Legend of chu qiao : Division 11's Princess Agent (End)

244-246

Bab 244
Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio
"Zhuge Yue!" Chu Qiao mendorongnya dengan marah, "Kamu menggertakku!" Dia kemudian memeluknya. Begitu tiba-tiba dan dengan kekuatan seperti itu, selimut dan handuk di kepalanya benar-benar disingkirkan oleh momentum yang tiba-tiba. Dia memelintir wajahnya dan menciumnya dengan seluruh kekuatannya, dan benar-benar menahannya, seolah dia ingin menggabungkan tubuh mereka. Dengan napas dalam-dalam, tangannya memegang pinggangnya, karena tubuh mereka yang saling bersentuhan sepertinya bisa merasakan jantung satu sama lain berdetak kencang.
Sekali, dua kali, tiga kali….
"Chu Qiao." Melihatnya, dia tiba-tiba memanggil namanya. Di matanya, sepertinya ada neraka. Tanpa berkedip, dia dengan tegas menyatakan, "Menikahlah denganku."
Chu Qiao tertegun. Saat nyala api menyinari wajahnya dari satu sisi, seseorang hanya bisa melihat separuh wajahnya, dengan separuh lainnya tersembunyi di balik bayang-bayang, tampak hampir seperti mimpi. Dia merasa seperti berhalusinasi, dan agak bingung apa yang harus dilakukan. Membuka mulutnya, tidak ada suara yang keluar karena dia tidak tahu bagaimana menjawab.
"Xinger," Memandangnya dengan tenang, dia melanjutkan.
Dia sudah agak linglung, saat dia menjawab, "Ya?"
"Aku cinta kamu."
Saat ia menjatuhkan bom, Chu Qiao merasa seolah seluruh wajahnya terbakar, dengan suhu tubuhnya naik dengan cepat, bersama dengan pikirannya yang dengan cepat membeku. Melihatnya dengan linglung, ada perasaan bahagia muncul di hatinya, bersamaan dengan kebingungan. Chu Qiao menangkupkan dadanya dengan tangannya, seolah-olah jika dia tidak menahan hatinya, itu akan melompat keluar dan melarikan diri.
“Aku sudah lama mencintaimu. Tahukah Anda? ”Dia bertanya dengan santai seolah-olah mereka sedang membahas hal lain yang tidak relevan bagi mereka, tanpa sedikit pun kesibukan.
Chu Qiao mengangguk, "Aku tahu."
"Bagaimana denganmu?" Matanya tampak begitu jelas sehingga fokus sehingga Chu Qiao merasa seolah-olah akan mati lemas.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Chu Qiao menjawab dengan lembut, "Itu sama bagi saya."
Namun dia menolak untuk menerima jawaban yang samar-samar itu, dan mengganggunya sambil tersenyum, "Apa yang sama?"
Tiba-tiba, Chu Qiao merasa bahwa kapalnya terlalu kecil. Mengapa ruangan itu begitu kecil, begitu panas sehingga dia hampir tidak bisa bernapas sekarang?
"Bicaralah." Dia membungkuk dan mengangkat dagunya dengan cekatan. "Apa yang sama untukmu?"
"Aku juga ..." Chu Qiao mencengkeram tinjunya dengan kuat, saat adegan yang tak terhitung melintas di benaknya. "Aku juga mencintaimu."
Aku juga mencintaimu…
Suaranya agak lembut, namun menembus malam dan menerangi wajahnya. Dia dengan ringan mencium dahinya dan bertanya, "Kapan itu dimulai?"
Kapan? Dia tidak tahu. Mungkin itu dari reuni mereka di Sunset Mountains. Mungkin saat itulah mereka bertemu satu sama lain di festival lentera di Xian Yang. Mungkin saat itulah dia mendengar suara dari danau es, menyuruhnya hidup terus.
Atau mungkin, sudah lama sekali, dari pelukan itu di Makam Kekaisaran di Gunung Mei, atau pertemuan kebetulan di Kota Wupeng, bersama dengan kerja sama dan pertempuran bersama. Mungkin, saat itulah dia menyelamatkannya dari pengejaran Zhao Chun'er.
Atau bahkan mungkin, itu ada di ruangan itu, ketika remaja yang keras kepala itu menyeka air matanya lagi dan lagi dengan saputangan putih bersihnya tanpa meminta izin. Persis seperti itu, dia dengan kasar, keras kepala, dan dengan paksa menerobos ke dalam hatinya. Tanpa meminta izin, dan tanpa mempertanyakan apakah dia menyukainya.
"Aku tidak tahu." Chu Qiao mengulurkan tangannya dan membelai alisnya yang mengerut, sebelum melanjutkan, "Mungkin itu dari dulu. Dulu sekali bahkan aku tidak bisa mengingatnya, dan sulit untuk menentukan saat yang tepat. "Bersandar di pelukannya, dia dengan ringan berbisik," Atau mungkin semuanya menumpuk sedikit demi sedikit, sehingga aku tidak bisa lagi mengingat. "
"Kamu begitu bodoh." Memeluknya, tiba-tiba dia tersenyum. "Sebenarnya, aku juga tidak ingat."
Ya, mungkin hidup benar-benar seperti ini.Tidak ada yang tahu kapan, tapi cinta tiba-tiba muncul dan mengikuti bayanganmu. Pada saat Anda menyadarinya, itu sudah mengakar dalam diri Anda.
Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir, wajah, telinga, lehernya, dan perlahan-lahan, dia merangkak ke tulang selangka wanita itu. Tubuh Chu Qiao berubah lembut saat dia memberikan semua perlawanan, dan runtuh padanya. Tubuh Zhuge Yue berubah lebih hangat dari biasanya, ketika tangan di pinggangnya mulai bergerak ke atas. Suhunya seperti api neraka, menelan apa yang tersisa dari akal Chu Qiao.
"Kya!" Chu Qiao tiba-tiba berteriak ketika dia merasa seolah-olah langit tiba-tiba terbalik.Dia diangkat oleh seseorang dan ditekan di tempat tidur. Meskipun dia masih mengenakan pakaian, sebagian besar pakaiannya basah dan sama sekali telanjang.
Dia menatapnya, dengan alisnya sedikit berkerut, seolah dia memikirkan sesuatu.Namun, tatapannya diliputi oleh gairah. Suara yang dalam terdengar dari sisi telinganya, dan sepasang bibir yang basah mencium cuping telinganya, mengirimkan gelombang kebas di tulang belakangnya. Sabuk kain dengan cekatan dilepas oleh seseorang, memperlihatkan pakaian dalam berwarna putih yang disulam dengan kenari kuning.
Bahunya yang lembut terbuka, dan ketika jari-jarinya yang kurus membelai kulitnya, orang bisa melihat merinding ketika dia gemetar karena mati rasa yang melumpuhkan. Ketika tangannya bergerak ke lehernya, dengan jentikan cepat jari-jarinya, simpul di lehernya terlepas saat pakaian itu jatuh. Chu Qiao sedikit terkejut, saat dia dengan cepat meraih pakaiannya dalam upaya untuk menutupi tubuhnya, hanya untuk dihadapkan dengan gelombang tawa.
"Malu?"
Chu Qiao berjuang untuk meninggalkan pelukannya, saat dia menunjuk lilin di samping tempat tidur, dan meremas kata-katanya, "Matikan lampu ..."
Zhuge Yue tiba-tiba mulai tersenyum bahagia, dan dia adalah dirinya yang biasa ketika dia berbalik tanpa mengeluarkan suara. Namun, orang bisa melihat bibirnya melengkung ke atas. Tidak ada suara kecuali kesempatan mengepakkan burung-burung yang terbang melewati kapal.
Meraih pinggangnya, dia menenangkan bibirnya, "Jangan takut." Saat bibirnya menyentuh bibirnya, dia merasa seolah-olah dia akan mati lemas. Tubuhnya menjadi hangat. Dengan pakaiannya yang dikupas lapis demi lapis, dia ditinggalkan dalam kondisi paling alami. Lembut, putih bersih, dia seperti patung batu giok yang dibuat oleh pengrajin ahli. Ini adalah wilayah yang tak seorang pun menjejakkan kakinya, penuh dengan kehidupan dan semangat. Dia dengan lembut membungkuk. Dengan kulit mereka yang bersentuhan, seolah-olah seorang inferno terbakar.
Napasnya benar-benar terhenti. Karena wajahnya sangat dekat dengan bahunya, dia bisa melihat bekas luka yang hidup, ketika dia tiba-tiba menggigil. Dia merasakan perubahan tiba-tiba dan dengan cepat menutupi matanya. Dia mengatakan kepadanya, "Jangan melihat." Namun, dia menarik tangannya saat dia mengulurkan tangan gemetar dan memeluknya, dengan kulit lembutnya menyentuh lukanya, air mata keluar, membasahi luka merah marun itu.
Zhuge Yue diam-diam mengembalikan pelukan lembut, dan hanya memandang saat dia menangis.
Pada hari Li Ce dimakamkan, dia bersumpah untuk tidak menangis lagi. Namun, setelah melihat lukanya, di tempat-tempat yang ditusuknya, dia tidak bisa menahan tangis. Dia memeluknya erat-erat karena takut dia akan menghilang. Sama seperti di danau es itu, setelah dia melepaskan tangannya, dia menghilang.
"Zhuge Yue, aku minta maaf," dia berbicara saat dia menangis.
"Idiot." Zhuge Yue mencium rambutnya yang halus dan tertawa pelan. “Aku dibuat jelek olehmu. Anda harus bertanggung jawab. "
Chu Qiao tahu bahwa dia sedang bercanda.Dia balas sambil terisak, "Luka ada di bahu, itu tidak masuk hitungan."
Zhuge Yue terkekeh, dan mata gelapnya tampak begitu dalam saat dia fokus pada bayangannya. Dengan lembut, dia mencium wajah wanita itu yang berlinangan air mata dan bergumam, “Aku tidak peduli. Saya masih akan membuat Anda bertanggung jawab. "
Lengannya begitu kuat sehingga dia merasa sedikit sakit. Namun dalam kesakitan, dia merasakan kegembiraan yang besar, seolah-olah dia diliputi oleh lautan euforia. Senang rasanya bisa hidup. Dia pernah berpikir bahwa semua akan hilang ketika dia dimakamkan di danau yang sedingin es tanpa ada kesempatan untuk mengulang apa pun.
Ketika tubuh mereka semakin terjerat, keringat mulai merembes keluar dari dahi mereka. Mereka dikelilingi oleh percikan lembut sungai, tanpa suara siapa pun. Bahkan waktu sepertinya telah berhenti, dengan hanya mereka yang masih memanjakan satu sama lain ...
Chu Qiao tidak bisa menahan diri untuk tidak merengek, tubuhnya melengkung kesakitan saat cairan merah tua mengalir keluar dari antara kedua kakinya. Geraknya tiba-tiba berhenti saat matanya dipenuhi dengan ketidakpercayaan. Namun, dia menatap jauh ke dalam dirinya, seolah bertanya apa yang harus dilakukan. Wajahnya sangat merah, dan bahkan bibirnya tampak bengkak. Dia mengulurkan pakaiannya untuk menutupi dadanya, karena dia kehilangan kata-kata mengetahui bahwa dia telah melihat.
Dia tiba-tiba tertawa. Chu Qiao belum pernah melihatnya tertawa seperti itu sebelumnya.Awalnya, dia hanya tersenyum, tetapi akhirnya, dia mulai tertawa terbahak-bahak, begitu keras sehingga Chu Qiao berusaha membungkamnya dengan mengulurkan tangannya. Namun dia tiba-tiba membenamkan wajahnya di sebelahnya, dan dengan tenang, dia berkata, "Xinger, aku sangat bahagia." Anggota tubuhnya yang lembut memeluk tubuhnya. Sosoknya sangat bagus sehingga bisa menyaingi bahkan model di TV.
Dalam kegelapan, dia tersenyum. Sepasang lilin merah secara bertahap terbakar. Ketika dia tersenyum, dia berpikir, saya kira ini akan menjadi pertama kalinya saya ...
Setelah dipisahkan oleh begitu banyak orang, begitu banyak insiden, begitu banyak waktu, mereka masih berjalan bersama meskipun mereka berasal dari dunia yang berbeda dan negara yang berbeda. Bersandar di bahunya, dia dengan bebas membiarkan air matanya mengalir.
Di tengah malam, hujan mulai turun. Orang bisa mendengar ketipak derai tetesan hujan di kapal. Saat kapal berlayar di sungai, samar-samar orang bisa mendengar suara angin bercampur ke dalam keheningan malam.
Di malam hari, Chu Qiao bangun, rambutnya tersebar di sisinya. Wajahnya masih merah meskipun dia masih linglung, dan kulit putihnya yang murni seperti sutra putih tersembunyi di lapisan selimut. Dia mengulurkan tangannya ke samping untuk merasakannya, namun dia hanya merasakan kedinginan. Dia benar-benar terpana ketika kantuknya lenyap dan duduk, hanya untuk melihat bahwa seluruh ruangan kosong. Saat itulah dia memperhatikan hujan di luar.
Tiba-tiba dia merasakan ketakutan. Dia membalik tempat tidur. Namun, begitu dia menyentuh tanah, lututnya menekuk ketika rasa sakit di bagian bawahnya mengingatkannya bahwa malam terakhir bukanlah mimpi, dan bahwa segalanya telah berubah.
Chu Qiao mengenakan gaun one piece biru aqua, dan bersama jubah berbulu, dia mengambil payung bambu dan berjalan keluar.
Di luar agak dingin karena gerimis didorong oleh angin. Bahkan saat dia memegang payung, tetesan hujan jatuh di gaunnya. Dia buru-buru bergegas melintasi geladak saat kegelapan tampaknya menghabiskan segalanya. Dia masih bisa mendengar suara kera yang sesekali menangis di pegunungan.
Itu dia, berdiri di depan geladak, dan sepertinya dia sudah berdiri di sana cukup lama. Dalam kemeja putihnya, dia tampak sangat keren. Ada sedikit kesuraman saat dia berdiri di bayang-bayang. Mendengar langkah kakinya, dia berbalik. Bahkan ketika dia melihatnya, dia tidak merasa terkejut, dan hanya mengulurkan tangannya dan berseru, "Kemarilah."
Chu Qiao pergi dan mengangkat payung untuk melindunginya juga. Hujan mungkin hanya gerimis, tetapi meskipun begitu dia masih basah jika dia berdiri terlalu lama di situ.Pakaiannya sudah basah kuyup, dan Chu Qiao tidak bisa tidak berkomentar, "Tidak bisakah Anda mengatakan bahwa itu hujan?"
Angin bertiup ke arah mereka. Lengan baju mereka melambai bersama angin yang bertiup. Meraih tangannya, jari-jarinya kurus namun kuat. Dia tiba-tiba menariknya ke pelukan tanpa membuat suara apa pun. Sama seperti itu, dia memeluknya. Dia tidak menggunakan banyak kekuatan, tetapi tampaknya ada kekuatan misterius yang membatu dia, menyebabkan dia tidak ingin membuat gerakan apa pun.