❣2❣

2.4K 296 7
                                    


AUTHOR POV.

"Aarrggghh! Shit!" Umpat pria bermata rubah yang sedang duduk di kursi kerjanya.

Seorang lain menatapnya dengan tatapan heran kenapa sahabatnya ini sudah mengumpat di pagi hari, terlebih ini hari minggu yang sialnya sahabatnya itu tetap bekerja dihari libur.

"Ini kesepuluh kalinya hyung mengumpat di pagi hari."

"Gadis itu benar-benar membuatku gila, Gyu." Dengus Wonwoo sambil mengacak surainya.

"Gadis yang mana?" Tanya Mingyu heran mengingat ada banyak gadis yang pernah bermain dengan Hyung kesayangannya ini.

"Yang mengantar minuman di Klub kemarin malam,"

"Nona Park?" Tebak Mingyu.

"Kau mengenalnya?" Bisa Mingyu lihat jika mata rubah itu berbinar penuh harapan.

Yang ditanya menggeleng pelan, "Orang-orang disana memanggilnya begitu."

Wonwoo hanya menghela napas kasar sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Rasanya ia menyesal pergi bekerja di hari Minggu sedangkan pikirannya kacau karena gadis yang ia temui di Klub kemarin malam.

Gadis itu membuatnya penasaran. Bagaimana bisa anak dibawah umur bekerja di Klub? Juga godaan gadis itu yang membuatnya gila. Salah sendiri ia menggoda gadis itu duluan.

"Tunggu! Kenapa ia memakai seperti alat bantu dengar di telinganya?"

Mingyu melirik sekilas sebelum memainkan ponselnya kembali.
"Kudengar ia seorang tunarungu."

Wonwoo mengernyit heran, jika gadis itu tidak bisa mendengar lalu kenapa ia bisa merespon ucapannya dengan kata-kata yang jelas?

"Cari tahu tentangnya sekarang juga! Aku ingin informasinya sampai padaku sebelum pukul 11," titah Wonwoo selagi ia kembali larut dalam tumpukan dokumen di mejanya.

"Tunggu! Apa? Hyung kau gila? Bagaimana cara aku mendapat informasi itu dalam setengah jam?" Protes Mingyu.

Sang pemilik mata rubah itu hanya melirik sekilas sebelum mengangkat bahunya. Ia tak mau tau.

"Oh gadis itu benar-benar membuatmu gila, Hyung!" Meskipun ia terus menggerutu tapi pria tinggi itu tetap melakukan perintah Hyung-nya sekaligus menjabat sebagai atasannya.

"Aku pasti menemukanmu, anak manis."

🌻🌻🌻

Diseberang sana terlihat seorang gadis berhoodie merah marun sedang berdiri didepan toko bunga. Ia begitu menyukai bunga, karena itu hampir setiap hari ia pasti berdiri disana.

"Kau akan tetap berdiri disana nona Park?" Tanya sang pemilik toko dari balik pintu kaca.

Nona Park— Myungeun, hanya tersenyum sambil menggeleng pelan. Tangannya bergerak membentuk bahasa isyarat, "Anda tau jika aku alergi bunga,"

Pemilik toko itu tersenyumlalu memberikan sebuah kupon pada Myungeun. "Tukarkan itu di toko parfum, aku tau kamu pasti suka dengan aromanya."

Myungeun tersenyum hingga menampilkan gigi-giginya yang rapi, membungkuk sebentar bermaksud mengucapkan terima kasih.
Kemudian ia pergi ke toko parfum langganannya. Hanya berjarak enam gedung dari toko bunga.

Myungeun membuka pintu toko itu dan langsung menyerahkan kupon tadi tanpa berkata apa-apa. Untungnya pegawai disana mengerti maksud Myungeun.

"Kau mendapatkan kupon dari bibi pemilik toko bunga?" Tanya pegawai kasir yang sedang membungkus sebotol parfum milik Myungeun.

Myungeun mengangguk semangat.
"Enak sekali kamu, selalu diberi kupon gratis." Cibirnya yang dihadiahi cengiran lebar oleh Myungeun.

"Ini. Lain kali datanglah lagi, aku akan memberimu diskon." Kata pegawai kasir itu sedikit berbisik.

Myungeun mengangguk. Ia terdiam sebentar sebelum menunjukkan ibu jati dan jari telunjuknya membentuk love. Si pegawai kasir terkikik, "hati-hati dijalan,"

Myungeun keluar dari toko setelah sebelumnya melewati pria yang sepertinya sudah lama berdiri memperhatikan gadis itu.

"Kau mengenalnya?" Tanya pria itu pada temannya— si pegawai kasir.

"Nona Park? Tentu, ia pelanggan tetap toko ini."

Si pria hanya diam dan membuat temannya ini sedikit geram.
"Kim, lebih baik kau pergi daripada—"

"Siapa namanya?"

"Hah? Mana aku tau, orang-orang disini mengenalnya sebagai nona Park, tidak ada yang tau nama aslinya."

"Hei, Kim Ming—"

"Dia seorang tunarungu?" Ia memotong kalimat temannya lagi.

Sedangkan si Pegawai kasir memutar bola matanya malas. "Terlihat seperti itu kan? Lalu kenapa kau bertanya?" Jawabnya sedikit ketus.

"Kim Mingyu Enyah kau!" Sungut pegawai kasir itu. Karena menurutnya Mingyu sangat mengganggunya.

"Okay, aku pergi. Tapi tunggu! Parfum apa yang ia beli hari ini?" Tanya Mingyu yang sudah didepan pintu.

"Kali ini Rosemary."

"Kali ini?" Mingyu mengernyit heran mendengarnya.

"Ia selalu berganti parfum. Ya! Jika kau terus ber—"

"Okay. Aku pergi."

Akhirnya pegawai kasir itu bernapas lega setelah kepergian temannya yang menyebalkan itu.

🌻🌻🌻🌻

"Ini yang kau minta, Hyung." Ucap Mingyu sambil menyerahkan beberapa kertas diatas meja.

Wonwoo mengambil kertas-kertas itu dengan semangat. Ia membacanya dengan teliti tanpa peduli Mingyu yang sedang menggerutu betapa susahnya mendapat informasi tentang gadis itu.

"Oh, hyung. Kau ingat Yoon Jeonghan?" Tanya Mingyu serius.

"Si desainer itu? Kenapa?" Jawab Wonwoo tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas.

"Dia dekat dengan gadis itu."

Dan sebuah pernyataan dari Mingyu membuat pikiran Wonwoo semakin berkecamuk. Pria yang ia kenal sebagai Yoon Jeonghan si Desainer terkenal itu, bagaimana bisa kenal dengan gadis incarannya?



By the way , Yoon Jeonghan cukup berbahaya.

"Mingyu, aku butuh bantuanmu."

"Tidak. Tidak untuk hari ini. Okay aku pergi." Mingyu cepat-cepat kabur sebelum hyung-nya itu meminta yang aneh-aneh.
Bahkan ia tidak peduli jika besok barang-barang dimejanya sudah rapi didalam kotak besar— dipecat— karena ia tau Wonwoo tidak akan tega melakukan itu padanya.

"Ya!! Kim Mingyu!!"


"Sampai jumpa nanti malam, anak manis."

Seorang Jeon Wonwoo dan ambisinya adalah sesuatu yang tak terbantahkan.

Pria itu mulai melangkah pergi. Jika Mingyu tidak mau membantunya maka ia sendiri yang akan melakukannya.

Mencari gadis itu dan memilikinya.














Andai Jeon Wonwoo tau jika memiliki gadis itu tidak mudah.

🌻🌻🌻🌻

Maafkan aku belum bisa update Moonrise,

⛔ PERIHELION - JEON WONWOO [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang