8

28 4 1
                                    

Setelah puas memaksa Althaf  untuk membelikannya permen kapas.

Atifa kini berlari Setelah membeli permen kapas menuju salah satu tempat duduk di sana.

"Kenapa nih cewek lucu banget yak"
Batin Althaf

🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

   Setelah lelah menaiki semua wahana yang ada, Althaf dan atifa pulang dan hari pun sudah mulai larut.

    Kini mereka berada di dalam mobil, dan hanya keheninhan yang menguasai. Dan akhirnya...

"Kak" panggil Tifa

"Ya , kenapa?"

"Makasih" Althaf menjadi heran dengan Atifa.

" buat apa?" Tanya Althaf.

" semuanya, untuk malam ini"
Mendengar hal itu Althaf hanya mengganguk dan tersenyum manis.

"Tifa, aku minta maaf"  ucap Althaf
Pelan hampir tak terdengar

" hah? Apa kak?" Tanya atifa tak mengerti

" eh, gak ada kok " kilah Althaf.

   Atifa hanya mengganguk, tiba tiba rasa kantuk menyerang Atifa. Membawa Atifa masuk dalam alam mimpi indahnya.

    Tak terasa kini mobil Althaf telah masuk dalam  pekarangan rumah Atifa.

"Tif, atifa " althaf memanggil Althaf berulang kali, namun tak ada sahutan dari sang pemilik nama.

" ya elah, pantesan gak nge jawab, anaknya tidur"   Althaf yang  melihat Atifa tertidur tersenyum karena wajah Atifa yang tetap cantik meski sedang tidur.

  Tanpa sadar tangan Althaf menyentuh pipi Atifa lalu mengelus pipi yang sedikit chubby itu.

"Astagfirullah, apa yang udah gue lakuin. Inget  tujuan awal  lo Althaf " batin Althaf.

  Tiba tiba Atifa melenguh karena merasa tidurnya terganggu dan membuka matanya.

"Ehh udah sampe ya kak?" Tanya Atifa

" i..ya...iya udah sampe masuk gih, udah malem. Nantik papa kamu nyariin lagi". Suruh Althaf

" iya kak, Atifa pulang yaa. Kakak hati hati di jalan yaa. Jangan ngebut ngebut"

"Iya iya , bawel" lalu Althaf mengacak rambut Atifa, membuat  atifa mendadak serangan jantung dan pipinya menjadi bersemu merah.

"Iya kak bye " Atifa berlari masuk ke  rumahnya. Meninggalkan Althaf sendiri.

Althaf bergegas meninggalkan pekarangan rumah mewah itu.

Terlalu banyak yang terjadi hari ini, membuat Althaf tak mengerti dengan dirinya sendiri.

     Sesampainya dia rumah yang tak kalah mewah dengan rumah Atifa. Ia memasuki rumah itu dengan langkah
Gontai.

    Setelah ia berjalan mencapai tangga tiba tiba seorang wanita paruh baya namun masih terlihat anggun nan cantik memanggil namanya, siapa lagi kalo bukan mamanya,  sesil.

" sayang, kamu dari mana? Kok baru pulang ? " tanya sesil dengan lembut

" aku habis jalan sama temen ma" jawab Althaf selembut mungkin

" ya udah, kamu mandi langsung istirahat yaa"

"Iya ma"  sambil Althaf tersenyum.

    
Rumah Atifa

   Baru memasuki rumahnya itu ia lamgsung dihadang  oleh Adelia, maminya.

" bagus kamu yaa, bukannya belajar malah pergi, sama cowok dan itu pun tanpa izin mami"  perkataan Adelia sangat menusuk  dan tatapan Adelia seolah ingin membunuh Atifa sekarang juga.

" ta..tapi Tifa udah izin sama daddy , mi" jawab Atifa takut takut.

" o, jadi kamu ngak nganggep mami gitu. Jadi kamu gak perlu izin mami, iya Atifa ?" Bentak Adelia pada putri semata wayangnya .

  Mendengar teriakan itu membuat air matanya luruh  tanpa izin lagi.

" enggak gitu mi, ta..tadi aku buru-buru dan daddy langsung ngijinin aku , mi tifa minta maaf mi, jangan marah mi"  tifa menjelaskan sambil sesegukan menahan tangis.

   Lalu terdengar suara bass lelaki dari arah tangga

"Sudahla Adel, tadi memang aku yang mengizinkannya. Lagi pula ia juga sudah remaja, biarkan ia menikmati waktunya itu"  kata pria itu, yang tidak lain adalah Antonio daddy-nya Atifa.

"Atifa sudah, pergi ke kamarmu dan langsung istirahat" suruh daddy nya itu.

"I..iya dad" jawab Tifa yang masih sesegukan dan langsung menuju ke kamarnya.

   Setelah ia masuk ke kamarnya ia membuang sembarangan tasnya, jujur ia tak sanggup lagi, maminya terlalu memaksakan kehendaknya, tanpa memikirnya dirinya.
    Mengingat semua itu rasa sesak di dadanya kembali menyeruak. Tangis yanv tadinya sudah reda kembali turun, tiba tiba ia terjatuh kelantai, kaki yang menopangnya seolah tak punya tenaga. Ia lelah malah teramat lelah untuk melawan maminya itu.
   Ia tak tega melihat maminya bersedih tapi apa maminya tak pernah memikirkan dirinya
   Kini Atifa memeluk lututnya sambil melihat langit langit kamarnya, air mata itu masih terus turun pada pipi mulusnya.

  " mi, tifa pengen mami ngertiin tifa. I want to be my self. Cuma itu yang aku mau mi, sekali aja mi."

Atifa naik ke kasur empuknya yang masih mengingat kembali kejadian tadi. Membuat ia tak bisa tidur malam ini. Namun, raga lelah bahkan teramat lelah. Perlahan ia memasuki alam mimpinya.

    Pagi telah tiba, mentari pun mulai menampakan sinarnya. Namun gadis cantik itu masih bergelung dalam selimutnya.

"Non, non tifa . Bangun non, udah pagi nantik non telat ke sekolahnya" panggil bi inah

"Iya bik, tifa bangun" jawab tifa dan langsung beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap siap ke sekolahnya.

Ia turun kebawah sambil menghembuskan napas kasar.
"Semoga ini hari yang baik" batin tifa

"Pagi dad, mom " ucap tifa.

"Pagi juga sayang"  antonio menjawab sambil tersenyum seolah menguatkan Atifa.
 

  Berbeda dengan maminya yang masih tak bergeming. Setelah beberapa saat dalam  keheningan akhirnya adelia pun bicara.

" Atifa kali ini mami maafkan tapi lain kali kau kalo mau pergi harus izin sama mami ya , sayang"  ucap adelia dengan senyuman.

    Atifa terkejut bukan main,apa maminya berubah pikiran? Ntahla yang penting maminya sudah sedjkit melembut pada. Ia langsung memeluk erat maminya itu.

"Makasih mami" senyuman Atifa mengembang pagi ini

"Ih daddy gak di peluk juga nih"
Dan terjadilah adegan berpelukan seperti teletubbies di keluarga Atifa.








Hello
Finally, update lagi
Semoga suka yaa
Love you guysss:)

Lie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang