20. Melindungi

663 67 4
                                    

Riyana, Lia, Caca dan Yesa mendobrak pintu uks dengan keras setelah mendengar kabar bahwa Yuna dijambak oleh Sinta tadi.

"Yuna?! Lu nggak pa-- loh? Kok ada Sania?"

Mereka berenam, bersama dua orang anggota pmr, menghampiri Yuna yang sedang disuapi bubur oleh Sania.

"Tadi kata anggota pmr ini ... lu lagi dipukul sama Sinta kok sekarang malah ada Sania, sih?" tanya Caca penasaran.

Yuna menatap Sania sebentar, "Hah? Dipukul? Enggak, kok, gua nggak dipukul, sehat-sehat aja, nih."

Kali ini Yuna terpaksa berbohong dihadapan teman-temannya demi melindungi Sinta, sahabatnya Sania.

"Nggak mungkin, Kak! Tadi aku ngeliat kakak lagi dijambak dan diseret sama Kak Sinta, aku ngeliat pake mata kepala aku sendiri, kok!" seru salah satu anggota pmr itu menatap Yuna dengan tatapan tidak percaya.

Yuna mendengus, "Kamu salah liat orang kali. Orang dari tadi aku tidur, terus Sania dateng ... dan bawain aku bubur."

Di dalam hatinya, Yuna merasa bersalah karena terus saja berbohong kepada teman-teman yang bahkan sudah ia anggap sebagai saudaranya itu.

Lia menatap Yuna tidak yakin, "Kamu ... nggak bohong, kan?"

"Nggak, kok, Lia. Aku nggak bohong, lagian apa untungnya juga buat aku? Kalau aku sakit, pasti aku bakal bilang langsung ke kalian, iya kan?"

Riyana menatap dua anggota pmr dengan tatapan tajam, "Kalau kalian nggak tau apa-apa, jangan nyebarin berita bohong kaya gini dong! Bikin panik aja tau nggak?"

Mereka menunduk, "Maaf, Kak. Tapi--"

"Jangan tapi-tapian! Jadi pmr kok nggak becus banget, sih, kalian tuh! Udah sana pergi! Nggak guna banget orang kaya kalian di sini, bikin capek aja!" Sungut Yesa yang nampaknya begitu marah.

Dua anggota pmr itu pun pergi meninggalkan uks dengan perasaan malu sekaligus aneh, mereka sangat yakin melihat Sinta menjambak Yuna dengan sangat kuat, bahkan gadis itu terdengar merintih. Tapi ... kenapa Yuna tidak mau mengaku?

Lia, Yesa, Caca dan Riyana menghampiri Yuna yang sedang duduk di samping Sania.

"Lu beneran nggak papa, Na?" tanya Caca sambil memegang lengan Yuna.

Yuna mengangguk lemah, "Iya, Ca ... gua nggak papa, kok."

"Beneran? Lu nggak lagi berniat buat ngelindungin Sinta kan? Kalo Sinta beneran ngejambak lu ... gua bakal jambak dia balik," Celetuk Riyana yang mengepalkan tangannya.

Yuna hanya bisa menganggukkan kepalanya, efek dari rambutnya yang dijambak oleh Sinta membuat dirinya merasa tambah pusing.

Sania berdehem, "Emh ... gua balik duluan, ya? Lagian kan udah ada kalian di sini buat jagain Yuna."

Sania menatap Yuna sebentar, "Get well soon ya, Na."

Yuna pun mengangguk sembari memperhatikan Sania makin menghilang.

"Na? Kamu beneran nggak papa? Aku rasa dua anggota pmr itu nggak mungkin bohongin kita, deh, muka mereka panik banget kok pas nyamperin kita," Ungkap Lia.

Yuna menghela napasnya, ada rasa bersalah kepada kepada dua adik kelasnya yang baru saja mendapat bentakan yang cukup keras dari Riyana dan Yesa karena dirinya.

"Nggak, Lia. Aku baik-baik aja, lagian aku nggak pernah bohong kan sama--"

"Terus masalah lu jadi selingkuhan Bima itu gimana?" Sangkal Yesa.

Riyana mengangguk, "Lu juga sembunyiin itu dari kita semua, kan? Sebenernya lu ini nganggep kita apa, Na?"

"Maaf. Gua takut kalo misalnya gua ngasih tau kalian tentang hubungan gua sama Bima, kalian bakal jauhin gua." Yuna menunduk sambil menyeka airmatanya yang jatuh perlahan.

"Udah-udah, jangan kasar gitu dong ngomongnya, kasian Yuna. Dia baru aja sembuh, masa langsung kalian omelin?" Ucap Lia.

Riyana, Yesa dan Caca mendengus pelan, menghampiri Yuna yang kini sedang duduk di kursi uks.

"Ya abisnya ni bocah atu kaya nggak nganggep kita banget gitu, loh," Ungkap Caca kesal.

"Ya udah lah, maafin aja, setiap manusia juga pasti punya salah, kan?" Timpa Lia yang diangguki oleh mereka semua.

"Emh ... Yuna, gua mau nanya sama lu." Yesa menatap Yuna intens.

"Apa?"

"Sania ... kenapa dia baik sama lu? Kenapa dia nggak langsung putus dari Bima setelah tau semua ini? Terus ... dia, Lucy sama Sinta ... ada kerja sama apa? Akhir-akhir ini--"

"Nggak, Sa. Sania itu baik sama gua, dia bener-bener nganggep gua kaya temennya, dia peduli banget sama gua. Dan Bima cuma cinta sama Sania, bukan gua. Sania itu orangnya nggak tegaan, dia mungkin iba ngeliat kondisi gua," Sangkal Yuna dengan cepat.

Entah apa yang membuat Yuna begitu sangat mempercayai Sania, hingga terlalu membela gadis itu di hadapan teman-temannya.

Baginya, Sania itu bagaikan sesosok malaikat yang nyata dan sempurna. Tak mungkin ada celah untuk gadis itu melakukan suatu perbuatan tercela, ya ... sejauh ini itulah yang Yuna ketahui.




TBC

Melupakan Cintamu✔(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang