❣7❣

1.7K 227 10
                                    


"Hallo, bibi." Teriak Jeonghan sambil memeluk wanita dihadapannya.

Wanita itu terlonjak kaget kemudian memukul keras kepala Jeonghan dengan spatula yang sedang dipegangnya.

"Astaga, berhenti mengagetiku seperti itu."

Yang dimarahi hanya tertawa lebar sambil sesekali menjahili wanita yang dipanggilnya Bibi itu.

"Kucing kecilku dimana?" Tanya Jeonghan.

"Myungie? Dia belum pulang."

Jeonghan menoleh kearah jam dinding diatas televisi. Jam tiga sore, harusnya Myungeun sudah pulang.

"Kalau begitu aku akan menjemputnya. Sampai nanti Bibi." Ucap Jeonghan.

Ingatkan kalau pintu rumah Myungeun ada didalam klub. Saat keluar dari sana, Jeonghan mendapati paman Park sedang berbicara dengan Joshua diantara meja Bar.

"Sore, Paman." Sapa Jeonghan sambil tersenyum.

"Kapan kau datang?" Tanya tuan Park.

"Sepuluh menit yang lalu sepertinya. Kalau begitu aku mau menjemput Myungie dulu."
pamit Jeonghan.

Belum sampai pintu keluar, Paman Park memanggilnya.

"Jeonghan. Bisa kita bicara?"

Jeonghan memperhatihan ruangan yang hampir beberapa tahun ini tidak ia kunjungi. Ruangan kerja tuan Park yang juga berada di dalam Klub.
Mereka duduk di sofa saling berhadapan.

Tuan Park membawa sebuah map, ia mengeluarkan semua isinya. Beberapa foto dan sebuat CV? Entahlah, Jeonghan juga tidak yakin.

"Kau mengenal pria ini?"

Jeonghan heran bagaimana bisa tuan Park memiliki foto-foto Jeon Wonwoo.
"Ya, dia salah salah satu klien-ku."

"Bisa ceritakan orang seperti apa dia?" Tanya Tuan Park yang membuat Jeonghan mengernyit. Apa ada hubungannya dengan Myungeun?

"Aku tidak terlalu dekat dengannya. Yang aku tau dia seorang Ceo perusahaan parfum yang sedang naik daun itu. Sepertinya orang yang bertanggung jawab. Ia selalu tepat waktu saat ada janji denganku."

"Kenapa Paman bertanya tentangnya?"

"Aku memiliki firasat buruk tentangnya. Bisakah kau menjemput Myungeun dirumahnya sekarang?" Ucap tuan Park sambil memberikan alamat rumah Jeon Wonwoo.

"Ya?" Jeonghan menatap lama alamat itu.

Jadi pria sialan itu yang membuat Myungie-nya belum pulang sampai sekarang?
Sepertinya Jeon Wonwoo sedang menyulut api pada Jeonghan. Buktinya semua peringatan Jeonghan tak pernah dihiraukan.

Jeonghan mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Sekalipun jalanan cukup padat, ia tidak peduli. Ia hanya ingin Myungeun sekarang.
Setidaknya jika suatu hari nanti Myungeun jatuh pada Jeon Wonwoo, ia memiliki paman Park yang akan mendukungnya untuk tidak setuju.

Mereka sama-sama memiliki firasat buruk pada Jeon Wonwoo.
Seperti ada sesuatu yang terjadi dan tak termaafkan.

🌻🌻🌻

Jeon Wonwoo sedang duduk sambil menikmati kopi, sedangkan Telinganya mendengarkan apa yang sepupunya katakan.

"Dia hanya pingsan karena sesak napas. Sekarang kondisinya sudah membaik."

"Dan yang kau tanyakan tentang cacat yang kau tanyakan— aku tidak menemukan kecacatan dalam bentuk apapun dalam tubuh gadis itu."

Wonwoo mendengus, "Dia tunarungu, Noona."

Yang di panggil kakak itu tertawa.
"Tunarungu apanya? Telinganya normal, Wonwoo. Kenapa kau mengatakan ia tuli?"

Kini Wonwoo tak bisa menjawabnya. Ia tak memiliki bukti jika Myungeun seorang tunarungu. Ia hanya mendapat informasi dari Mingyu dan orang-orang di klub.

"Lalu seperti apa ciri-ciri orang tuli?" Tanya Wonwoo.

"Tergantung kondisinya, jika ia tuli dari lahir, ia tak bisa berbicara normal. Tapi jika ia tuli karena Kecelakaan ada kemungkinan ia bisa berbicara normal tapi tak bisa lancar."

"Begini, mungkin ini tidak masuk akal untuk Noona. Tapi yang aku tau tentang kondisi gadis itu adalah ia tunarungu, ia menggunakan alat bantu dengar, ia juga selalu menggunakan bahasa isyarat atau tulisan, namun beberapa kali ia berbicara lancar padaku. Lalu Noona bilang ia normal?"

Percayalah, sekalipun Jeon Wonwoo memiliki jabatan tertinggi di Perusahaannya, ia tetaplah Jeon Wonwoo. Pria yang terkadang sangat lama memproses sebuah informasi.

"Alat bantu dengar? Maksudmu ini?" Noona-nya melempar sesuatu pada Wonwoo.

"Itu hanya sebuah penutup telinga, Jeon. Kenapa kau bodoh sekali?"

"Dan jika kukatakan ia normal, maka ia normal, Okay? Percayalah padaku. Ia bisa mendengar apapun yang kau bicarakan. Sekarang aku pergi."

Wonwoo membeku, mencerna semua yang dikatakan sepupunya. Tolong, jangan membuatnya bahagia dengan penjelasan seperti ini. Wonwoo tersenyum. Ia melangkahkan kakinya ke kamar yang ditempati Myungeun.

"Oh kau sudah bangun?" Tanya Wonwoo saat melihat Myungeun duduk sambil memeluk kedua kakinya.

Wonwoo membawa dirinya duduk dihadapan Myungeun. Tersenyum pada gadis itu seolah itu hal yang biasa.
"Kau sudah lebih baik?" Tanya Wonwoo lagi.

Myungeun enggan menjawab, malah ia menjauhkan diri dari Wonwoo.
Dipikiran Myungeun saat ini mencoba mencerna apa yang terjadi tadi hingga ia bisa berakhir di kasur nyaman nan hangat milik Jeon Wonwoo.

"Jawab aku, Sayang. Aku tau kau mendengarku."

Ucapan Wonwoo membuat Myungeun tersadar dari lamunannya. Tangannya naik ke telinga, tak ada benda yang biasa ia gunakan disana.

'Bagaimana bisa suara-suara itu tak lagi terdengar?'

Mata Myungeun membulat kala Wonwoo menunjukkan kedua penutup telinga berwarna biru. Pria itu hanya menunjukkan beberapa saat sebelum melemparkannya entah kemana.

Myungeun menatap Wonwoo dengan sebal. Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa setiap kali didekatnya Myungeun tak lagi mendengar suara-suara berisik?

"Sebenarnya anda ini siapa?" Tanya Myungeun dengan suara pelan.

Wonwoo sudah tau kebenarannya, ia tak lagi memiliki alasan untuk berpura-pura tuli. Ia hanya perlu melanjutkan drama sebagai seorang jalang seperti yang mereka semua katakan?

"Aku Jeon Wonwoo."

Myungeun menggeleng cepat. Bukan, bukan itu jawaban yang diinginkannya. Ia semakin memeluk kedua kakinya dengan erat. Jeon Wonwoo memicu rasa takut dan sakit secara bersamaan. Membuat Myungeun merasakan pening yang berlebihan, ditambah kamar yang dipenuhi aroma pria itu membuatnya hilang akal.

"You make me crazy, Papa."

🌻🌻🌻🌻

⛔ PERIHELION - JEON WONWOO [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang