4

481 79 0
                                    













Minseok melangkah memasuki ruangan atasannya. Melihat gadis itu duduk tenang di kursi kebesarannya. Ia tau, gadis itu menyimpan sejuta kegelisahan didalam ketenangan nya. Ia memilih duduk dihadapanya. "Kim menolak lagi."

"Aku tau. Karna kau bukan menemuinya langsung."

Minseok menghela nafas. "Lalu, apa kita akan menemuinya langsung?"

Dia mengangguk, membuat Minseok kembali menghela nafasnya. "Bagaimana caranya? Kau akan ketahuan."

"Kirimkan saja email yang langsung bisa ia baca. Tanpa melalui pegawainya. Atau kau yang menemuinya."

"Aku memilih pilihan kedua saja. Itu lebih muda. Mengirim email belum tentu akan langsung padanya." Minseok meliriknya. Ia sedang menatap pigura foto. Minseok tau siapa didalamnya.

"Jelaskan serinci mungkin padanya. Katakan kita akan menanamkan saham padanya. Dan mengatur seluruh kerja sama."

"Jika dia memaksa untuk menemuiku. Cari alasan senatural mungkin."

"Apa maksudmu?"

"Belum saatnya aku muncul, Minseok. Aku tau dia sangat menderita. Tapi, aku masih belum sanggup."

"Aku tau itu. Tapi, apa yang harus katakan. Jika ia bertanya, kenapa kita menolaknya saat ia menawarkan kerja sama. Dan sekarang kita malah mengajukan diri padanya? Apa itu tidak terlalu mencurigakan."

Dia menghela nafas. "Jelaskan saja apa yang terjadi."

Minseok menggeleng. "Tidak, untuk sekarang, Kyungsoo. Jika memang kau belum bisa bertemu dengannya, maka jangan membuatnya mencurigai kita. Kali ini aku tidak akan menurutimu." Minseok beranjak dan melangkah meninggalkan ruangan.

Dia duduk menunduk dalam. Apa yang harus ia lakukan kini? Sahabatnya berusaha mendapatkan kebahagiaan setelah sekian lama. Tapi, keegoisan nya selalu menghalangi. Keegoisan Kyungsoo yang selalu menunda waktu.

Minseok terdiam melihat sosok dihadapannya. Ia baru saja melamar pekerjaan di sebuah butik. Butik baru, namun sudah memiliki nama yang dimata dunia.

"Maafkan aku... "

"Bagaimana bisa? Kau bukan dia kan? Aku pasti salah lihat." Minseok menggeleng kan kepala berulang kali. Menjernihkan penglihatannya. Mencari kebenaran atas apa yang ia lihat saat ini.

Dia menghampiri Minseok. Menuntun Minseok untuk duduk. Bahkan ia memeluk Minseok dalam. "Maafkan aku... Terjadi banyak hal. Hingga aku harus menyembunyikan ini dari kalian."

"Kyungsoo... Apa alasanmu?"

"Aku ingin kau membantuku. Tidak, aku memohon padamu... "

"Kau selalu datang ketika kau membutuhkan bantuan saja, Kyung!! " seru Minseok.

Kyungsoo terkekeh. "Itu gunanya sahabat, Minseok. Akan kujelaskan apa yang terjadi. Berjanjilah. Kau akan membantuku."

"Kau bilang jika itu gunanya sahabat. Jadi, akan kubantu semampuku."

Kyungsoo tersenyum. "Terima kasih. Kau akan mengerti. Aku tau itu... "

"Jelaskan... "

"Jongin dalam masalah. Seluruh harta miliknya menjadi taruhannya."

Minseok memejamkan matanya. Jika bukan karna Kyungsoo sahabatnya dan Jongin sahabat suaminya. Ia tidak mungkin berada dalam kegelisahan seperti ini.
Janji nya yang ia ucapkan setahun lalu pada Kyungsoo adalah pengikatnya. Dia tidak bisa mengingkari janjinya. Apalagi meninggalkan Kyungsoo sendiri lagi...

For Your Sake✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang