"Kenapa kamu ngajak aku ke sini, Bim? Ada sesuatu yang spesial kah?" tanya Yuna sambil menatap keadaan sekeliling.
Bima mengangguk, "Di sini tempat yang sangat spesial bagi aku, karena aku ... selalu pengen bawa orang yang aku sayang ke sini. Ibu, Sania ... dan sekarang kamu."
Yuna menatap manik mata Bima, sorot mata yang pria itu pancarkan begitu menyejukkan bagi siapa pun yang melihatnya.
Ucapan yang terdengar sederhana, namun terkesan sangat berharga bagi Yuna.
Yuna tersenyum kecil, "Danau ini punya terlalu banyak kenangan, ya?"
"Iya, bahkan di tempat inilah pertama kali aku ketemu sama Sania. Aku jadi pengagum rahasia dia ... dan mimpi aku buat ngedapetin dia jadi sebuah kenyataan. Tapi sekarang aku nggak tau lagi gimana caranya buat mertahanin hubungan ini."
Bima kemudian memberi isyarat pada Yuna untuk segera duduk di bangku panjang yang ada di dekat mereka.
"Pasti ada jalan, Bim. Aku yakin banget kalo kalian itu jodoh," Sahut Yuna yang membuat Bima menoleh.
"Maksud kamu apa, Na?" Dahi pria itu mengernyit.
Gadis itu tersenyum, lalu meraih pergelangan tangan Bima. Menatap tangan itu dengan tatapan sendu.
"Maafin aku, aku udah egois banget buat tetep bertahan sama kamu."
"Na, ini bukan salah kamu, oke? Nggak usah minta maaf kaya gitu," Ujar Bima sembari mengelus-ngelus pucuk kepala Yuna dengan lembut.
Yuna tersenyum teduh saat melihat perlakuan Bima yang seperti ini kepadanya, pria itu sudah melembut semenjak insiden rahasia Sania yang terbongkar.
Tapi jujur saja, Yuna tidak ingin melihat Bima terus-menerus di landa kesedihan yang berlarut-larut karena seorang gadis bernama Sania itu.
"Tapi Sania nggak akan ngelakuin ini kalo misalnya aku nggak masuk ke dalam hubungan kalian."
Bima menggeleng, "Tolonglah, Na. Seenggaknya jangan nyalahin diri kamu terus, ini bukan salah kamu."
"Aku pengen banget ngeliat kalian bersatu lagi. Aku yakin, Sania bakal berubah kembali menjadi bidadari yang kamu impikan selama ini."
"Tapi gimana caranya, Na?" Pria itu menatap Yuna intens.
Yuna hanya tersenyum, lalu melepaskan pergelangan tangan Bima yang sedari tadi ia genggam.
"Aku punya rencana."
"Apa?"
"Intinya sesuatu yang akan membuat Sania kembali."
.
.
.
.
Air mata sedih, kekecewaan, dan ketidakberdayaan bercampur aduk menyelimuti rumah Yuna.
Sejak dua jam yang lalu, sahabat-sahabatnya itu tak berhenti berkeluh, meminta agar dirinya segera merubah keputusannya.
Tapi dia, Yuna Putri Adinata adalah seorang gadis yang tetap keras kepala, apapun kondisinya.
Lia menatap Yuna dengan tatapan sendu, "Na, kamu yakin mau ninggalin kita? Kok kamu nggak bilang-bilang dari dulu? Tega banget."
"Maaf, Lia ...," Lirih Yuna.
"Tau tuh, ya! Tega banget sama sahabat sendiri! Masa iya kita nggak tau apa-apa soal ini?! Lu tetep diem-diem aja, untungnya Kak Tina ngabarin kita dulu. Ish!" sungut Riyana dengan wajahnya yang masih memerah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melupakan Cintamu✔(TAMAT)
Roman pour AdolescentsKebodohan terbesarku, adalah memaksakan diri untuk tetap bersamamu. Hingga aku tak sadar, bahwa hatimu memang bukan takdirku. Aku terlihat bodoh karena terus mengemis, melupakan derajatku sebagai seorang wanita. Kini garis kehidupan telah menuntunk...