23. Dia siapa?

14 2 3
                                    

"Bagasss! Buruan kata mau beli buku! Gimana sih lo? Briefing-nya udah mau selesai! " pekik Kak Gio.

Dan Kak Bagas....hanya santai-santai saja. "Bagas!!! Lo budeg apa tuli sih? Ayo beli buku keburu gurunya dateng! " ajak Kak Gio. Lagi.

"Apaan sih Yo. Berisik banget. Kayak cewek cabe aja lo! " ucap Kak Bagas kesal.

"Lah, gimana gue nggak berisik! Kalo lo ketahuan nggak bawa buku catetan, lo bisa di hukum! " jelas Kak Gio.

"Terserah aja lah!! Lo ini yang nggak bawa bukunya. Yang di hukum juga lo! " sambung Kak Gio.

"Tenang Gio. Gue nggak bakal dihukum kok. Tenang aja! " respon Kak Bagas santai.

"Dasar otak mi—"

"Apa? Otak miring? " sela Kak Bagas sambil menunjukkan sebuah buku tulis masih baru.

Kak Gio tercengang. "Lo? Lo dapet darimana? Perasaan abis dari kamar mandi, lo di kelas aja deh nggak kemana-mana. Apa jangan-jangan lo nyuri ya? Atau lo punya kekuatan gaib buat ngilang terus ngambil buku di koper diem-diem? " sangka Kak Gio.

Tuk...

"Sembarangan lo kalau nuduh. Mana buktinya kalo gue nyuri? " kesal Kak Bagas sambil memukul kepala Kak Gio menggunakan ujung buku.

"Ini gue nemu di laci lagi. " sambung Kak Bagas.

"Ini lo nemu di laci lagi? Sebenarnya, pengagum rahasia lo itu, apa sih? Manusia apa setan? Kok dia bisa tahu setiap lo lagi kesusahan? " tanya Kak Gio heran.

"Ya mana gue tau. Yang jelas pengagum rahasia gue manusia. Suatu saat, kalau gue tahu siapa orangnya, gue bakal terima kasih sama dia! " tekad Kak Bagas.

*****

"Makasih ya pak! " ucap Akira.

"Ra, seberapa besar sih cinta lo ke si setan? Sampe se-gininya amat? " tanya Ades.

Kini mereka berdua baru saja keluar dari koperasi siswa. Di tangan Akira sudah ada buku untuk Kak Bagas dan sebuah roti. Ades pun sama, bedanya dia tak membeli buku.

"Ya gue sendiri juga nggak tahu seberapa besar cinta gue ke setan. Cuma, setiap gue liat setan sama china, gue cemburu. Dan gue ngerasa seneng kalo si setan juga lagi seneng.

Gue juga ngerasa sedih kalo si setan lagi kesusahan kayak gini. Makannya gue beliin dia buku. Kasihan kan kalo si setan di hukum suruh berdiri di lapangan. Apalagi hawanya panas. Nanti si setan tambah item! " jelas Akira yang di akhiri dengan kekehan.

"Akira...Akira. Lo tuh ya, nglakuin kayak gini belum tentu di bales sama setan. " ujar Ades.

"Des gue nglakuin kayak gini bukan buat setan bales gue bukan. Gue ikhlas kok! " ucap Akira.

"Tapi ya percuma Akira! Lo cinta sama setan tapi nggak kebales. "

"Nggak papa lah. Biarin aja gue mencintai. Walaupun gue di suruh milih antara mencintai atau dicintai, gue bakal milih dicintai sih.

Cuma, untuk kali ini aja, gue lebih baik mencintai. Toh, sebentar lagi setan lulus sekolah. Tenang aja. "

"Nggak papa lah! Yang harus lo inget, gue bakal dukung lo terus! " ucap Ades.

"Ya udah gue mau nelfon Sasi. Kita duduk di sini aja dulu! " ucap Akira seraya duduk di sebuah pondok dan diikuti oleh Ades.

"Halo! "

"...."

"Lo kesini ya, ke pondok depan leb Ipa. "

"...."

DolLove[Tahap Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang