Legend of chu qiao : Division 11's Princess Agent (End)

223-225

Bab 223

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

Saat tengah malam menjulang, pegunungan itu membuka jalan ke dataran rumput yang datar. Panduan menyebutkan bahwa tempat ini adalah Youyou Plains, dan bahwa Sunset Mountains terbentang di depan. Setelah Sunset Mountains, mereka akan tiba di kota terbesar di barat daya, Kota Qiufeng.Menggunakan Kota Qiufeng sebagai titik referensi, Tang Jing terletak di sebelah timurnya, sedangkan Baishui Pass terletak di utara. Wilayah Xia terletak di luar Baishui Pass.
Beberapa hari ini, rombongan telah melintasi sepanjang pegunungan. Ketika mereka akhirnya melihat dataran datar, suasana hati semua orang cerah. Pemandangan dataran datar selalu sama — sebatang pohon bisa dilihat dari jauh. Meskipun jaraknya sering dianggap tidak terlalu jauh, seringkali diperlukan perjalanan sehari dengan kuda untuk tiba di sana. Setelah berkeliaran di sepanjang Youyou Plains selama dua hari penuh, mereka akhirnya tiba di Sunset Mountains.
Nama gunung ini sangat indah, beserta pemandangannya. Beberapa puncak berdiri tinggi di samping satu sama lain, dihiasi dengan pohon-pohon hijau yang rimbun dan rumpun bunga yang lebat. Air terjun mengalir ke bawah dari puncak, membentuk aliran putih. Ketika uap air masih ada di udara, ia mengeluarkan aura bahwa tempat itu adalah sebuah utopia. Karena Kota Qiufeng berada di dekatnya, jalan-jalan gunung cukup lebar untuk mengakomodasi dua kereta kuda berdampingan. Saat matahari terbenam, lanskap memancarkan warna merah terang bersama dengan hutan dan bunga.Pemandangan tetap secantik biasanya;gunung pantas namanya.
Malam itu, Chu Qiao memerintahkan pestanya untuk mendirikan kemah di kaki lembah.Ketika para pelayan mendengar perintah itu, mereka bersorak kegirangan. Jelas, mereka lelah, bepergian tanpa henti selama beberapa malam tanpa tidur. Sebelum mereka tertidur, lolongan serigala liar melayang dari jauh ke telinga mereka, membuat bulu kuduk mereka merinding.
Wajah Jingjing menjadi pucat ketakutan saat dia meringkuk di Meixiang di tenda. Dia menutup matanya ketika dia mencoba tertidur, tetapi tidak berhasil. Chu Qiao merasa sedikit khawatir. Serigala lapar di barat daya terkenal karena kebiadaban mereka. Saat ini, Chu Qiao tidak memiliki sekelompok besar orang dengannya. Mayoritas dari mereka adalah pengawal sewaan dan operator pengangkutan. Juga, ada perempuan dalam kelompok itu. Jika mereka menabrak serigala, akan ada konsekuensi yang mengerikan.Karena itu, dia memanggil Pingan dan memberinya beberapa perintah. Kemudian, dia menyuruh semua orang untuk mempersiapkan diri, sebelum dia berani membiarkannya lengah sedikit.
Ketika bagian akhir malam mendekat, lolongan serigala menjadi lebih keras, bersama dengan teriakan beberapa pria. Chu Qiao mengenakan mantelnya dan pergi ke luar. Dia memerintahkan beberapa orang untuk menjaga kamp, ​​dan berjalan menuju sumber suara dengan Pingan dan lebih dari sepuluh pengawal lainnya. Ketika mereka baru saja menavigasi melalui lereng pertama, bau darah yang tajam menempel di udara. Mereka semua memperhatikan dengan seksama di depan, hanya untuk melihat sekelompok lebih dari 100 serigala menyerang sekelompok pria di atas kuda mereka di lembah lain di bawah mereka. Meskipun mereka kalah jumlah oleh serigala, mereka gesit dan terorganisir dalam gerakan mereka. Jelas, mereka adalah orang-orang yang tidak bisa dianggap enteng.Namun, serigala-serigala itu sama biadabnya ketika mereka memamerkan gigi putih tajam mereka. Saat mereka berbondong-bondong bersama,
Saat darah berceceran di mana-mana, bau menyengat itu menjadi lebih kuat. Teriakan penderitaan bergema di udara, mengirimkan menggigil duri semua orang sekali lagi.
"Kakak?" Pingan mengerutkan kening sambil melanjutkan dengan nada berat, "Ada terlalu banyak serigala. Jika orang-orang ini tidak bisa mengalahkan mereka, kami juga tidak bisa. ”
Chu Qiao mengangguk ketika dia memerintahkan, "Semuanya, persiapkan dirimu." Rombongannya terdiri dari orang-orang yang berpengalaman pugilis. Meskipun mereka tidak mampu seperti pasukan, mereka berani dan berani. Mereka menyiapkan busur dan anak panah saat mereka mengambil posisi, menunggu perintah Pingan untuk menyerang.
"Api!" Barisan panah berapi yang rapi, disiram dengan minyak pinus, terbang keluar dari busur mereka. Dalam sekejap, lebih dari sepuluh serigala pingsan di lantai ketika mereka berteriak kesakitan, tiba-tiba diserang dari belakang.
Ini membuat marah serigala lain saat mereka berbalik dan menyerbu ke arah mereka.Dengan kecepatan yang menakutkan, beberapa serigala telah berlari tepat di depan mereka.
Pingan bereaksi cepat ketika dia mengambil seember minyak tung, memercikkan isinya ke tanah di depannya. Dia melemparkan obor ke tanah yang lembab, menyebabkan dinding api setinggi 30 kaki terbentuk di depan gunung.Beberapa serigala yang lapar, yang tidak bisa berhenti tepat waktu, menabrak api dengan saksama, mengeluarkan lolongan yang memekakkan telinga.
Karena serigala takut pada nyala api, kemiripan organisasi mereka menghilang.Sekelompok pria yang menunggang kuda, melihat bahwa sekutu tak dikenal telah datang membantu mereka, berlari maju dengan menantang, menggunakan pedang mereka untuk menutup kemenangan dengan meretas serigala yang mereka lihat.
Serigala memang buas; mereka hanya mundur setelah pertempuran hebat yang berlangsung lebih dari dua jam. Sebelum mereka pergi, mereka mengeluarkan beberapa amarah, menandakan niat mereka untuk membalas dendam.
Seorang pria berteriak dari bawah lembah, “Teman kita yang mana? Tuan kami berterima kasih atas bantuannya! ”
Pingan sedikit terkejut ketika mendengar kata-kata itu. Dia berbalik untuk melihat sekeliling, tetapi pandangannya terhalang oleh pepohonan. Selain itu, dia tidak bisa melihat dengan baik dalam kegelapan. Karena itu, dia tidak punya pilihan selain berteriak, “Apakah itu Brother Cao? Kami pernah bertemu di Sungai Qingheng sebelumnya. ”
Pihak lain diam beberapa saat sebelum dia tertawa menjawab, “Oh, ini Saudara Du. Ini agak merepotkan bagi saya saat ini, tetapi saya akan membalas budi pada waktunya. ”
Pingan berkomentar, “Tolong keluarkan upacara, Bruder Cao. Apakah kamu terluka?Apakah Anda punya salep? "
“Itu hanya beberapa luka dangkal. Tidak apa.Terima kasih atas perhatianmu."
Chu Qiao bisa mendengar nada dijaga dalam suara pihak lain. Dia menarik lengan baju Pingan dengan ringan dan menunjuk ke arah perkemahan mereka sendiri.
Pingan, menyadari niatnya, menambahkan, “Saya akan mengambil cuti dulu. Saudara Cao, berhati-hatilah. "
Ketika mereka kembali ke kamp, ​​Jingjing melompat-lompat dengan gelisah. Ketika dia melihat Chu Qiao, dia berlari ke depan dengan tergesa-gesa dan memeriksa, "Kakak, apakah kamu terluka?"
"Tidak." Chu Qiao menggelengkan kepalanya saat dia terus berbicara pada Pingan dan yang lainnya, "Pertahankan pengawalanmu saat kamu tidur malam ini. Biarkan obor menyala.Siapkan panah api, belerang, dan minyak tung.Serigala tidak akan membiarkan ini pergi.Hati-hati dengan mereka. ”
Semua orang mengangguk saat Chu Qiao kembali ke tendanya. Meixiang melepas jubahnya sambil berkata dengan lembut, "Kamu bisa membiarkan Pingan pergi sendiri.Mengapa kamu mengikuti? "
Chu Qiao menggelengkan kepalanya, mengerutkan kening, dan dengan lembut menjawab, "Saya belum merasa tenang beberapa hari ini. Saya tidak tahu apakah sesuatu akan terjadi. "
"Nona, Anda harus khawatir dengan Kaisar Tang. Jangan khawatir. Dia sangat pintar.Para penjahat itu tidak akan bisa mengambil keuntungan darinya. ”
Chu Qiao menghela nafas dan menerima secangkir teh ginseng yang hangat dari pipi Meixiang. Namun, itu tidak bisa menghangatkan tangannya.
