Saat Jun Wal dan Soo Jeong tiba di desa mereka di sambut dengan pemandangan yang tampak lebih buruk dari yang kemarin mereka lihat. Seorang gadis kecil tak sengaja melihat Soo Jeong dan Jun Wal, gadis itu mengenali mereka berdua dan segera menghampirinya.
"Nona." Panggil gadis kecil itu.
"Ahh... kamu."
"Ya saya gadis yang waktu itu kelaparan, apa yang membuat anda datang kemari?" Tanya gadis itu.
"Apa desa ini memiliki seorang pemimpin seperti kepala desa atau lainnya?"
"Ada nona, apa anda ingin ke tempatnya?"
"Ya bisakah kau mengantarkan kami."
"Dengan senang hati."
Gadis itu menunjukan arah ke kediaman ketua desa itu. Rumah ketua desa tidak terlalu jauh dan rumahnyapun tidak besar malahan rumah itu sangat buruk. Saat mereka sampai di depan rumahnya pintu terbuka nampak pria paruh baya keluar dari rumah itu. Pria itu melihat Soo Jeong dan Jun Wal segera menghampirinya.
"Permisi nona dan tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Apakah anda ketua desa ini?" Tanya Jun Wal.
"Iya tuan, dan siapa anda kalau boleh tau?" Tanya pria itu.
"Saya adalah panglima istana Han dan ini adalah putri Seo." Jun Wal memberi jawaban.
Pria itu kaget karena kedua orang ini adalah atasannya. Pria itu langsung bersujud di hadapan mereka dan berulang kali meminta maaf. Orang-orang yang berlalu lalang juga bersujud di hadapan Soo Jeong dan Jun Wal karna merasa tidak sopan.
"Bangunlah pak." Soo Jeong membantu pria tua itu untuk bangun.
"Maaf tuan Putri kalau saya lancang, kenapa anda repot-repot untuk datang kemari."
"Kami datang kemari ingin memberi kesempatan kalian terutama bagi laki-laki untuk menempati lahan bagian wilayah barat untuk kalian mencari nafkah, namun apabila hari panen tiba kalian harus memberi keuntungan kalian ke pada koprasi istana tidak banyak hanya 5% saja bagaimana??." Soo Jeong langsung ke intinya.
"Maksud Putri, kami boleh menanam di wilayah barat agar kami bisa membiayai hidup kami?" Kata ketua desa.
"Benar, kalian dapat menanam beberapa sayur dan juga gandum di sana. Kalian tidak usah khawatir akan yang mulia kaisar, beliau sudah memberikan izinnya kepadaku."
"Terima kasih Putri Seo..."
Mereka semua bersujud mengucapkan terima kasih kepada Putri dan panglima. Sebenarnya mereka belum pernah melihat Putri Seo hanya putri dari selir Gong dan selir Ming yang agak kejam tidak pernah memperhatikan masyarakat.
Tetapi mereka bangga memiliki putri dari yang mulia ratu yang baik hati memikirkan rakyatnya. Putri yang memiliki paras cantik dan hati lembut. Soo Jeong tersenyum melihat masyarakat bahagia.
"Mari Putri, putri pasti lelah." Mereka segera memberi putri Seo tempat duduk dan memberi secangkir air. Soo Jeong tak ragu-ragu untuk meminumnya. Semua orang dapat melihat tak ada rasa jijik di mata Putri Seo.
"Pertama-tama marilah kita menanam jenis sayuran apa yang cocok untuk di tanam."
"Hemm.. bagaimana kalau sayur kubis, wortel, kentang, dan sawi itu cocok dengan tanah di barat."
"Dan juga kita tanam separuhnya dengan gandum, wilayahnya cukup luas." Saran mereka.
"Baiklah, istana akan memberi bijinya dan kalian akan menanam."
"Terima kasih Putri..." mereka sekali lagi bersujud.
Saat urusan sudah selesai Soo Jeong dan Jun Wal kembali untuk pulang. Soo Jeong ingat bahwa tidak jauh dari desa di sebelah bukit ada rumah pohon yang pernah mereka kunjungi.
"Jun Wal mari kita pergi ke rumah pohon." Dengan nada seperti anak kecil.
"Tidak, kita akan pulang kamu pasti sangat lelah dan juga bila nanti ada perampok seperti tadi bagaima?"
"Haiss... tidak akan, ada kamu di sini kenapa harus takut."
Soo Jeong tanpa malu melingkarkan tangannya di pinggang Jun Wal dengan erat. Pipi Jun Wal tiba-tiba memerah dengan kedekatan intim mereka. Selama mereka berteman Soe Rim tak pernah seperti ini hanya sekedar bermain atau membaca di rumah pohon, tidak pernah sedekat ini.
Saat melihat tangan Soe Rim di perutnya, Jun Wal melihat ada darah di tangan Seo Rim. Jun Wal menarik tali kuda untuk berhenti.
"Kenapa berhenti.... Jun Wal ayolah kita ke rumah pohon."
Jun Wal mengambil tangan Seo Rim dan melihatnya.
"Kenapa bisa terluka?" Nada Jun Wal dingin.
"Hemm.. itu tidak papa." Soo Jeong menarik tangannya.
Jun Wal menjalankan kudanya dengan agak cepat menuju rumah pohon dan beberapa saat mereka telah sampai. Jun Wal turun dan membantu Soo Jeong.
"Ikut aku." Jun Wal mengandeng tangan Soo Jeong dan naik ke rumah pohon.
"Duduk!" Soo Jeong hanya menurut apa kata Jun Wal dan tak beberapa lama Jun Wal kembali dengan membawa sebuah kotak.
Tanpa izin Jun Wal menarik tangan kiri Soo Jeong dengan lembut dan mengoleskan salep perlahan di luka itu. Jun Wal merobeh bajunya dan membalut luka Soo Jeong dengan teliti.
Soo Jeong menatapnya dengan tersenyum lebar. Jantungannya berpacu sangat cepat. Soo Jeong mulai mengetahui kalau di menyukai Jun Wal. Selesai Jun Wal membalut luka itu dia menatap Seo Rim langsung ke manik matanya.
"Kenapa kamu tidak mimanta pertolonganku dan malah menghadap perampok itu sendiri? Bagaimana kalau kamu terluka? Apa kamu tidak memikirkan betapa aku menghawatirkanmu....."
"Jun Wal apa kamu punya seseorang di hatimu?"
TBC⏰
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Time (Tamat)
Historical Fictionseorang wanita berlarian di sepanjang jalan dengan nafas yang sangat berat. sesaat ia berhenti untuk mengambil oksigen sebanyak banyaknya. ia menoleh kebalakang dan dua lelaki berbaju serba hitam itu kembali mengejarnya. ia kembali berlari dengan se...