13. Pernyataan Cinta

13 4 0
                                    

"YUHUUU!!!! GUE NAIK KELAS!!!!"

Hari pembagian raport tiba. Semua anak menunggu orang tuanya keluar dengan membawa buku raport. Mereka duduk di depan pintu dengan harap-harap cemas.

Mereka takut jikalau nilai tidak bagus. Tidak naik kelas. Pasti orang tua mereka akan kecewa dan menanggung malu yang amat sangat besar.

Tapi, pada kenyataannya. Kata 'Tinggal di kelas X'  tidak berlaku bagi mereka. Begitu pula dengan Akira, Sheila, Nafisa, dan Olla.

Mereka ber-empat lulus dengan nilai maksimal. Mereka ber-empat sangat puas. Sampai-sampai mereka suka senyum sendiri, teriak-teriak nggak jelas.

Kecuali Akira. Ia senang bisa naik kelas dengan nilai yang sangat maksimal. Tapi ia sedih akan satu hal. Kepindahannya.

Jika ia pindah ke Jakarta, ia akan bertemu lagi dengan Ades dan dia. Kak Bagas. Akira senang akan hal itu.
Tapi jika ia pindah juga, ia sedih karena harus berpisah dengan mereka. Sahabat terbaiknya selain Ades.

"Yaampun!!! Gue nggak nyangka bakalan naik kelas!!" Teriak Olla senang.

"Huh!! Syukur alhamdulillah!! Gue naik kelas. Udah takut banget tadi gue ya ampun!!!" Ujar Nafisa sambil menangkup pipi-nya sendiri.

"Iya bener. Gue juga udah takut banget nggak naik kelas. Eh, taunya gue naik kelas dengan nilai maksimal. Oh my god!! Fantastic!!!" Sahut Sheila tak kalah heboh.

Akira hanya berjalan di sisi kiri mereka ber-tiga. Ia berjalan tegak. Tapi pandangan selalu menghadap ke bawah seolah-olah ia takut akan ada batu yang membuatnya tersandung.

Mereka bertiga menyadari ekspresi Akira. Tiga sahabatnya sengaja berhenti berjalan. Mereka ingin melihat, apakah Akira ikut berhenti atau tidak.

Dan...Akira tetap berjalan walaupun ketiga sahabatnya berhenti dan menatap punggung Akira dengan tatapan heran.

"Akira!" Panggil Sheila.

Rupanya Akira tidak mendengar. Ia terus berjalan dengan lesu. "AKIRA!!!!" Akhirnya ketiga sahabatnya itu memanggilnya bersamaan.

Berhasil. Akira langsung menoleh. Tapi tidak ke belakang. Melainkan ke samping. Dimana sebelumnya para sahabat ada disana.

Akira menoleh ke belakang dan menemukan mereka. Akira tersenyum canggung. Ia hendak menghampiri mereka, tapi mereka sudah menghampirinya duluan.

"Lo kenapa sih?" Tanya Nafisa langsung.

"Gue?" Akira menunjuk diri sendiri. "Gue nggak pa-pa kok." Jawab Akira.

"Tapi gerak-gerik lo menunjukkan kalo lo lagi kenapa-napa." Ujar Sheila yang langsung membuat Akira diam.

"Bener kan? Lo kenapa-napa?" Tanya Nafisa lagi.

Akira menggeleng. "Enggak sumpah! Gue nggak kenapa-napa. Gue baik-baik aja."

"Kalo lo baik-baik aja, kenapa lo keliatan lesu banget?" Olla angkat bicara.

Akira mengalihkan pandangannya. "Gue...gue cuman ngantuk aja." Kilah Akira.

Sheila menaikkan sebelah alisnya. "Ngantuk? Serius?" Akira mengangguk mantap.

Ketiga sahabatnya masih curiga dengan sikap Akira yang aneh. Tapi mereka paham. Akira belum siap menceritakannya kepada mereka.

Sheila menepuk pundak Akira pelan. "Ok. Kita percaya kalo lo baik-baik aja."

"Tapi, kalo ada apa-apa, lo harus cerita sama kita. Kita siap buat jadi pendengar yang baik kok." Ucap Nafisa.

"Nggak cuman pendengar. Kita juga bakal ngasih saran dan support semampu kita." Tambah Olla cepat.

DolLove[Tahap Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang