                    

Semenjak kejadian di malam itu, gue nggak pernah lagi ditelpon sama Jaehyun. Gue juga nggak tau gimana kabarnya. Nggak berani juga nanya mas Yuta. Tapi yang gue tau dari Jeno,

"Gue, abang, sama mas Yuta berani jamin kalo dia nggak bakalan ketemu lo lagi."

Ya, setidaknya gue udah bisa bernafas lega karena kata Jeno, orang itu nggak akan ganggu gue lagi.

Semenjak itu pula, mas Yuta melarang keras gue pergi kemana mana sendiri. Dia nganterin gue ke kampus, kemudian nanti gue pulang bareng Mark atau Jeno. Kalo mas Yuta sempat, dia sendiri yang akan jemput gue. Kalo mas Yuta keluar kota, Mark sama Jeno disuruh nginep di rumah gue. Mama dan papa sendiri nggak tau masalah ini. Gue yang minta biar mas Yuta nggak cepuin. Biar mama sama papa nggak khawatir sama gue. Gue juga nggak cerita ke teman teman kampus gue. Cukup mereka bertiga yang tau.

Gue sempat menolak keras untuk pergi diantar jemput seperti ini karena gue pribadi merasa kalau diri gue merepotkan, dan gue nggak suka. Tapi gue malah diancam mas Yuta kalau dia bakal mengurung gue kalau gue nggak mau menuruti kemauannya, bahkan menyuruh gue untuk berhenti kuliah. Berlebihan memang, tapi gue berusaha mengerti karena mas Yuta memegang kuasa penuh kehidupan gue selama kuliah ini. Mama dan Papa yang jauh dari sini dan memang super sibuk dengan urusan pekerjaannya membuat mas Yuta memegang tanggung jawab penuh terhadap diri gue.

Ini lah yang menyebabkan gue nggak mau menentang semua yang mas Yuta bilang karena gue nggak mau makin membebani dia. Dan dengan berat hati gue setuju.

"Lo balik sama siapa?" Tanya Yuqi saat kaki kami melangkah keluar dari ruang dosen setelah bimbingan.

"Bentar," gue mengecek ponsel sebentar, mencari tahu siapa yang menjemput gue hari ini. "Mark yang jemput. Dia yang ngabarin soalnya."

"Yaudah. Yuk bareng ke hall."

Gue mengangguk dan berjalan menuju hall sambil mengobrol ringan sama Yuqi sampai pada akhirnya gue melihat keberadaan Mark dan Herin yang lagi ngobrol di hall. Setelah gue berpamitan dengan Yuqi, gue berjalan mendekat kearah mereka berdua.

"Yura!"

Herin yang menyadari kehadiran gue langsung merentangkan tangannya dan memeluk gue.

"Kalian mau pergi?" Tanya gue. Herin menggeleng.

"Nungguin lo. Pulang bareng kan?"

Gue mengangguk, kemudian menoleh ke arah Mark yang lagi mandangin gue.

"Kenapa lo mandangin gue? Cantik ya gue?"

Mark auto muterin bola mata sebelum dia meraih tas nya dan menggandeng Herin sebelum berjalan bersama menuju parkiran.

"Sialan. Iya tau gue jomblo. Nggak pake gandengan berapa sih?" Gue mengomel sewot. Herin sama Mark cuma ketawa sambil terus berjalan.

"Makanya Ra cari pacar!"

Gue langsung mengejar Mark yang sudah lebih dulu berlari menuju parkiran. Herin hanya tergelak sembari menyusul kami berdua tengah bertengkar di parkiran.

Gue barusan sampe rumah dan baru saja ngabarin mas Yuta ketika sebuah panggilan masuk melalui ponsel.

"Halo?" Sapa gue.

"Udah sampe?" Tanya Jeno dari seberang sana.

"Udah. Gimana?"

"Nggak papa. Cuma mau make sure aja."

"Halah udah kayak pacarnya aja lo!"

Gue tertawa mendengar suara Haechan terdengar sekilas dari seberang sana. Sepertinya Jeno sedang bersama teman temannya.

[✔]Call You Bae | JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang