Schön [Hyuckhei]

1K 85 9
                                    

...

20 menit berlalu dan mereka masih terdiam. Dari si tinggi maupun si–anggap saja lebih pendek tidak ada yg membuka suara. Hanya suara jam dinding yg setia menjadi pemecah kesunyian diantara keduanya.

Yg lebih pendek terlihat gelisah. Sesekali meremat tangannya, sesekali juga menggigit bibirnya. Matanya pun ikut bergerak gelisah. Melirik sesekali ke si tinggi yg tidak mengucapkan sepatah kata pun.

10 menit kembali berlalu. Dan keduanya masih diam. Bahkan jam dinding sudah tertawa terbahak2 menyaksikan dua manusia yg masih saling terdiam.

"Aku ke kamar mandi"

Akhirnya.

.

.

.

Lucas memaki dirinya di dalam hati. Mengatai dirinya bodoh, yg tak mampu berucap di depan Haechan. Bahkan hanya sekedar menanyakan kabar pun lidahnya terasa kelu. Padahal dirinya tadi yg meminta Haechan tinggal dan berjanji akan mengantarkannya pulang dengan selamat setelah latihan mereka selesai.

"Bodoh" makinya sekali lagi.

Kepalanya menunduk bertumpu pada kakinya yg ditekuk. Mencoba menyiapkan kalimat jika nanti Haechan sudah kembali. Berbicara normal seilah dirinya tidak merasa gugup.

Dan ketika pintu ruangan dibuka, dirinya merasa sudah siap.

Haechan kembali duduk di depan Lucas seperti sebelumnya.

Oh, ternyata tak semudah yg dia bayangkan. Lidah kembali kelu. Bibirnya hanya terbuka dan tertutup seperti ikan didaratan dan kepanasan.

Gagal.

"Ekhem"

Yg didepannya mengangkat kepala. Dan manik mereka saling bertemu. Beradu tatap dalam sesaat. Sebelum Haechan mengalihkan perhatiannya.

Ah, sial.

Kenapa Lucas menjadi seperti orang idiot begini. Kemana rasa percaya dirinya selama ini yg selalu dia tunjukkan kepada member lain. Kemana tingakah konyolnya saat bersama member lain.

Menguap dan terbawa angin.

"Kamu sudah makan?"

"Bagaimana harimu?"

"Kamu seperti bidadari yg—"

Yg terakhir itu terlalu lebay.

Bibirnya masih membisu. Kalimat2 yg sudah dia siapkan nyatanya hanya tersangkut di tenggorokan.

"Kak ayo pulang. Sudah malam. Nanti kak Taeyong nyariin"

Lagi2 Haechan yg berbicara. Itupun karena dirinya merasa sudah terlalu lama hanya berdiam di ruang latihan tersebut. Anggap saja Haechan lelah.

Mereka bergegas mengambil barang2nya untuk dibawa pulang. Haechan di depan memimpin jalan.

Lagi2 Lucas memaki dirinya yg bodoh. Bahkan dirinya kalah dari Jisung yg lebih muda darinya.

"Haechan!"

Oh, sungguh. Rasanya begitu... ah entahlah. Lucas bingung. Sulit untuk mendeskripsikan perasaannya.

Saat Haechan menoleh dan menatapnya. Mata bulatnya seolah menghipnotis. Menyeretnya ke dalam—oke cukup, jangan terlalu banyak membual. Intinya Lucas terpesona dengan keindahan mata Haechan.

"Matamu indah"

Ouch, memggemaskan sekali. Pipi bulatnya bersemu merah jambu. Senyum malu2 di bibirnya. Ah, bagaimana makhluk di depannya itu begitu imut.

"Jangan memggodaku kak"

"Gak kok. Cuma memuji ciptaan Tuhan"

Oh Lucas, tidak sadarkah dirimu dg apa dirimu perbuat.

Wajah semerah tomat Haechan begitu lucu dg bibir yg mengerucut. Tangannya memukul main2 pada lengan berotot Lucas. Ah, menggemaskan.

Tangan besar Lucas tanpa sengaja mengusak rambut lembut tapi lepek milik Haechan. Bibir tebalnya menyunggingkan senyum yg menurut Haechan tampan.

Haechan? Wajahnya sudah, entahlah.

Selanjutnya mereka meninggalkan ruang latihan dengan tangan saling menggenggam. Menyisakan kesunyian.

Siapa tahu ternyata jam dinding yg menjadi saksi diam2 tersenyum. Setidaknya dirinya tidak harus menyaksikan keheningan diantara dua anak manusia.

...












Ini apa lagi aduh
Bahasaku berantakan :'(
G ngerti lagi aku sm isi otakku
Sekian dan terima kenyataan :')
Bubay

Ketika Aku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang