Maret, 2017. Hari demi hari hubungan Erika dengan Ranu menjadi semakin dekat, kedekatan itulah yang justru membuat ia semakin merasa nyaman jika bersamanya, seperti pagi ini misalnya, gadis itu sudah berdandan sangat rapi ,duduk diatas motor dengan mengenakan seragam sekolah.
" Selamat pagi." Sapa Ranu.
" Pagi, juga." Balas Erika sembari tersenyum lebar.
" Yuk, buruan naik. Bisa-bisanya kamu nih tiap hari telat."
" Mana ada, baru sekali kesiangan. Lagian juga aku gak minta buat ditungguin." Sungut Erika tak terima.
" Lalu, haruskah aku tinggal saja. Kalau gak aku tunggu juga nanti kamu marah--"
"---Aaaa, Ranu ninggalin terus." Lanjut Ranu sembari menirukan gaya khas Erika, sembari mengepotkan bibirnya.
" Ah. Bodo amat. Ayo pergi kesekolah, udah telat." Erika mencoba menyudahi pertengkarannya bersama Ranu dan bergegas menaiki sepeda motor.
Motor milik Ranu kemudian membelah jalan kota gudeg yang mulai memadat menjelang jam masuk sekolah serta jam kerja.
Dering kelakson serta macet mulai merajalela. Butuh waktu setengah jam untuk mencapai tempat tujuannya saat ini.
" Oiya, kamu udah ngerjain tugas?" Teriak Erika, suaranya berusaha untuk mengimbangi suara knalpot yang sudah dimodifikasi.
" Tugas? Tugas apa?" Balas Ranu, sembari melihatku melalui kaca spion.
"Ah, benar-benar." Sungut Erika sembari memukul kecil punggung Ranu.
" Oalah, itu tugas Pak Rahmat. Santuy lah, Pak Rahmat doang." Balasnya enteng.
Tiga puluh menit kemudian motor milik Ranu memasuki gerbang berornamen dan terdapat papan nama, SMA N Cendana. Banyak pasang mata yang melihat kedatangan kita, membuat Erika sedikit merasa tidak nyaman. Malah ada yang menatap penuh dengan kebencian ada pula cewek-cewek yang mulai bergosip.
Wajar sih, gimana gak pada natap tajam gitu. Secara pagi ini Erika berboncengan dengan Ranu yang notabennya si ketua basket, idaman para siswi Cendana.
" Ranu, aku turun disini aja deh, malu dilihatin banyak orang." Ujar Erika sembari menarik ujung seragam milik Ranu.
" Nanggung, Er. Sekalian sampai parkiran deh."
Erika hanya diam saja, tidak ingin berdebat dengan Ranu. Sampai diparkiran ia buru-buru melepas helm, lalu menyerahkan helm miliknya pada Ranu, " Makasih Ranu." Kata Erika yang kemudian berjalan meninggalkan Ranu, cowok itu masih berdiri seperti patung tepat disisi motornya.
Keadaan koridor kelas nampak ramai, banyak para siswa masih berseliweran. Tidak seperti biasanya, di jam segini biasanya para siswa sudah mulai beribadah pagi sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing. Namun pagi ini para siswa masih berlari-larian, bergosip bahkan yang paling parahnya para cowok dikelasku menggoda mbak-mbak kos melalui jendela kelas yang kala itu terletak dilantai dua.
" Yaaa! Tumben telat lo! Ranu mana?." Teriak Albara penuh semangat.
" Noh, diparkiran." Balas Erika sembari menaruh tas ke bangku. " Tumben ramai amat."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAUS & MATAHARI [ SELESAI✔️ ]
Short StoryRanu Wijaya, laki-laki berpawakan tinggi nan dingin. Hanya ada satu gadis yang mampu meluluhkan hatinya yang tak tersentuh dan bagaikan es, gadis yang mampu memenuhi rongga pikiran laki-laki itu, gadis semasa kecil yang hilang ketika gempa bumi dan...