Sepuluh tahun berlalu, sejak bencana gempa bumi dan erupsi Gunung Merapi yang melanda kota gudeg ini, Ranu beserta warga Jogja mulai bangkit dan berbenah menata lembaran baru.
Hari-hari indah Ranu, yang biasanya di jalani dengan Erika dulu, kini menjadi hampa. Biasanya sewaktu masih bersama, setiap sepulang sekolah Ranu selalu menunggunya dibangku depan kelas atau diayunan yang letaknya dihalaman sekolah kami.
Ya, kami berbeda kelas, Ranu dulu di TK B2 sedangkan Erika di TK B1 letaknya memang bersebelahan dan dibatasi dengan sekat dinding dari kayu.
Ingat sekali, senyum indahnya ketika keluar dari kelas, tangan lentiknya itu melambai-lambai ke udara sembari berteriak, "Ranuuuuuu!!! I'm cooming!!!" membuat orang-orang disekitar yang mendengar pasti akan menutup telinganya. Dari situlah Ranu menjulukinya, Kaleng rombeng. HAHAHAHA. Mengingat tentangnya selalu membuat Ranu senyum-senyum sendirian.
Jajanan yang tak pernah kami lewati ketika pulang sekolah yaitu membeli telur ceplok, telur puyuh yang diberi sedikit garam terus di aduk hingga merata baru dituang diatas cetakan kecil-kecil dan yang berbentuk lingkaran dengan sedikit minyak goreng kemudian dibungkus dengan kertas minyak dilumuri oleh saos.
Lalu, diperjalanan pulang kami mampir disalah satu mini market ter-legend diarea sini, kamu tahu kenapa? Karena hanya ini satu-satunya minimarket diarea rumah nenek dan baru dibuka, letaknya sangat strategis searah dengan SD Lempuyangan 1 kala itu, disana kami biasanya membeli yakult dan coklat, coklat yang berbentuk koin atau coklat bundar yang dilapisi kertas berwarna emas. Lucu memang, biasanya anak seusia kami membeli es krim, kalau kami berdua membeli yakult dan Coklat.
Ranu ingat sekali, kala itu hujan turun sangat deras ditemani dengan petir dan suara gemuruh, gadis itu takut sekali dengan petir. Sepintas ada ide dikepalaku untuk membuatnya tak takut selama diperjalanan pulang, aku mulai bernyanyi; " Tik..tik..tik.. bunyi hujan.."
"Diatas genting, airnya turun tidak terkira.." Dia mulai mengikutiku bernyanyi, sedikit aku menengok kearahnya, sembari menatap wajahnya dari samping lalu tersenyum merasa lega. Hingga tak sadar kami tiba dirumah masing-masing.
" Ranu, terima kasih." Ujarnya sembari membuka pintu pagar kayu rumah milik nenek nya itu.
" Sama-sama, nanti main yuk." Balas Ranu sembari melambaikan tangan ke arahnya yang disambut dengan senyum manis miliknya.
Benar saja, setelah bersih-bersih badan dan makan siang Ranu menghampiri si gadis berlesung pipit itu, sembari membawa binder. Kebiasaan kami saling bertukar binder, ujung kanan kertas isi binder kami terdapat nama masing-masing dari kami sebelum saling bertukar. Kadang bertukar binder bisa memicu sebuah masalah yang berujung dengan derai air mata, Ranu suka sekali berbuat jail dengannya menukar isi binder harvest kesayangannya atau tidak mengambil isi binder itu sebanyak mungkin, membuat Erika jengkel dan menangis tersedu-sedu sedangkan Ranu hanya tertawa terbahak-bahak.
Terkadang kami juga bermain masak-masak, menggunakan batu bata berwarna merah yang ada disamping rumah milik nenek Erika dan mengambil sedikit sayuran yang ditanam oleh nenek. Pernah Ranu bertanya kepadanya, " Apa tidak dimarahin nenek?"
Dia menjawab dengan enteng, " Tidak, kalau kamu gak bilang ke nenek." dan kau tau apa yang terjadi setelahnya, nenek keluar dari rumah dan menuju samping halaman, " Ya Allah Erika cucu nenek, pantas saja bayam nenek selalu berkurang. Cabai nenek tinggal tangkai nya saja." Kata nenek sembari menepuk jidat.
" Maaf nek, sedikit saja. Erika hanya ingin membuatkan Ranu gado-gado. Ini Erika baru ngulek bumbu kacang sama gula merah." balas Erika sembari menyengir ke neneknya.
Heyy, yang benar saja itu batu bata, gadis pintar.
Selain itu juga kami terkadang berbaur dengan anak kompleks bermain gobag sodor, petak umpet, lompat tali, kasti, kelerengdan masih banyak lagi. Kami tak akan selesai bermain sebelum orangtua masing-masing kami saling beradu pita suara emasnya.
Dimulai dari nenek Erika yang selalu bilang, "Erikaaaa, pulang udah sore saatnya solat ashar dan ngaji!."
Lalu disusul suara Bunda, " Ranu, pulang nak. Ngaji dulu, mainnya udahan."
Begitulah secuil ingatan Ranu hari ini tentang gadis berlesung pipi yang bernama Erika Khanza, nanti akan Ranu ceritakan lagi kenangan yang pernah kita lalui bersama.
Ranu berharap semoga dirinya nan jauh disana tidak melupakan kisah yang pernah kita lalui bersama.
🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️
Kalau kamu, masa kecil yang paling berkesan menurut mu apa? Tag temanmu jika kamu pernah tumbuh bersama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAUS & MATAHARI [ SELESAI✔️ ]
Short StoryRanu Wijaya, laki-laki berpawakan tinggi nan dingin. Hanya ada satu gadis yang mampu meluluhkan hatinya yang tak tersentuh dan bagaikan es, gadis yang mampu memenuhi rongga pikiran laki-laki itu, gadis semasa kecil yang hilang ketika gempa bumi dan...