"Aku tentu berharap begitu."
Ketika dia memikirkan sekelompok pria yang menunggang kuda sebelumnya, dia tiba-tiba merasakan firasat buruk lainnya. Tanpa sadar, dia mengucapkan, "Meixiang, apakah Anda masih memiliki salep yang kami beli dari Xinglin Hall terakhir kali?"
Meixiang tertegun ketika dia bertanya dengan panik, “Siapa yang terluka? Nona, apakah Anda terluka? "
"Tidak." Chu Qiao menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa. "Tidak ada yang terluka." Dia berbaring di atas tikar, merasa frustrasi. Meixiang menatapnya dengan agak ragu, bertanya-tanya apakah dia dibohongi.Apa yang sedang terjadi? Chu Qiao mengerutkan kening saat dia berpikir.
Pada pagi hari berikutnya, Chu Qiao dan yang lainnya melanjutkan perjalanan mereka.Mereka nyaris tidak membuat tanah apa pun sebelum mereka melihat sekelompok pria di atas kuda mereka berbaring menunggu di depan mereka. Mereka adalah orang-orang yang bertarung dengan serigala tadi malam.
Seorang pria paruh baya berusia tiga puluhan berjalan dan terlibat dalam percakapan singkat dan formal dengan Pingan. Kemudian, dia berjalan ke kereta kuda Chu Qiao, membungkuk, dan berkata, "Tuanku berterima kasih Nona untuk bantuanmu. Seharusnya aku tidak mengganggumu, tetapi aku diajarkan untuk mengingat bantuan orang lain. Bolehkah saya menanyakan nama Anda?Maafkan saya atas keberanian saya. ”
Chu Qiao mengerutkan kening saat dia menjawab dengan nada berat, "Itu yang harus saya lakukan. Tidak perlu berterima kasih lebih lanjut padaku. "
Pria itu sedikit terpana ketika dia terus mengarahkan percakapan ke arah motifnya."Aku masih belum tahu namamu."
"Anda aneh. Tuanmu mengirimmu ke sini, yang berarti dia tidak ingin mengungkapkan identitasnya. Mengapa Anda mencoba menanyakan latar belakang saya? Kami hanya orang asing yang telah saling membantu. Itu normal untuk saling menjaga. Karena kita tidak percaya satu sama lain dan memiliki masalah kita sendiri, mengapa kita masih berdiri di sini terlibat dalam percakapan yang tidak berarti ini, daripada bergegas menuju jalan kita sendiri? "
Pria itu benar-benar tercengang, tidak berharap Chu Qiao begitu jujur. Setelah itu, ia pergi dengan diam-diam. Kelompok di depan kemudian menghilang setelah beberapa saat.
Jingjing tersentak kagum, "Kakak, kau sangat cakap!"
Chu Qiao menghela nafas sambil bersandar pada bantal. Dia tidak mampu, dia hanya tidak mau membuang waktu untuk mereka. Seiring hari demi hari berlalu, dia merasa semakin khawatir. Sekelompok orang membuatnya merasa tidak enak dan memberinya perasaan bahaya; dia jelas merasa bahwa ini bukan kelompok orang biasa. Pada saat ini, lebih baik melangkah dengan hati-hati — semakin sedikit masalah, semakin baik.
Namun, hampir setengah hari telah berlalu sebelum mereka menemui hambatan berikutnya. Pada saat ini, bahkan Jingjing, yang padat, dapat merasakan ada sesuatu yang salah. Beberapa pohon dan tumpukan lumpur dan batu berserakan di jalan batu sempit di pegunungan. Mereka setinggi setengah manusia, menghalangi jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan mereka.Segalanya jelas. Meskipun naluri utama adalah untuk menghubungkan pemandangan ini dengan tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat beberapa hari yang lalu, tidak ada yang percaya pada kemungkinan ini karena kejadian kebetulan yang telah mereka saksikan berkali-kali sepanjang perjalanan mereka.
Seperti yang diharapkan, kelompok pria menunggu di depan kuda mereka, menyambut pesta Chu Qiao dengan aura permusuhan.Pingan dan yang lainnya merespons dengan mengerutkan kening; tangan mereka secara tidak sadar melayang ke samping saat mereka bersiap untuk menarik pedang mereka.
Secara antiklimaks, langit berwarna biru cerah. Burung-burung berputar di langit saat matahari yang hangat bersinar di tanah di bawahnya. Itu hampir oxymoronic ketika atmosfer gelap memancar dari kecerahan.Kedua pihak, bukannya membereskan kekacauan di jalan, saling memandang untuk mengantisipasi perkelahian.
"Betapa kebetulannya," pria yang bermarga Cao itu tertawa dingin ketika berbicara.
Pingan mengangkat alisnya saat dia cocok dengan nada suara pria itu. “Memang kebetulan, telah melalui situasi hidup dan mati dengan Brother Cao beberapa hari ini.Meskipun saya tidak percaya pada nasib, saya tidak punya pilihan selain mengakui nasib saat ini. "
“Menurut saya, nasib adalah sampah. Saya takut seseorang memiliki niat buruk. ”
Pingan menjawab dengan marah, "Siapa yang kamu bicarakan?"
Pria yang bermarga Cao itu menggeram dengan dingin, “Siapa kamu? Ungkapkan dirimu! ”
"Kamu lebih terlihat seperti orang jahat!" Pingan berteriak marah ketika dia menarik pedangnya yang bersinar di antara kecerahan.Dia mengambil langkah ke depan, saat dia bersiap untuk menyerang.
Pihak oposisi, mengancam, menarik pedangnya juga. Tiba-tiba, seberkas perak melintas di wajah Pingan, saat pedang lain menjatuhkan pedang Pingan dari tangannya dan ke tanah. Suara perempuan yang tajam bergema, "Pingan, jangan terburu-buru."
Suasana tegang hampir langsung menyebar.Ada keheningan di mana-mana; bahkan suara napasnya samar-samar terdengar. Angin menyapu mata semua orang dan menyebabkan dedaunan di kejauhan berdesir.Burung-burung berkicau ketika mereka terbang melintasi langit, memulihkan atmosfer cerah yang sesuai dengan cuaca.
Swoosh! Suara lembut tiba-tiba bergema, yang menyerupai sepatu boot menginjak jalan batu. Saat angin mengangkat tirai kereta kuda, lelaki yang bermarga Cao dan anggota rombongan lainnya berseru kaget, "Tuan?" Pria itu tetap diam saat berjalan menuju kereta kuda Chu Qiao.
Pingan mengangkat alisnya sambil berteriak, "Berhenti di sana!"
Pria itu mengabaikannya. Pingan memegang pedangnya di tangannya saat dia bersiap untuk menyerang lagi.
Bunyi berderang! Pedang itu hanya setengah jalan dari sarungnya sebelum pria itu menjatuhkannya dari cengkeramannya ke tanah, dengan sangat gesit.
Wajah Pingan memerah karena marah, saat dia menyerbu ke arah pria itu. Namun, pria itu tidak menunjukkan rasa takut saat dia mempercepat langkahnya, berjalan menuju kereta Chu Qiao, dan mengangkat tirai.
Suara mendesing! Angin segar bertiup ke kereta. Sinar matahari di siang hari menyilaukan. Chu Qiao memegang panah mini di tangannya, mengarahkannya ke pintu gerbongnya. Namun, dia membeku ketika sinar matahari memasuki pupil matanya.
Pingan menyerbu ke arah mereka dari belakang, tangannya berbentuk seperti cakar dan mengarah ke leher pria itu. Dia dengan mudah dapat membunuh musuhnya pada saat ini, setelah berada di bawah pengawasan Chu Qiao selama tiga tahun. Namun, pria itu tidak menghindar. Dia mengenakan pakaian putih saat dia berdiri di posisi aslinya, menatapnya dengan wajah tampan. Pada saat itu, dia tidak tahu apakah akan merasa senang atau sedih. Berbagai emosi melonjak di dalam dirinya, menyebabkannya merasa kewalahan.
Swoosh! Panah meninggalkan panah, menyapu melewati telinga pria itu, lalu menyapu melewati lengan Pingan dengan kecepatan yang menakutkan. Itu membawa aura pembunuh yang berat, yang menghentikan semua orang di jalurnya.
"Pingan, menjauhlah," perintah Chu Qiao pelan tanpa kemarahan, tapi nadanya cukup mengancam.
Pingan menjawab dengan bingung, "Kakak?"
Chu Qiao mengangkat alisnya dan menatapnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Pingan melangkah mundur perlahan, memberikan pandangan penghinaan terakhir kepada pria di depan kereta.
Angin memesona; cuacanya bagus.Sekelompok oriole mendarat di cabang-cabang pohon tidak jauh, berkicau dengan gembira. Pohon-pohon itu bercabang. Banyak bunga mekar di pohon-pohon hutan lebat di samping, memberikan pemandangan yang indah.