EPS 1 : TENTANG KAMU, GEMPA BUMI & ERUPSI

648 55 7
                                    

🕊🕊🕊

Ini tahun 2006 lebih tepatnya bulan Mei, Saat itu cuaca pagi begitu terik. Sinar mentari menyapa kami begitu hangat, orang-orang tampak bergembira menyambut pagi ini, ada yang sudah bersiap bekerja menggunakan sepeda ontelnya. Begitupun Pak Joko sudah berkeliling membagi surat kabar diarea komplek ini.

Tentu saja pagi ini Bunda sudah mendandani sang putera satu-satunya dengan begitu nyentrik, sepatu kets berwarna maroon kesukaan warna kesukaannya dan dipadukan seragam sekolah taman kanak-kanak. Sedangkan Ayah menyalakan televisi tabung, menonton kartun kesukaan anak laki-laki itu, Doraemon. Sarapan pagi ini hanya menggunakan menu nasi goreng yang diatasnya terdapat telur mata sapi, sangat sederhana namun terkesan istimewa, nasi goreng buatan Bunda memang tidak ada tandingannya dan moment berkumpul bersama keluarga dipagi hari, dengan sedikit obrolan membuat pagiku merasa lebih berwarna.

Setelah sarapan pagi anak laki-laki itu bergegas kembali ke kamar, kamarnya terletak dilantai dua. Dengan penuh semangat, segera ia membuka tirai. Lalu, mengambil alat komunikasi yang kala itu sangat terkenal sejagad raya, kaleng bekas susu yang diberi tali yang ku hubungkan dengan kamar miliknya.

" Cek... cek... ekhemm.." Kata anak laki-laki berusia 6 tahun itu sembari berdehem.

" Woyyyy, bangunn kebooo. Udah sianggg." Sambungnya sembari diiringi dengan kekehan kecil.

" Ranuuuuu!!!!, berisik ihh." Balas gadis mungil dengan suara cempreng khas anak kecil usia enam tahun pada masanya.

Hai, perkenalkan saya Ranu Wijaya, biasa di panggil Ranu. Umur Ranu sekarang 6 tahun.  Ranu mempunyai kakak perempuan bernama Ratu, ia suka bermain sepak bola bersama Ayah, tetapi terkadang Erika memaksa Ranu untuk bermain masak-masakan dengan teman perempuan satu komplek, mau tidak mau Ranu harus menurutinya, kau tahu jurus andalannya ketika Ranu menolak? Dia akan menangis dan ngambek bicara dengan Ranu selama tiga hari. Ranu pernah bertanya kenapa hanya tiga hari? Dia menjawab dengan enteng karena dia takut kepada Allah. Lucu sekali, bukan?

Sedangkan gadis yang ada di jendela itu dia Erika Khanza. Sahabat perempuan yang Ranu miliki satu-satunya saat ini, dia memiliki pipi yang gembul, poninya bergelombang dengan potongan rambut pendek yang terkadang diikat dua. Suka sekali menggunakan baju berwarna pink dan mencolok seperti warna kuning misalnya.

" Ayo kesekolah, udah telat ini, nanti bu guru marah. Ayooo!!!" Ajak Ranu.

" Tunggu sebentar, aku akan turun dan menemuimu, Nu." Katanya sembari melambaikan tangan. Kemudian, aku bergegas menuruni tangga. Namun, ketika Ranu menginjakan tangga, belum sempat menuju ruang tamu semuanya nampak bergerak, seperti lampu tengah yang ada di ruang tamu misalnya.

" Bunddd....Bundaaa!!!" Teriak Ranu sembari menahan tangis.

Guncangannya tidak terlalu lama, sekitar 57 detik namun dampaknya begitu luar biasa, sekuat mungkin tangan mungil milik Ranu mengenggam pegangan tangga. Furniture yang ada di ruang tamupun ikut berguguran, kudengar suara runtuhan puing yang begitu menggema, semakin menambah kepanikan Ranu kala itu.

" It's okkay, Sayang. Everything will be alright." Kata Bunda berusaha meraih tubuh Ranu untuk dipeluk, tetapi belum sampai ke pelukan bunda pelipis Ranu sempat beberapa kali terbentur oleh pegangan yang ada dianak tangga,tubuhnya terpanting-panting mengikuti arah goncangan tersebut, darah segar berwarna merah itu mulai mengucur melewati pipi gembul milik Ranu.

Dengan penuh perjuangan, akhirnya Bunda berhasil menangkap Ranu ditengah-tengah goncangan nan dahsyat itu, beliau kemudian membawa Ranu keluar rumah dengan langkah penuh kehati-hatian, tangannya ia gunakan untuk melindungi kepala Ranu, jika sewaktu-waktu ada runtuhan yang mengenai kepala laki-laki itu. Ranu tahu kala itu Bunda sedang panik, namun ia menelan kepanikan itu dengan sendirinya.

Ketika telah tiba di halaman depan komplek, Ranu melihat Kak Ratu dipelukan Ayah.

Bunda beberapa kali menenangkan Ranu agar tak khawatir dan terus mengajaknya untuk menyebut nama-Nya, nampaknya telah terjadi gempa bumi yang begitu dahsyat yang kala itu mengguncang di kota kelahiran Ranu, Yogyakarta pada bulan Mei 2006 kala itu.

Ranu juga melihat Erika digendongan Neneknya, Papa dan Mamahnya kala itu sedang tidak berada dirumah Neneknya, rumah Erika sebenarnya tak jauh dari rumah sang nenek, tetapi ia selalu menginap dirumah neneknya, karena jarak rumah neneknya ke sekolah memanglah dekat.

Banyak orang-orang berlarian dan berkumpul dihalaman depan komplek sembari melafaldzkan kalimat Allah. Tak sampai disitu saja, Gempa susulan kembali melanda dikota ini, namun kali ini kekuatannya lebih dahsyat, Ranu melihat beberapa rumah ambruk, rata dengan tanah. Semuanya terlihat luluh lantah.

Ranu yang kala itu berusia enam tahun hanya bisa menangis sembari memeluk Bunda dengan erat, kala itu tak hanya gempa susulan yang mengoncang kota gudeg ini, namun Gunung Merapi juga sedang Erupsi, ia memuntahkan awan panas dan lava dari kawahnya.

Gempa dengan kekuatan 5,9 SR mengakibatkan rumah diwilayah selatan rata dengan tanah, gempa tersebut telah menelan ribuan manusia. Jaringan listrik dan komunikasi terputus,dikarenakan isu tsunami yang kala itu disebar oleh orang-orang tak bertanggung jawab.

Banyak dari kami yang takut untuk kembali ke rumah dan memilih untuk mengungsi dan membangun tenda-tenda darurat di lapangan, jalan raya, alun-alun dan tempat-tempat yang sekiranya dirasa aman. Banyak korban yang harus dilarikan ke rumah sakit, sehingga suara sirine ambulan yang kala itu selalu bergema memenuhi pendengaran.

Dan disinilah akhir cerita Ranu bersama dengan gadis itu, gadis yang bernama Erika Khanza. Setelah tragedi gempa bumi dan meletusnya gunung merapi, aku tak lagi melihat dirinya, sepatah kata perpisahan pun tak terucap dari bibir mungilnya itu, entah kemana perginya gadis mungil itu.

🕊 🕊 🕊

📌Yogyakarta, 31 Maret 2020

PAUS & MATAHARI  [ SELESAI✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang