Papat: Hujan

289 18 0
                                    

Hujan deras mulai turun ketika aku dan Chanyeol baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah. Kami dipanggil bukan karena ada masalah. Namun, karena kami ditunjuk untuk mengisi pensi di sekolah lain.

Sudah menjadi kebiasaan bila ada acara pensi kami akan ditunjuk untuk tampil. Bukan bermaksud sombong. Tapi memang kami memiliki suara yang cukup bagus. Selain itu Chanyeol juga mahir dalam memainkan alat musik.

Kami berjalan beriringan. Aku di sebelah kanan Chanyeol. Aku terus berceloteh untuk memecah keheningan. Chanyeol hanya sesekali menanggapi. Yah, dia memang terkesan dingin dan sangat irit bicara.

Hujan deras yang disertai angin membuatku sedikit kebasahan dan menggigil. Aku memang tidak tahan dengan udara dingin ngomong-ngomong.

Saat aku menggosokkan kedua tanganku. Tiba-tiba Chanyeol berhenti dan menarik tanganku. Dia menarikku ke sebelah kirinya. Aku menaikan alis untuk bertanya.

Sejenak memandangku. Kemudian mengalihkan pandangannya ke depan.

"Pindahlah ke sisi kiriku. Dan jangan protes," jawabnya masih tanpa memandangku.

Aku tersenyum simpul. Dibalik sikap dinginnya, dia tetap memperhatikanku sekecil apapun itu. Aku rasa aku semakin jatuh padanya.

"Eihh, apa susahnya bilang kalau kau tak mau aku kebasahan dan kedinginan?"

Godaku sambil tersenyum manis memandangnya. Ku lihat semburat merah tipis sempat mampir dikedua pipi Chanyeol. Astaga, menggemaskan sekali kekasihku ini.

.

.

.

Fin.

Chan and BaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang