❣5❣

2.1K 255 20
                                    


Ada beberapa hidangan ringan untuk makan malam mereka. Myungeun—yang tiba-tiba diculik oleh pria dihadapannya ini hanya memandang makanan didepannya dengan ragu.

Ya, setelah ia mandi dan meminjam pakaian Wonwoo untuk ia kenakan, Myungeun duduk dihadapan Wonwoo.

"Aku tidak menambahkan racun didalamnya." Ucap Wonwoo seolah tau apa yang dipikirkan Myungeun.

Sayang, Myungeun tidak pernah percaya orang lain. Yang ia tau orang asing itu jahat. Jadi orang dihadapannya ini juga sama.
Bisa Myungeun lihat jika pria dihadapannya ini menghela napas. Lalu menggerakkan tangannya menunjuk makanan Myungeun lalu membuat isyarat makan.

Aksi itu membuat Myungeun menarik sedikit ujung bibirnya. Itu lucu, bagaimana mungkin orang seperti Wonwoo rela bersusah payah untuk membuat bahasa isyarat seperti itu.

Myungeun mengeluarkan note kecil dan pena, ia menulis sesuatu.
"Anda tidak bisa menjamin aku  baik-baik saja setelah makan itu."

"Lihat, aku memakannya dan aku baik-baik saja."

Myungeun menulis dibukunya lagi.
"Bisa saja kau menaruh racun hanya dimakananku."

Prangg...

Myungeun cukup kaget melihat Wonwoo membanting alat makannya ke piring. Wooww... sekarang ekspresinya sangat dingin dan mengintimidasi.

"Ayo kita buat kesepakatan, Nona Park."

Myungeun mengernyit bingung. Ia menunggu sang pria melanjutkan kalimatnya.

"Berhenti bekerja di Club, turuti semua perkataanku dan akan kuturuti semua keinginanmu." Seru Wonwoo dengan serius.

Myungeun ingin tertawa, bagaimana mungkin orang ini meminta hal seperti itu. Dekat saja tidak.

"Memang kau siapa?" Myungeun menulis lagi.

"I'm your Daddy?" Seringai terbit dibibir tipis itu.

🌻🌻🌻

MYUNGEUN POV.

"I'm your Daddy?"

Aku langsung terbahak mendengarnya. Bukannya bermaksud tidak sopan, tapi pria ini benar-benar menyebalkan.
Aku memiliki kesan buruk pada pertemuan pertama kami. Bahkan aku mendapat tamparan dari Ayah karena pria ini.
Kalau bisa aku ingin meludahinya sekarang.

"Aku tidak main-main, Manis." Wajahnya begitu serius.

Wonwoo mendekatiku. Memutar kursi dan mengukungku diantara kedua lengannya.
"Apa yang kau inginkan? Apartment? Uang? Berlian?"

Aku mendekatkan bibirku pada telinga kirinya.
"I don't sell my body, Papa." Bisikku.

Bisa aku dengar geramannya dengan jelas sekalipun dengan volume paling kecil. Aku mendorong bahunya sekuat tenaga. Tapi gagal, aku pasti kalah dalam hal kekuatan.

Napasku memburu kala Wonwoo mendekatkan wajahnya padaku. Jantungku berdetak tak karuan. Napas hangatnya yang menerpa wajahku begitu menenangkan.

"Cih, mana bisa aku percaya padamu." Decihnya.

Aku tak berkata, memandangi matanya dengan sorot kebencian.
"Rosemary? Bau mu begitu menggiurkan, sayang."

Wajahnya semakin mendekat meskipun aku memundurkan kepalaku hingga membentur sandaran kursi.

Srettt....

Reflekku cukup bagus untuk keadaan mendesak— seperti sekarang— tanganku memegang garpu yang mengarah pada mata indahnya. Sedikit lagi ia mendekatkan wajahnya, tanganku tidak akan ragu melukai matanya.

Wonwoo menghela napas lelah, masih dengan senyum miringnya yang membuatku— Ekhemmm— sedikit terpesona.

"Aku antar kau pulang."

🌻🌻🌻

"Hyung, berhentilah mengejar gadis itu." Saran Mingyu yang sedang makan siang bersama Wonwoo.

Wonwoo hanya berdeham.

"Dia pasti bukan wanita baik-baik. Disekolahnya bahkan terkenal sebagai jalang sudah pasti ia banyak bermain dengan pria."

Kini Wonwoo mulai tertarik. Ia menatap Mingyu.
"Lalu, apalagi yang kau tau?"

"Dari gosip yang kudengar, ia selalu membawa masalah. Dan menggoda pria-pria yang sudah memiliki kekasih. Hyung! Jangan bilang kau-"

Mingyu menghentikan kata-katanya saat menyadari satu hal. Apakah Hyung-nya ini digoda oleh Myungeun?

"Bisa jadi." Wonwoo menyeringai.

"Kau tau, aroma tubuhnya membuatku bergairah."

Mingyu mendengus. Rasanya Wonwoo selalu mengatakan itu setiap kali didekati wanita. Parahnya, kini yang didekatinya anak dibawah umur yang bekerja di klub.

"Rosemary. Aroma rosemary."

Mingyu mengernyit, "Parfum yang kau buat sendiri?"

"Ya, dan dia satu-satunya yang memiliki aroma itu." Senyum Wonwoo tiba-tiba mengembang.

"Bukankah ada banyak aroma seperti itu?"

"Tidak. Aku hanya membuat satu, yang kuletakkan diantara Rosemary yang lain." Jelas Wonwoo.

Mingyu tak ingin lagi membahas gadis itu. Karena ia tau percuma saja. Wonwoo akan tetap pada pendiriannya untuk memdapatkan gadis itu.

Bukan karena cinta.

Tapi obsesi.

🌻🌻🌻

"Kitten, berhenti mengaduk makananmu." Kata Kak Jeonghan.

Aku memukul lengannya dengan keras. Ia harus sadar!
"Berhenti memanggilku dengan nama itu!" Seruku tidak suka.

Kak Jeonghan malah tertawa. Mengambil sendokku lalu menyuapkan makanan yang sudah dingin ini padaku.

"Apa yang sedang kau pikirkan, hmm?"

"Teman-teman disekolahmu?"
"Atau... pria yang mengganggumu itu?"

Aku tak menjawab, pura-pura tidak dengar.

"Jawab aku, Myungeun." Aku diam.

Kudengar kak Jeonghan menghela napas. "Jauhi Jeon Wonwoo. Dia pria brengsek!"

Aku hanya mengangguk.
Selesai makan, aku memeluk kak Jeonghan sambil menonton televisi diatas sofa. Ibu sedang mengurus klub, jadi kak Jeonghan menemaniku.

"Bagaimana kalau aku menikah?" Tanya kak Jeonghan tiba-tiba.

"Kau harus mengenalnya padaku." Jawabku.

"Kalau dia seorang pria?" Tanya kak Jeonghan lagi.

Aku diam. Mencerna kata-kata kak Jeonghan. Pria? Maksudnya gay?
"Entah."

Tidak. Aku tidak mau membahasnya lagi. Jujur saja, aku tidak rela jika kak Jeonghan menikah.
Ia milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku.

"Bisakah kakak tak usah menikah?" Tanyaku pelan.

"Kenapa?"



"Kau milikku. Hanya milik Park Myungeun!"

🌻🌻🌻🌻

PENDEK YA??
MAAF.
BOLEH NGGAK KUBUAT JEONGHAN JADI GAY DISINI?
TAPI NGGAK ADA ADEGAN ANEH2 KOK.

⛔ PERIHELION - JEON WONWOO [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang