Soo Jeong memandang Jun Wal heran, reaksinya seperti biasa-biasa saja saat mendengar apa yang di ucapkan Seo Rim barusan.
"Jun Wal apa yang harus aku lakukan, aku sudah tidak bisa memikirkan sesuatu dan... dan apakah aku harus menuruti perkataan selir Gong?"
Jun Wal menggengam kedua tangan Soo Jeong memandangnya dengan perasaan sayang. "Dengar Seo Rim apapun keadaannya jangan pernah untuk kamu berfikir seperti itu."
"Tapi..tapi aku harus berbuat apa."
"Tidak ada yang tidak mungkin Seo Rim dan apabila kita harus melawan mereka mari kita lawan bersama-sama."
"Bagaimana cara kita melawan mereka?"
"Aku memiliki rencana." Jun Wal mengelus pipi Soo Jeong. "Dan ayo segera kembali jika tidak ingin mereka tahu."
Setelah mereka tiba di istana, keadaan istana tampak sangat ramai banyak dayang yang berlalu lalang menyiapkan sesuatu dengan bahagia. Soo Jeong menyetop salah satu dayang dan bertanya kepadanya.
"Apa yang sedang terjadi di sini?"
"Menjawab Putri, semua orang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan ibu suri agung, Putri." Sambil menundukan kepalanya. "Kalau begitu saya permisi Putri." Lanjutnya.
"Ibu suri agung apa semacam nenek."
"Iya Seo Rim, ibu suri agung adalah ibu dari yang mulia kaisar Choi nenek anda."
"Hemm... gimana sikap ibu suri agung terhadapku?"
"Setauku ibu suri agung sangatlah menyayangimu..... aaa aku tau apa yang sedang kamu fikirkan."
"Benar..."
Dengan keadaan istana yang sibuk Soo Jeong juga ikut sibuk. Ia juga menyiapkan sesuatu untuk kedatangan ibu suri agung. Sedangkan Soo Jeong yang memegang dekorasi dan acara penyambutan di lain sisi Selir Gong beserta anak-anaknya sedang berdiskusi.
"Ibunda apa yang harus kita lakukan?"
"Hemm... ini mempermudah kita."
"Maksud ibunda?"
"Dua hari yang akan datang istana akan mengadakan dua pesta yang pertama penyambutan ibu suri agung dan yang kedua adalah ulang tahun yang mulia kaisar.... ibunda akan merencanakan penyerangan itu tepat di hari ulang tahun yang mulia kaisar. Dengan perajurit terpilih yang sudah kita latih selama bertahun-tahun tentu saja kita akan menang."
"Bagaimana dengan Seo Rim, ibunda?"
"Kita dapat memanfaatkan dia untuk membunuh yang mulia kaisar." Dengan tersenyum kecut. "Rencananya adalah....."
.
.
.Soo Jeong sibuk mendekorasi sendiri istana ini. Ia mondar-mandir menginstruksikan kepada para dayang cara melakukan sesuatu yang benar. Setelah dekorasi itu selesai Soo Jeong berjalan ke arah jembatan taman istana. Soo Jeong melepas sepatunya dan dengan perlahan menyelupkan kakinya yang terasa lecet.
Soo Jeong memandang rembulan yang bersinar terang. Ia masih tidak percaya kalau ia di beri kesempatan kedua namun juga di beri rintangan yang cukup berat baginya. Bagaimana tidak ia hadir di dunia kuno dan harus menjadi putri sebuah kerajaan yang harus menghadapi intrik dan politik orang yang haus akan kekuasaan.
Soo Jeong menghembuskan nafas kasar. Semua istana pasti salah satu penghuninya memiliki hati yang buruk. Saat Soo Jeong asik berfikir tiba-tiba seseorang mengambil duduk di sebelahnya dan tersenyum manis.
"Apakah kamu sangat lelah?" Jun Wal mengelus-elus pipi putih Soo Jeong.
Soo Jeong menutup matanya perlahan ia menikmati sentuhan Jun Wal. Melihat Seo Rim yang kelelahan Jun Wal menarik Seo Rim ke dalam dadanya dan mengelus-elus tangan Seo Rim.
"Jun Wal.." panggil Soo Jeong.
"Hemm.."
"Jun Wal.." panggil kedua kali.
"Hemm.."
"Jun.."
Belum sempat Soo Jeong berbicara lagi Jun Wal langsung membekap Soo Jeong dengan menempelkan bibirnya sesaat. Jun Wal mengambil bibirnya dari bibir Soo Jeong dengan tersenyum.
"Kau..."
Jun Wal menempelkan kembali bibirnya ke bibir Soo Jeong kini lebih lama ia menempel. Soo Jeong menutup matanya perlahan dan Jun Wal pun ikut menutup mata.
Mereka menikmati sensasi itu dengan hati gembira. Ciuman itu perlahan berubah menjadi lumatan. Jun Wal memegang tengkuk leher belakang Seo Rim dan memperdalam ciuman mereka. Setelah nafas mereka terasa berat Jun Wal segera melepaskan ciumannya.
Soo Jeong dan Jun Wal mengambil nafas dalam-dalam. Mereka saling memandang satu sama lama. Dan tiba-tiba mereka tertawa bersama.
"Hahaha... sudah sudah... Seo Rim ini sudah malam kau harus istirahat."
Jun Wal mengambil kedua kaki Soo Jeong yang tercelup ke dalam danau mengelapnya dengan lengan bajunya dan memakaikan sepatu ke kakinya. Soo Jeong hanya menatapnya dengan tersenyum. Jun Wal melakukan itu semua kepadanya.
Setelah memakaikan sepatu Jun Wal langsung mengendong Soo Jeong menuju kediaman teratai.
"Apakah kau tidak lelah?" Soo Jeong melihat kringat Jun Wal yang menetes di plipisnya.
"Tidak sama sekali." Dengan memandang ke arah Soo Jeong.
"Benarkah.."
Dilihat lihat Jun Wal sangatlah keren. Hidung yang mancung, kelopak mata yang indah, kulit yang putih, dan bibir tipis berwarna merah mudah. Saat di lihat dari bawah sini menunjukan kalau Jun Wal adalah lelaki yang sempurna di tambah lagi keringat menetes menambahkan kesan sexi.
"Sudah sampai." Jun Wal menatap Soo Jeong yang belum sadar sepenuhnya.
"Apa kau berfikir agar aku ikut masuk bersamamu?" Dengan senyum yang tidak bisa di artikan.
"Ya.... ahh tidak." Pipi Soo Jeong bersemu merah, ia mengigit bibir bawahnya karna omongan tanpa sadarnya.
Jun Wal menurunkan Soo Jeong dan tersenyum melihatnya. Ia memegang kedua bahu Soo Jeong.
"Tenang saja Seo Rim, setelah masalah terselesaikan kita akan segera menikah... bagaimana?" Dengan menarik turunkan alisnya.
"woooaaa... aku mengantuk, sampai jumpa." Soo Jeong langsung masuk ke dalam kamar dengan jantung yang berdebar.
"Seo Rim jika kau tidak bisa tidur pergi saja ke kamarku aku pasti menerima kedatangannmu." Kata Jun Wal sambil sedikit berteriak.
"Aaa... Jun Wal sudah malam, pergilah." Soo Jeong berteriak di balik pintu.
"Hahaha.... baiklah.."
Setelah Jun Wal pergi, Soo Jeong segera membenamkan wajahnya ke dalam bantalnya. Bagaimana bisa ia berbicara seperti itu di depan dayang dan juga prajurit. Sangat memalukan.
Soo Jeong mengambil sebuah sapu tangan yang waktu itu di beri Jun Wal, menatapnya dengan tersenyum. Sedangkan Jun Wal pun sama, ia menatap sebuah kalung dengan liontin kupu-kupu cantik. Mereka berdua tersenyum sendiri seperti orang gila.
TBC⏰
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Time (Tamat)
Tiểu thuyết Lịch sửseorang wanita berlarian di sepanjang jalan dengan nafas yang sangat berat. sesaat ia berhenti untuk mengambil oksigen sebanyak banyaknya. ia menoleh kebalakang dan dua lelaki berbaju serba hitam itu kembali mengejarnya. ia kembali berlari dengan se...