17. Sania Memaafkan?

647 82 23
                                    

"Sania ...."

Gadis itu pun menoleh, mendapati Sang kekasih berlari ke arahnya.

Terukir sebuah senyuman manis di bibir Sania, tapi tak lama senyuman itu kembali menghilang setelah melihat sosok Yuna di belakang Bima.

"Oh, ada dia juga," Celetuk gadis itu sambil melirik Yuna.

Bima mendekati Sania, lalu memegang punggung lengan Sang gadis dengan erat, "Aku minta maaf ... aku nyesel--"

"Penyesalan selalu dateng di akhir ya, Bim?" Potong Sania.

"Maaf, San. Aku ngelakuin ini biar Yuna nggak ngejar-ngejar aku lagi, sesuai yang kamu minta. Tapi ... aku nggak tau caranya gimana. Dan saat itu aku lagi kelewat emosi, aku ... nerima dia, jadi selingkuhan aku." Bima berusaha menceritakan segalanya kepada Sania.

Gadis itu teringat dengan rencananya dengan Lucy tadi, walaupun ia masih sangat mencintai Bima, tapi ini adalah cara terbaik untuk memberikan pria itu sebuah pelajaran hidup yang sangat berarti.

"Bim, kenapa kamu nggak jujur sama aku? Kenapa malah bilang kalo Yuna ini selingkuhannya Tama? Kenapa kamu malah memperlakukan temen-temen kamu layaknya budak, yang bisa kamu perintah sesuka hati? Kenapa?" tanya Sania bertubi-tubi.

Bima melepaskan genggamannya pada Sania, "Maaf, aku nggak pengen kamu kecewa sama aku. Nerima Yuna adalah salah satu kebodohan terbesar aku, maaf."

Hati Yuna langsung tercekat mendengar ucapan Bima yang sangat menyayat hatinya tersebut.

Yuna ... kendalikan dirimu, kau sudah berjanji pada Tuhan untuk berusaha menjaga hubungan dua sejoli itu dengan sepenuh hati. Kini penuhilah janjimu, apa pun yang terjadi!

"San, kalo kamu mau marah, kamu bisa marah ke aku," Timpa Yuna.

Sania tersenyum, lalu menggeleng pelan, "Aku udah ngasih kalian pelajaran, aku rasa ini cukup. Ayo kita lanjutin hubungan ini bertiga, aku, kamu dan Bima."

Yuna dan Bima melebarkan kedua bola mata mereka.

"M, maksud kamu?" sahut Keduanya berbarengan.

Lagi-lagi Sania tersenyum, sorot matanya yang teduh itu menatap Yuna, "Seperti yang aku bilang, aku udah ngasih tau dimana letak kesalahan kalian. Dan aku rasa ini udah cukup, kita bisa hidup sama-sama, mau marah juga udah terlanjur, kan? Aku nggak mungkin nyakitin hati kamu seperti kamu yang nyakitin hati aku dengan selingkuh sama Bima. Aku ngerti, dan aku berusaha maklum."

"Tapi ... bertiga?" tanya Bima

Sania menepuk pundak kekasihnya itu pelan, "Gapapa, dong? Harusnya kamu itu seneng udah aku kasih restu, jarang loh ada cewek yang mau diselingkuhin."

Bima menatap aneh Sania, "Tapi kamu--"

"Udah, sih, kalian berdua tuh nggak bersyukur banget udah dikasih maaf sama Sania, malah nanya-nanya nggak jelas," Celetuk Lucy.

"Denger, tuh, kalian harusnya bersyukur! Udah ah, jangan melas-melas kaya gini terus. Pangeran aku nggak boleh jelek!" ucap Sania sambil mencubit pipi Bima dengan gemas.

Pria itu menunduk, "Maafin aku, San. Aku--"

"Sstt! Jangan ngomong apa-apa lagi! Aku lagi berusaha menerima takdir ini! Dan kamu nggak boleh kasar sama Yuna lagi, sayangi dia sebagaimana kamu sayang sama aku, oke?"

Bima mendongakkan kepalanya, menatap gadis yang begitu ia cintai, "San ...."

"Pokoknya kamu harus adil! Anggep aja ini sebagai pembelajaran kalo misalnya nanti kamu punya istri dua, walaupun kamu cuma cinta sama salah satu istri kamu, seenggaknya kamu masih bisa membagikan nafkah lahir batin buat keduanya."

Ya ampun, Sania, kamu sudah berpikiran terlalu jauh, tentang pernikahan, poligami, dan lain sebagainya. Kalian masih terlalu muda untuk memikirkan semua hal itu.

Bima mengernyitkan dahinya, "Hah?"

"Udah lupain aja, semua photocopy lembar buku harian Yuna bakal aku copot, dan aku bakal berusaha bersihin nama kalian. Emhh ... ini buku harian kamu, Na." Sania menyerahkan buku harian Yuna kepada Sang pemiliknya.

Yuna tertegun, dia masih memikirkan dari mana Sania dan Lucy mendapatkan buku hariannya itu.

"Kamu ... dapet buku harian ini dari mana?" tanya Yuna berhati-hati, dia tidak ingin tiba-tiba menjadi sok akrab hanya karena kejadian tadi.

Sania menghela napasnya sebentar, "Dari--"

"Mereka dapat diary itu dari ku!"

Mereka berempat Menoleh ke arah Maya yang sedang menatap mereka dengan tatapan takut, tegang, susah untuk dijelaskan.

"Maya?" Yuna mengerutkan dahinya, lalu menghampiri Sang adik,  "Kamu ... tega, ya?"

"Maaf, Kak. Aku--"

"Nggak, Na. Aku sama Lucy yang nyuruh dia buat ngelakuin itu, dan dia ngelakuin itu semua juga demi kamu, biar kamu sadar, dan ... emhh ...." Sania menggantungkan ucapannya.

"Dan?"

"Dan ... pergi dari hubungan aku sama Bima, tapi sekarang aku udah lumayan memaklumi kehadiran kamu, kok. Semoga kita bisa berhubungan baik sebagai pacar ke satu dan ke duanya Bima" Ujar Sania sembari memeluk Yuna.

"Aku nggak tau apa yang kamu pikirin saat masih ngejar Bima yang jelas-jelas udah punya aku, tapi gapapa ... kita sama-sama cewek, aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain," Lanjutnya.

Yuna hanya menangis sejadi-jadinya di pelukan Sania, sungguh ia merasa jadi makhluk paling berdosa di muka bumi ini.

Sania adalah gadis yang sangat-sangat baik, dan bodohnya Yuna malah menyukai Bima, menjadikan pria itu kekasihnya juga.

"Maaf, Sania ... maaf."

"Jangan nangis, dong, aku yang harusnya minta maaf karena udah bikin kotor nama kamu sama Bima," Sahut Sania.

Yuna menggeleng, "Kamu pukul aku pun nggak papa, San. Aku pantes dapet semua hinaan, kamu terlalu baik buat aku yang murahan ini, maafin aku." 

TBC

Melupakan Cintamu✔(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang