I'll Be Your Home [MinMark]

1K 57 7
                                    






















...






























Mark menatap tidak percaya pada Jaemin. Kemeja putih Jaemin yang tidak terpasang dengan benar, juga jas hitam yang Jaemin gunakan. Dibahu kirinya ransel abu-abu tersampir.

Yang ditatap terdiam. Tidak merasa risih atau apapun. Wajah yang dihiasi lebam nya berseri.

"Kamu jangan bercanda" jerit Mark frustasi

"Kamu lihat sendiri kan" jawab Jaemin santai

Mark menunduk mengusap wajah tirusnya. Ibu jari dan telunjuknya memijit pelan pangkal hidungnya.

Tangan Jaemin terangkat memgusap pelan rambut hitam Mark. Si empunya mendongak. Matanya bersibobrok dengan milik Jaemin.

"Kamu sabar sebentar. Satu bulan lagi dan aku akan bebas"

Mark ingin menangis. Tapi usapan ibu jari Jaemin di pipinya menenangkannya. Air matanya mengalir pelan dari pelupuk matanya. Bibirnya tersenyum.

Semoga ini pilihan yang benar.

Jaemin menarik tubuh Mark ke dalam pelukannya. Mendekap erat tubuh ringkih Mark. Mengusap punggung sempit yang sering kali menjadi sandarannya.

"Kamu jangan pergi. Kamu satu-satunya orang yang aku percaya. Kamu satu-satunya orang yang membuat aku nyaman. Kamu rumah aku. Aku mohon kamu jangan tinggalkan aku." lirih Jaemin.

Bahu Mark sedikit bergetar. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jaemin. Ada perasaan sedikit cemas, namun ada juga perasaan lega. Setidaknya Jaemin tidak akan meninggalkannya.

Pelukan keduanya melonggar. Jaemin menatap Mark dengan senyuman. Dengan ragu Mark menatap Jaemin yang lebih tinggi darinya. Jarinya saling meremat gelisah. Dia ingin mengatakannya. Dia harus mengatakannya.

"Jaem" lirihnya.

Jaemin sedikit menunduk untuk dapat melihat wajah Mark yang menunduk. Matanya menatap lembut Mark yang masih gelisah.

"Aku.. Aku–" tapi apa ini keputusan benar? Apa Jaemin mau menerima keputusan Mark? Atau malah sebaliknya?

Sekali lagi Mark memantapkan hatinya. Wajahnya mendongak, menatap sorot lembut mata Jaemin yang hanya untuknya. Beruntunglah Mark dapat melihat sisi lembut Jaemin yang selalu dia sembunyikan dibalik tingkahnya yang urakan.

"Aku.. Aku hamil" ucap Mark lirih dan cepat. Menimbulkan kernyitan didahi yang lebih tinggi.

"Apa? Suara kamu kurang kencang"

Mark menghembuskan nafasnya perlahan. "Aku hamil" ulangnya pelan.

Ini yang dia takutkan. Sorot mata Jaemin yang menatapnya seperti dirinya adalah musuhnya. Mark benci itu. Dia benci tatapan Jaemin yang seperti itu.

Mark kembali menunduk menyembunyikan ketakutannya. Bagaimana jika Jaemin tidak menerimanya. Mark tidak masalah. Yang dia takutkan Jaemin akan memintanya menghancurkan janinnya. Mark tidak akan bisa. Lebih baik dia pergi dari Jaemin.

Tatapan Jaemin kembali melembut. Tangannya mengusap lembut pipi Mark. "Kamu yakin itu anakku?"

Mark seketika mendongak. "Menurut kamu? Anak siapa lagi kalau bukan anakmu? Kamu pikir aku selingkuh dibelakangmu?"

Mark hampir saja menangis jika tidak dengan tiba-tiba Jaemin tertawa sangat kencang.

"Kamu lucu" katanya sebelum mencuri kecupan di bibir Mark yang sedikit terbuka. "Oke. Setelah wisuda kita menikah. Setidaknya aku punya ijazah jika suatu saat anak kita bertanya"

Mark mengerjap. Matanya melihat ke sekitar. Untung saja area sekolah sudah sepi.

Hah!! Bagaimana bisa Mark mencintai berandalan sekolah yang bahkan umurnya lima tahun dibawahnya.


































...





























JANGAN HUJAT SAIYAAAA wkwk
Judul sama isi cerita gada sambunganna
Iyah aku bingung
Udah yah pai pai :* ❤️







Ketika Aku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang