Legend of chu qiao : Division 11's Princess Agent (End)

208-210

Bab 208

Penerjemah:  Nyoi-Bo Studio  Editor:  Nyoi-Bo Studio

"Apa yang terjadi? Mengapa kita tidak mendengar apa-apa sampai sekarang, meskipun Pass Tangshui diserang pada 16 September? ”Berdiri, Cheng Yuan berteriak.
Utusan itu menjawab sambil panik, “Seluruh pasukan terjebak di celah, ketika musuh datang tanpa tanda-tanda. Bukan hanya itu, tetapi musuh mengambil semua provinsi di sekitarnya. Kami tidak memiliki kesempatan untuk melaporkan. "
“Lalu mengapa provinsi-provinsi di dekat wilayah itu tidak mengetahui apa-apa?Bagaimana mereka bisa membiarkan perang berlarut-larut sampai sejauh itu? "
Utusan itu dengan hati-hati mengangkat kepalanya dan mencuri pandang pada Yan Xun. Setelah ragu-ragu sejenak, dia dengan tenang menjelaskan, “Wilayah itu adalah Dataran Tinggi Shangshen. Tidak hanya sebagian besar pejabat pergi dengan Tuan Chu, tetapi mereka yang tetap mendengar bahwa musuh-musuh itu ada di sana untuk menyelamatkan Tuan Chu. Jika mereka tidak berusaha menyembunyikan musuh, itu sudah patut dipuji. Tidak ada yang mau melaporkan.Bahkan para pejabat lokal diikat oleh warga sipil. ”
"Apa?" Cheng Yuan meledak dengan marah.“Apa yang ingin mereka lakukan?Pemberontak? Di mana tentara? Di mana para prajurit? Apakah mereka semua mati?Bagaimana mereka tidak repot ketika melihat pejabat mereka diikat? ”
“Tentang itu, bawahan ini mendengar beberapa rumor. Pasukan lokal membantu musuh untuk menyerang. Tidak hanya itu, tetapi mereka memberikan tata letak pertahanan rinci dari Tangshui Pass. Jika bukan karena itu, kota berbenteng seperti itu tidak dapat dengan mudah dikepung. ”
"Sungguh konyol!"
"Jadi, apa yang sedang terjadi sekarang?" Sebuah suara yang dalam tiba-tiba bergema.
Cheng Yuan memutar kepalanya hanya untuk melihat Yan Xun bertanya tanpa emosi, "Jadi Tangshui Pass telah ditaklukkan. Apa yang terjadi sekarang?"
Kepala utusan itu penuh keringat. Dia gemetar dan menyampaikan pernyataan mengejutkan lainnya, "Pada saat bawahan ini telah diperintahkan untuk menyampaikan pesan, Angkatan Laut Tang entah bagaimana menerima berita tentang pengepungan, dan sudah berbaring menunggu di luar Pass. Saat gerbang dibuka, pasukan Tang mendarat, dan sekarang menuju ke Longyin Pass. "
"Siapa komandan mereka?"
"Dia adalah ... Kaisar Tang."
"Seberapa besar pasukan mereka?"
"Setidaknya 100.000."
Yan Xun bisa mendengar Cheng Yuan menarik napas dalam-dalam karena terkejut. Yan Xun menyipitkan matanya, dan langsung memulihkan auranya seorang kaisar, seolah-olah dia memandang semua kehidupan dari atas.
Kutu rambut? Apakah dia datang sendiri?"Kumpulkan pasukan? Pasukan Pertama dan Pasukan Kedua harus berkumpul sekaligus!Kami akan menuju Longyin Pass! "Yan Xun menyatakan
Setelah hanya enam jam, seluruh formasi berkumpul di kaki Gunung Huihui. Terletak di perbatasan Dataran Tinggi Shangshen, mereka tidak terlalu jauh dari Tangshui Pass dan Longyin Pass. Mengendarai kuda perangnya, jubah hitam Yan Xun berkibar ditiup angin. Mengikuti sedikit di belakangnya, Cheng Yuan diam-diam bertanya, "Yang Mulia, apakah mereka yang menyerang pada 16 September juga dari Kekaisaran Tang?"
"Tidak. Itu tidak mungkin. "Yan Xun menggelengkan kepalanya. Dengan tatapannya menatap ke kejauhan, dia diam-diam menyatakan, "Kekaisaran Tang jauh dari Yan Bei. Jika fakta bahwa AhChu dan saya terjatuh mencapai telinga Li Ce pada hari itu sendiri, dia tidak mungkin bergegas ke Tangshui Pass pada tanggal 16. Saya percaya itu adalah kekuatan lain yang telah menerima informasi terlebih dahulu sebelum meneruskannya ke Li Ce, dan menyerang Tangshui Pass untuk membuka jalan bagi Kekaisaran Tang. ”
Cheng Yuan mengerutkan kening dan bertanya, "Lalu siapa itu? Kekaisaran Xia? Itu tidak mungkin. ”
"Siapa?" Dengan tatapannya membeku, Yan Xun perlahan menjawab, "Siapa lagi yang bisa dengan mudah masuk dan meninggalkan wilayah Yan Bei?"
Cheng Yuan tertegun pada hipotesis Yan Xun, saat dia menangis, "Raja Qinghai?"
"Raja Qinghai." Yan Xun perlahan meludahkan kata-kata itu. "Akhirnya, kita akan segera bertemu."
Ketika bintang-bintang memberi jalan kepada cahaya matahari, hari yang baru tiba.
"Yang Mulia!" Seorang pengintai berteriak dari jauh dan dengan keras melaporkan, "Sekitar lima kilometer jauhnya, kami menemukan pasukan yang tidak dikenal!"
"Berapa banyak orang disana?"
"Musuh membentang dari selatan ke utara melalui formasi lebih dari lima kilometer, dan telah menyegel kemajuan pasukan kita. Kami memperkirakan bahwa mereka memiliki 13 divisi infantri, delapan divisi kavaleri, setidaknya 17 formasi infanteri jarak dekat yang sangat lapis baja, dan termasuk pemanah, pembawa perisai, dan pasukan pendukung lainnya. Mereka setidaknya 150.000 kuat. "
Pada saat itu, semua orang mengambil napas dalam-dalam karena tidak percaya. Kekuatan yang begitu kuat telah muncul di dalam perbatasan Yan Bei. Jika mereka tidak menemukan musuh ini hari ini, siapa yang tahu bencana seperti apa yang bisa terjadi?
Yan Xun tidak memiliki kekhawatiran yang sama dengan yang lainnya. Yan Xun tahu bahwa satu-satunya alasan bahwa seluruh pasukan ini muncul adalah untuk mencegat tentara Yan Bei, sehingga Li Ce bisa mundur.
Entah bagaimana, Yan Xun sudah menebak identitas musuhnya. Meskipun dia agak terkejut, dia juga merasakan sukacita. Yan Xun mengakui bahwa ia terkejut, tetapi sebagai musuh, ia berharap pihak lain akan menonjol dan bertarung secara langsung.Bagaimanapun, dia bisa melepaskan wanita sendiri, tetapi dia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyelamatkannya dari dilema yang dia ciptakan untuknya!
Kabut pagi meliputi seluruh negeri. Di dalam kabut, pasukan raksasa akhirnya muncul, dan perlahan-lahan menyebar seperti lautan.Mengenakan jubah hitamnya, mata Yan Xun tanpa emosi dan tegas saat dia keluar dari formasinya. Hampir bersamaan, sosok muncul dari dalam kekuatan lawan. Meskipun mereka jauh dari satu sama lain, Yan Xun bisa langsung tahu siapa pihak lain. Tatapan mereka bertemu, dan Yan Xun tertawa kecil.Dia berkata, "Lama tidak bertemu."
Chu Qiao dengan kasar terbangun dalam kekacauan. Suara kuda yang berlari kencang telah datang dan pergi seperti guntur, muncul sebelum dia bahkan bisa bereaksi. Setelah tiga hari kelaparan dan tahan dingin, Chu Qiao sudah berada di kaki terakhirnya. Dengan tergesa-gesa, dia mengambil pedangnya dan berlari keluar tenda. Sakit kepala dan merasa panas, dia hanya bisa melihat obor yang kabur. Dengan gemuruh kuku kuda semakin keras, seolah-olah musuh semakin dekat.
Dia mendengar seseorang berteriak padanya, jadi dia berbalik, hanya untuk melihat He Xiao dan mata merahnya. Mulutnya terbuka dan tertutup. Dia berkelahi dengan seseorang. Dia berlumuran darah, dan dia hanya bisa berdoa agar dia tidak terluka. Kepala Chu Qiao berdengung, dan dia bahkan tidak bisa mengatakan apa yang dia pikirkan. Dia ingin hati-hati mendengarkan kata-kata He Xiao, tetapi sepertinya dia tidak pernah bisa mendengar dengan jelas.
Ini adalah keempat kalinya Zhao Yang menyerbu kamp. Tentara Xia secara bertahap kehilangan kesabaran mereka. Di sekelilingnya, dia hanya bisa mendengar suara kematian ketika para pengawalnya jatuh satu demi satu. Semakin banyak musuh yang menyerang, ketika musuh menghancurkan formasi, dan setiap prajurit mulai bertarung sendiri. Tentara Xiao seperti banjir, membasuh pertahanan mereka yang gemetaran. Saat panah melayang, seorang penjaga melompat untuk melindunginya. Anak panah itu menembus tengkoraknya, muncul di sisi lain.Ujungnya menunjuk lurus ke hidung Chu Qiao, saat darah menetes ke bawah.
"Lindungi Tuan!" Seseorang berteriak. Namun, para prajurit dari jauh tidak bisa lagi dekat.Dikelilingi oleh tubuh-tubuh, seluruh pandangan Chu Qiao tampaknya dicat merah terang. Dengan angin bertiup, badai salju berlanjut. Menghadapi situasi putus asa ini, pikir Chu Qiao, Sepertinya ini adalah akhirnya.Ini baik Dia dengan ringan mengangguk, dan dengan tenang, dengan suara serak berkata, "Ini baik-baik saja, ini baik-baik saja."
Sederetan ballista ditembakkan, saat panah yang tak terhitung terbang, melolong saat memotong udara. Mengangkat kepalanya, Chu Qiao melihat hujan yang mematikan menuju ke arahnya, sejuta pikiran melintas di kepalanya. Dia berpikir mungkin dia akan mati, karena waktu sepertinya terhenti. Seluruh hidupnya melintas di depan matanya. Di panti asuhannya, dia telah dipilih oleh negaranya, dan setelah melalui lebih dari satu dekade pelatihan, dia dipilih untuk pergi ke akademi militer bergengsi. Setelah lulus, dia ditugaskan ke Intelijen Militer, dan setelah misi pembunuhan dan infiltrasi yang tak terhitung jumlahnya, dia memberikan hidupnya untuk negara. Setelah itu, dia datang ke era kekacauan ini, dan sekali lagi, dia menjalani kehidupan yang sangat mirip dengannya dulu. Tiba-tiba, rasa lelah yang luar biasa menyelimutinya. Saat angin bertiup ke arahnya, dia memiliki keinginan samar bahwa dia hanya ingin menyerahkan semua tekad dan perjuangannya. Bertahun-tahun, tidak peduli situasi putus asa apa yang dihadapinya, dia tidak pernah menyerah pada hidup. Namun, dia tiba-tiba merasa seperti tidak ingin melanjutkan pertempuran. Dia benar-benar terlalu lelah. Ini akan berhasil, dan dia akhirnya akan beristirahat dengan cara ini.
"Tuan!" He Xiao menjerit putus asa saat melihat Chu Qiao hanya berdiri, menghadap hujan panah, seperti patung beku. Dia merasa seolah-olah hatinya telah terkoyak. Dengan marah, dia mengayunkan pedangnya lagi dan lagi. Cepat kilat, pedangnya meninggalkan bayangan yang bersinar di udara ketika dua kepala terbang ke udara, dengan darah segar menodai tubuh He Xiao. Namun, banjir musuh dengan cepat mengambil posisi rekan mereka yang jatuh. He Xiao terjebak dalam pertempuran saat dia melihat panah mendekati Chu Qiao.
Para prajurit Yan Bei di atas Longyin Pass juga menyaksikan pemandangan ini dengan mata mereka sendiri. Wajah seorang prajurit muda benar-benar pucat, saat lututnya melemah.Dia melihat wajah pucat wanita itu di api ketika dia berteriak dengan sedih, "Tuan Chu!" Dia adalah seorang prajurit yang tumbuh di Shangshen. Seluruh keluarganya telah dibebaskan dari perbudakan oleh Chu Qiao, dan bukan hanya itu, tetapi keluarganya telah diberikan tanah. Namun, dia pengecut. Ketika Tentara Xiuli bertempur di luar, dia tidak berani berbicara. Ketika Tentara Xia berulang kali menyerang Tentara Xiuli, dia tidak berani berbicara. Ketika badai salju merusak tenda-tenda Tentara Xiuli, dia tidak berani berbicara.Bahkan ketika warga sipil menangis di bawah dinding, dia tidak berani berbicara. Namun, pada saat ini, kata-kata ibunya tiba-tiba bergema di benaknya, ketika dia menyaksikan ibunya, yang rambutnya sudah memutih,
Bahkan di tembok kota, gelombang tangisan yang kacau bisa terdengar, dilengkapi dengan gemerisik rumput tinggi di dataran tinggi dan jatuhnya badai salju besar. Dalam setengah bulan terakhir, Yan Bei menyaksikan kesetiaan pasukan, dan pada saat ini, seluruh surga menyaksikan kesedihan seorang wanita.
Saat panah terbang, itu mencapai titik tertinggi dalam lintasan parabola, sebelum melengkung ke bawah dan jatuh dengan momentum terbaik. Di depan mata semua orang yang melebar, pakaian Chu Qiao berkibar seiring dengan udara saat dia memicingkan matanya, rambutnya yang acak-acakan melambai dalam angin yang membeku. Pikirannya kosong, namun sepertinya dia melihat sepasang mata lagi, menatapnya, memberitahunya: Hidup terus, teruslah hidup.
Dia dengan lembut tersenyum, bibirnya melengkung sangat ringan.
Saya akhirnya tidak bisa bertahan lagi.Bisakah saya pergi mencari Anda?
Tiba-tiba, suara benda yang memotong udara bisa terdengar. Saat itulah mereka melihat sepetak bayangan hitam melompat dari gunung yang terletak di sebelah barat Longyin Pass. Berpegangan pada tali, mereka berayun ke bawah, dan dengan ketepatan yang sempurna, bilah mereka yang tak terhitung jumlahnya menghantam panah terbang. Pada saat itu, seluruh pertempuran mereda, terkejut karena terkejut. Semua penyusup mengenakan baju kulit hijau tua, dan sangat cepat dan lincah, seperti binatang buas yang bisa dilihat di hutan. Dengan wajah mereka yang diterangi oleh api, masing-masing dari mereka memiliki tato merah marun di wajah mereka. Dengan tatapan tajam mereka, mereka menerkam ke arah Tentara Xia yang masih belum pulih dari serangan mendadak mereka.
Sebelum Tentara Xia bisa bereaksi, hiruk-pikuk bergema dari Barat Daya. Menendang awan bercampur debu dan salju, ribuan kuda menginjak-injak tundra, terdengar seperti genderang perang. Kavaleri kejutan elit dibebankan ke sisi-sisi Xia Army. Semangat dan organisasi semacam itu hanya bisa dilihat dalam pasukan yang terlatih. Setelah diperiksa lebih dekat, tampaknya mereka semua adalah prajurit Kekaisaran Tang.
Mengenakan baju besi berwarna perak, Kaisar muda menyerbu masuk ke kamp utama dan menangkapnya. Dia menggunakan begitu banyak kekuatan sehingga sepertinya dia ingin memerasnya menjadi bubur. Armor dinginnya terasa seperti pisau saat disentuh, dan napasnya yang berat membuat bercak-bercak besar awan putih di udara. Suara membunuh berangsur-angsur memudar ke kejauhan, dan suara di sekitarnya ditakdirkan untuk bisu. Dengan ribuan obor di sekitarnya, dia merasa seolah-olah sedang berjemur di bawah hangatnya sinar matahari musim panas.
Saat mereka menjauhkan diri dari pertempuran, suara Li Ce yang dalam dan tenang bisa didengar. Ada sedikit kepanikan di dalam kata-katanya, ketika dia dengan ringan mengulangi, "Semua baik-baik saja, semua baik-baik saja, semua baik-baik saja ..."
Chu Qiao tidak ingin menangis, karena dia masih merasa agak bingung, seolah-olah semua yang ada di sekitarnya hanyalah isapan jempol dari imajinasinya. Namun, air matanya jatuh di luar kendalinya, menetes ke baju besi Li Ce dan mengalir ke bawah garis logam. Menutup matanya, dia tampak melihat pemandangan di mana kiamat telah tiba, di mana tanah memberi jalan kepada magma, bintang-bintang jatuh dari atas, dan lautan ditutupi oleh api tak berujung sementara mengalir ke jurang tak berdasar.