"Berani-beraninya dia membuat putraku di asingkan." Selir Gong melemparkan beberapa barangnya dengan marah.
"Ibu selir tenanglah." Sae Na menenangkan ibunnya.
"Bagaimana aku bisa tenang, putri Seo senang dia menang dan aku akan menghukumnya." Sorot mata merahnya membuat semua orang takut.
"Kita akan memikirkan cara agar putri Seo tunduk."
"Tapi bagaimana itu ibunda?"
"Hahaha aku akan memanfaatkan ibunya agar tunduk padaku."
"Ma..maksud ibunda adalah yang mulia ratu."
"Benar... kita akan memanfaatkan kelembutan ratu."
Sedangkan di sisi lain Soo Jeong sedang mempersiapkan beberapa makanan untuk Jun Wal. Soo Jeong bahkan membuat dengan tangannya sendiri. Soo Jeong berjalan membawa makanan itu dengan bersenandung ria. Saat matanya melihat Jun Wal yang sedang berlatih.
Soo Jeong menaruh makanannya dengan cemberut dan datang kepada Jun Wal. Soo Jeong menjewer keras telinga Jun Wal sampai merah dan kesakitanan.
"Aaaaa.."
"Kau itu belum sembuh kenapa malah berlatih." Soo Jeong mempererat jewerannya.
"Tolong lepaskan Seo Rim itu sakit.... aaa.. kepalaku pusing." Dengan berpura-pura.
Soo Jeong dengan panik langsung melepaskan jewerannya dan memegang bahu Jun Wal.
"A..apa terasa sakit... maafkan aku." Soo Jeong menundukan wajahnya menyesal.
"Hahaha... tidak terlalu sakit aku hanya bercanda."
"Hais...kau." Soo Jeong mengetuk kepala Jun Wal.
"Sudah... apa kamu membawakanku sesuatu?" Tanya Jun Wal.
"Yaa... mari." Soo Jeong menggandeng tangan Jun Wal ke arah makanan tadi.
"Hemm... pasti masakanmu enak, kau kan pandai memasak."
"Haduh.. apa Seo Rim pandai memasak,, bagaimana kalau masakanku tidak enak, ini pertama kalinya aku memasak." Soo Jeong mengigit bibir bawahnya.
"Emm.. kenapa rasanya berbeda?"
"Apa tidak enak?"
"Rasanya berbeda dari yang biasa kamu masak, rasanya seperti...."
"Apa tidak enak?" Tanya kedua kalinya.
"Rasanya...."
"Hais... bisakah kau menjawabnya tanpa berbelit-belit?" Bentak Soo Jeong.
"Hahaha... kenapa kau sangat marah Seo Rim aku hanya bercanda,, rasanya memang berbeda tetapi ini sangat enak. Kau semakin pandai memasak."
"Fyuhh... aku kira masakannya tidak enak karna aku pertama kali belajar memasak bersama ibunda selir Ming." Dengan suara pelan.
"Apa yang kamu katakan?" Jun Wal bertannya dengan makanan penuh di mulutnya.
"Sudah jangan banyak bertannya makan saja." Soo Jeong menyuapi Jun Wal lagi dan lagi.
Hari ini suasana sangat cerah, Soo Jeong membawa Jun Wal untuk menikmati suasana ini bersama. Angin yang segar bertiup di muka mulus Soo Jeong. Jun Wal yang melihat kebahagiaan di diri Seo Rim ikut bahagia.
Jun Wal dengan santainya mencium pipi mulus Soo Jeong tanpa rasa malu untung saja keadaan sepi tidak ada yang melihat. Soo Jeong tiba-tiba memerah karna Jun Wal, dan Jun Wal menyukainya.
"Ahh.. Jun Wal kenapa kau suka sekali menciumku akhir-akhir ini." Dengan memegangi kedua pipinya.
"Memangnya tidak boleh kita kan sepasang kekasih." Sambil menarik turunkan alisnya.
Soo Jeong berjalan mendahului Jun Wal dengan rasa malu. Jun Wal berjanji kalau Seo Rim hanyalah miliknya tidak akan ada yang bisa untuk memisahkan mereka.
*****
Sekarang ini Soo Jeong berada di kediaman yang mulia ratu untuk sekedar minum teh dan menikmati suasana. Ratu memandangi putrinya yang ceria dan bahagia.
Sebelum putri Seo jatuh dari tebing ia tak pernah menunjukan wajah yang bahagia dan sekarang wajah itu di penuhi oleh kebahagiaan.
Soo Jeong berfikir,, tuhan telah memberikan dia kesempatan tuk yang kedua. Untuk mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya, menikmati makanan yang enak tanpa harus merampok. Soo Jeong sungguh berterima kasih kepada tuhan.
"Putri Seo apa hubunganmu dengan panglima bertambah baik sehingga wajahmu sangat cerah hari ini?" Tanya yang mulia ratu.
"Bagaimana ibunda tau kalau aku dan Jun... maksudku Panglima..."
Yang mulia tersenyum. " Ibunda sudah tau kalian memiliki hubungan dan ibunda menyetujui kalian." Ratu mengelus rambut putrinya sayang.
Soo Jeong pun tersenyum manis memperlihatkan giginya yang rapi dan putih. Tapi seketika senyum itu hilang karna mendapati selir Gong yang berjalan ke arah mereka.
"Salam yang mulia ratu dan putri Seo." Memberi hormat.
"Huh...dasar bertopeng."~batin Soo Jeong.
"Salam selir Gong." Berdiri memberi salam. "Ada apa selir repot-repot datang kemari?"
"Ahh tidak saya hanya berencana untuk mengundang anda minum teh bersama di kediaman saya."
"Benarkah... tentu saja saya akan datang."
"Saya hanya memberi undangan, kalau begitu saya permisi." Hormat selir Gong.
"Tidak mencicipi teh terlebih dahulu."
"Tidak usah ratu saya akan bersiap-siap."
"Salam." Pergi meninggalkan Soo Jeong dan ratu.
Soo Jeong mendekat ke arah yang mulia ratu dan berbisik di sebelahnya.
"Ibunda, kenapa ibunda selir Gong sangat menyeramkan ya." Dengan menatap sinis kepergian selir Gong.
"Hahaha." Tertawa lembut. "Kenapa kamu berfikiran tersebut putri, itu tidak baik." Sambil menjewer pipi Soo Jeong.
"Aaaa.... ibunda sakit... ibunda coba lihat dari riasaannya yang menor saja sudah terlihat kalau ibunda selir tidak baik."
"Huss itu hanya perkiraanmu saja."
"Tapi..."
"Sudah-sudah ayo temani ibunda tidur di kediaman ibunda." Akhirnya Soo Jeong bisa tidur bersama ibundanya.
TBC⏰
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Time (Tamat)
Ficção Históricaseorang wanita berlarian di sepanjang jalan dengan nafas yang sangat berat. sesaat ia berhenti untuk mengambil oksigen sebanyak banyaknya. ia menoleh kebalakang dan dua lelaki berbaju serba hitam itu kembali mengejarnya. ia kembali berlari dengan se...