EPILOG

134 8 8
                                    

"Aku sedang tidak baik-baik saja, kemarilah, aku takut"

🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️

Malam itu bersama rembulan yang cahayanya lebih benderang menyinari semesta, ditemani kunang-kunang nan kelap-kelip serta nyanyian jangkrik yang menghiasi setiap langkah kaki Erika.

Malam ini Mamah menyuruh Erika untuk pergi membeli makanan di gerobak dorong pingir jalan, kami warga Yogyakarta biasa menyebut angkringan.

Tiba di angkringan mata Erika bertatapan dengan mata dingin milik Ranu, ingin rasanya putar balik namun suara yang tidak ingin Erika dengar membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah Erika, sang abanh sepupu, Bang Qianu.

Dia menyeret Erika di depan gerombolan anak-anak cowok yang di dalam nya ada Ranu dan juga si cowok tengil Albara yang sedang asyik bernyanyi kopi dangdut dilengkapi dengan galon minum dan juga tongkat kayu yang ia gunakan untuk memukul.

Namun yang membuat Erika melebarkan bola mata, ada gadis yang selalu mengusik kehidupannya, dia Mawar. Gadis itu duduk di bangku paling ujung sembari mengenakan jaket hitam yang hampir menutupi sebagian wajah mungil miliknya.

“Ngapain?” Tanya Qianu.

“ Disuruh Mamah beli nasi kucing sama gorengan.”

“ Emang makanan kucing punya Bela dah habis?”

Bela kucing kesayangan milik Eyang Putri.

“ Bukan ih, ini” Jawab Erika gemas sembari memperlihatkan sebungkus nasi yang di ikat dengan karet gelang.

“ Oh, aku kira makanan khusus kucing.” Kekehnya.

“Ibu, Nasinya lima sama gorengannya sepuluh. Es tape dibungkus dua ya.” Kata Erika kepada ibu penjual makanan bergerobak.

“Siap, Nduk.”

“Aku boleh ngomong sebentar?” Suara itu menginterupsi Erika, sehingga membuat gadis itu menoleh kepada sang empunya.

Erika mengangguk cangungg, “Bang, titip bawa pulang ya, kasih ke Mamah.” Pinta Erika kepada Qianu.

“ Siap, Kanjeng Putri.”

🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️

Gelapnya malam yang hanya disinari lampu taman berwarna emas itu, sepasang remaja duduk dibangku yang sama namun keheningan melanda keduanya, ranting pohon seolah menjadi saksi bisu diantara keduanya.

“ Maaf...” kata itu meluncur dari bibir mungilnya.

Perempuan itu menoleh ke arah sumber suara sembari mengernyitkan dahi, “Kenapa?”

“ Lagi-lagi aku tidak bisa menjagamu dengan baik.” suaranya pelan menandakan penyesalan yang teramat dalam.

Ranu menarik napas dengan gusar, “Aku tidak menyukainya.” terang laki-laki bermata hitam legam.

“Siapa yang kau maksud?”

“Mawar.” jawabnya singkat.

Erika diam membisu, seolah bibir yang biasanya mengucap rentetan kata itu mendadak sirna.

“ Kamu menyukai Nalendra?” tanya Ranu tiba-tiba, membuat mata indah milik sang gadis melotot tajam.

“ Dia laki-laki yang baik..."

"... Tapi, ingatlah aku laki-laki yang selalu mencintaimu. Ku mohon jangan jadikan beban dalam hidupmu, aku janji aku tidak akan pernah mengganggu hidupmu, jadi jangan khawatir. Tolong hormati keputusanku.”

PAUS & MATAHARI  [ SELESAI✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang